Bogor (Antaranews Megapolitan) - Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB) menggelar Pelatihan Penulisan Policy Brief bagi dosen, peneliti dan mahasiswa pada 29/11 bertempat di IPB International Convention Center (IICC), Kampus IPB Baranangsiang Bogor. Ada 22 peserta yang lulus proses seleksi pendaftaran dimana salah satu sarat utamanya yaitu mengirimkan draft naskah policy brief.
Kepala Bidang Kajian Strategis LPPM IPB, Dr. Akhmad Faqih, menyampaikan bahwa pelatihan ini dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan jumlah dan kualitas rekomendasi kebijakan IPB yang ditujukan sebagai bahan masukan untuk pemerintah dan para pengambil kebijakan lainnya, khususnya terkait pembangunan bidang agro-maritim.
“Melalui pelatihan-pelatihan seperti ini, diharapkan dapat meningkatkan peran serta sivitas akademika IPB dalam upaya melakukan interfacing science to policy yang relatif masih belum banyak menjadi perhatian peneliti hingga saat ini. Melalui kegiatan ini, ke depannya diharapkan sivitas akademika IPB semakin tergerak untuk memberikan nilai tambah dan akses dari berbagai hasil penelitian dan publikasi ilmiah melalui penulisan policy brief atau berbagai bentuk rekomendasi kebijakan lainnya.
Dukungan yang kuat dan sistematis dari institusi dan pimpinan sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan peran IPB dalam mewarnai berbagai kebijakan di negeri ini melalui penelitian yang kuat dan berkualitas,” ujarnya.
Adapun narasumber yang dihadirkan dalam pelatihan ini yaitu Prof. Dr. Daniel Murdiarso dan Prof. Dr. Herry Purnomo. Keduanya memiliki banyak pengalaman dalam penulisan policy brief. Disamping itu, keduanya merupakan peneliti senior di Center for International Forestry Research (CIFOR) yang diketahui memiliki sistem keorganisasian yang cukup mumpuni dan produktif dalam menghasilkan berbagai rekomendasi kebijakan yang berkualitas.
Di dalam materinya, Prof. Daniel Murdiyarso menyampaikan bahwa di dalam penulisan policy brief, penulis harus mampu menyajikan penemuan dan rekomendasi dari penelitian dengan hanya 2-5 halaman (1200 kata) dengan gaya penulisan yang mudah dipahami oleh pembaca (pengambil kebijakan). Menurut narasumber yang telah banyak memiliki pengalaman dalam pemerintahan dan dunia penelitian ini, hasil tulisan tersebut harus mampu menyajikan informasi yang mudah dicerna oleh pembaca dan penulis harus mampu menyajikan informasi kunci yang menjadi poin penting dari pesan atau rekomendasi kebijakan yang ingin disampaikan.
“Apabila mudah dipahami secara cepat dan tepat, target dari penulisan policy brief akan lebih mudah tercapai,” ujarnya.
Hal senada juga dikemukakan oleh Prof. Herry Purnomo yang mengatakan bahwa kemungkinan besar pembaca hanya akan membaca key message (pesan kunci) dari policy brief. Pesan kunci yang baik hanya terdiri dari 3-4 point, dengan maksimal 30 kata per pesan kunci. Hal penting lainnya yang ditekankan oleh Prof. Herry yaitu perlunya untuk menjaga kualitas tulisan, yaitu dengan memiliki landasan referensi ilmiah yang kuat dengan mengutamakan hasil-hasil penelitian yang telah dipublikasi di jurnal Q1. Referensi yang kuat dalam penulisan policy brief harus menjadi ciri utama dari institusi seperti IPB.
Sebelumnya LPPM IPB juga telah melaksanakan pelatihan penulisan artikel populer media massa yang dilaksanakan sebagai rangkaian dari kegiatan PubliWeek pada peringatan Dies Natalis IPB ke-55 pada bulan September lalu. (FA/AF/Zul)
Editor berita: Masnun
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Kepala Bidang Kajian Strategis LPPM IPB, Dr. Akhmad Faqih, menyampaikan bahwa pelatihan ini dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan jumlah dan kualitas rekomendasi kebijakan IPB yang ditujukan sebagai bahan masukan untuk pemerintah dan para pengambil kebijakan lainnya, khususnya terkait pembangunan bidang agro-maritim.
“Melalui pelatihan-pelatihan seperti ini, diharapkan dapat meningkatkan peran serta sivitas akademika IPB dalam upaya melakukan interfacing science to policy yang relatif masih belum banyak menjadi perhatian peneliti hingga saat ini. Melalui kegiatan ini, ke depannya diharapkan sivitas akademika IPB semakin tergerak untuk memberikan nilai tambah dan akses dari berbagai hasil penelitian dan publikasi ilmiah melalui penulisan policy brief atau berbagai bentuk rekomendasi kebijakan lainnya.
Dukungan yang kuat dan sistematis dari institusi dan pimpinan sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan peran IPB dalam mewarnai berbagai kebijakan di negeri ini melalui penelitian yang kuat dan berkualitas,” ujarnya.
Adapun narasumber yang dihadirkan dalam pelatihan ini yaitu Prof. Dr. Daniel Murdiarso dan Prof. Dr. Herry Purnomo. Keduanya memiliki banyak pengalaman dalam penulisan policy brief. Disamping itu, keduanya merupakan peneliti senior di Center for International Forestry Research (CIFOR) yang diketahui memiliki sistem keorganisasian yang cukup mumpuni dan produktif dalam menghasilkan berbagai rekomendasi kebijakan yang berkualitas.
Di dalam materinya, Prof. Daniel Murdiyarso menyampaikan bahwa di dalam penulisan policy brief, penulis harus mampu menyajikan penemuan dan rekomendasi dari penelitian dengan hanya 2-5 halaman (1200 kata) dengan gaya penulisan yang mudah dipahami oleh pembaca (pengambil kebijakan). Menurut narasumber yang telah banyak memiliki pengalaman dalam pemerintahan dan dunia penelitian ini, hasil tulisan tersebut harus mampu menyajikan informasi yang mudah dicerna oleh pembaca dan penulis harus mampu menyajikan informasi kunci yang menjadi poin penting dari pesan atau rekomendasi kebijakan yang ingin disampaikan.
“Apabila mudah dipahami secara cepat dan tepat, target dari penulisan policy brief akan lebih mudah tercapai,” ujarnya.
Hal senada juga dikemukakan oleh Prof. Herry Purnomo yang mengatakan bahwa kemungkinan besar pembaca hanya akan membaca key message (pesan kunci) dari policy brief. Pesan kunci yang baik hanya terdiri dari 3-4 point, dengan maksimal 30 kata per pesan kunci. Hal penting lainnya yang ditekankan oleh Prof. Herry yaitu perlunya untuk menjaga kualitas tulisan, yaitu dengan memiliki landasan referensi ilmiah yang kuat dengan mengutamakan hasil-hasil penelitian yang telah dipublikasi di jurnal Q1. Referensi yang kuat dalam penulisan policy brief harus menjadi ciri utama dari institusi seperti IPB.
Sebelumnya LPPM IPB juga telah melaksanakan pelatihan penulisan artikel populer media massa yang dilaksanakan sebagai rangkaian dari kegiatan PubliWeek pada peringatan Dies Natalis IPB ke-55 pada bulan September lalu. (FA/AF/Zul)
Editor berita: Masnun
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018