Bogor (ANTARA News Megapolitan) - Komandan Korem 061/Suryakancana Kolonel Inf Mohamad Hasan mengajak Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Bogor, Jawa Barat bersama-sama mengelola dan menjaga Telaga Saat agar bisa memberikan manfaat sosial ekonomi masyarakat.

"Kami sebagai pembina teritorial pada intinya ingin menyejahterakan masyarakat, kalau masyarakat sudah sejahtera, ini konsep pertahanan saya," katanya dalam rapat koordinasi optimalisasi pemberdayaan Telaga Saat di Telaga Saat, Puncak Kabupaten Bogor, Jumat.

Rapat koordinasi tersebut digelar untuk mencegah terjadi tumpang tindih kepemilikan Telah Saat. Korem 061/Suryakancan mengajak forkopimda dan Muspika Cisarua, serta tokoh masyarakat setempat dalam penanganan telaga itu.

Telaga Saat merupakan titik nol Sungai Ciliwung yang berada di kawasan Puncak. Sejak Februari 2018, Korem 061/Suryakancana secara konsisten melakukan rehabilitasi kawasan resapan air tersebut dengan melibatkan komunitas, anggota TNI, Polri, dan pecinta alam.

Upaya untuk menormalkan kembali fungsi Telaga Saat sebagai daerah resapan kawasan Puncak telah membuahkan hasil. Telaga yang tadinya 80 persen mengalami pendangkalan karena sedimentasi, berangsung dikeruk dan kembali normal.

Upaya menanam pohon untuk mencegah longsor yang menyebabkan sedimentasi di Telaga Saat juga dilakukan hingga kini.

Untuk mencegah penguasaan Telaga Saat karena swastanisasi, Danrem Hasan mengajak forkopimda untuk bersama-sama menjaga dan mengelola keberadaanya agar bisa dinikmati masyarakat secara gratis.

Rapat koordinasi dipimpin Komandan Korem 061/Suryakancana Kolonel Inf Mohamad Hasan diikuti 100 peserta, di antaranya Dandim 0621/Kabupaten Bogor Letkol Harry Eko S., Sekretaris Dinas Kebudayaan Kabupaten Bogor Bambang, Kasiter Korem 061/SK Letkol Inf Asep Muspida, Kabid Pengelolaan Sampah DLH Kabupaten Bogor?Atis Tardiana, Kapolsek Cisarua Kompol Nur Ichsan, Wadanramil 2124/Cisarua Kapten Arm Rokkhim, Camat Cisarua, Kasi Ekbang Kecamatan Cisarua, dan para Relawan Bela Alam pimpinan Kang Wiwit.

Hasan juga mengemukakan bahwa soal pertahanan bukan hanya terkait dengan penggunaan senjata, akan tetapi juga terkait dengan gunung-gunung beserta alam yang terpelihara.

"Inilah kekuatan saya yang terakhir karena konsep pertahanan tentara itu adalah gerilya yang punya hutan," katanya.

Hasan mengatakan menjaga hutan dan alam adalah bagian dari pertahanan. Bagi TNI, keberadaan alam, seperti hutan dan sungai harus dilindungi bersama-sama sebagai bagian dari pertahanan.

"Sehingga kita pasti tinggal di gunung dan minum air sungai ini, kalau masyarakat tidak mendukung TNI percuma juga," katanya.

Rapat koordinasi itu agar tidak terjadi tumpah tindih kepemilikan Telaga Saat dan untuk mencari kesepakatan bersama bahwa masyarakat dan TNI-Polri, serta instansi terkait lainnya sepakat untuk bersama-sama menjaga kelestarian Telaga Saat.

Hasan juga menyampaikan bahwa keberadaan Telaga Saat jangan sampai jatuh ke pihak penguasa perorangan atau instansi tertentu yang akan mengomersialisasikan wilayah tersebut, sehingga masyarakat harus membayar untuk menikmati alamnya.

"Telaga Saat diperuntukan bagi masyarakat, sebenarnya ini bukan tugas korem untuk mengawal ini, kami hanya memberikan contoh kepada masyarakat bagaimana cara menjaga dan merawat alam," kata Hasan.

Menurut dia, upaya untuk mengawal dan menjaga alam tetap lestari tidak mudah, akan ditemukan kendala, tetapi diperlukan komitmen yang kuat untuk bersama-sama memeliharanya.

"Kalau kita berbicara tentang kendala tidak akan ada habisnya, tinggal bagaimana kita koordinasi dengan instansi terkait," kata Hasan.

Dari hasil rapat koordinasi itu, diharapkan ditindaklanjuti dengan aturan pelaksanaan agar Telaga Saat dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar dan kelestarian alam Telaga Saat tetap terjaga.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018