Bogor (Antaranews Megapolitan) - Dalam Ekspo Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia (KMI) 2018, hadir dua sosok alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) yang sukses bergerak di bidang technopreneur. Mereka adalah Annisa Hasanah, founder EcoFunopolly dan Aang Permana CEO Crispy Ikan Si Petek. Keduanya hadir dalam Talkshow Kewirausahaan, salah satu rangkaian acara Ekspo KMI 2018 yang diselenggarakan di Auditorium Sylva-Pertamina, Kampus IPB Dramaga, Bogor (10/11).
Direktur Inovasi dan Kewirausahaan IPB, Dr. Ir. Syarifah Iis Aisyah, M.Sc.Agr dalam sambutannya mengatakan bahwa entrepreneur merupakan orang-orang yang berani tampil beda. Mereka membuat kreasi, inovasi dan menambah nilai tambah suatu produk. Hal inilah yang membedakan entrepreneur dengan pedagang.
"Annisa dan Aang akan membagikan pengalaman mereka dan kalian (mahasiswa) akan mendapatkan ilmu dari seorang sociopreneur yang memiliki andil ke masyarakat," jelasnya.
Pada kesempatan ini Annisa Hasanah, founder EcoFunopolly, mengawali sesi talkshow dengan memaparkan alasannya terjun ke dunia entrepreneur.
"Berawal dari ketertarikan terhadap isu lingkungan terutama sampah dan perubahan iklim, saya mengembangkan permainan papan dengan dasar seperti monopoli yang dapat menanamkan nilai-nilai cinta lingkungan kepada generasi muda. Konsepnya adalah belajar sambil bermain dimana itu bisa didapatkan dari game interaktif dalam Ecofunopolly. Usaha ini membawa saya ke lebih dari 31 negara, mengajak generasi muda untuk lebih peduli terhadap lingkungannya," papar Annisa.
Annisa menekankan bahwa melalui wirausaha dia mampu mengembangkan diri dan lebih peduli terhadap lingkungannya. Wirausaha tidak bisa instan dan hanya soal mencari untung besar saja, tetapi diperlukan keinginan untuk terus belajar dan berkembang agar menjadi sociopreneur yang baik.
Sementara itu CEO Crispy Ikan Si Petek, Aang Permana bercerita tentang bagaimana dia memilih untuk berwirausaha. Aang sempat bekerja di instansi minyak dan gas selama dua tahun sebelum akhirnya memilih resign dan fokus untuk berwirausaha.
"Berawal dari melimpahnya ikan petek di kampung halaman dan ikan ini tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat sekitar, saya berinisiatif untuk membuat produk olahan dengan bahan dasar ikan petek. Selain itu, saya juga ikut andil dalam memberdayakan masyarakat sekitar sehingga saya tidak sukses untuk diri sendiri saja," jelasnya.
Ikan petek memiliki kandungan kalsium 16 kali lebih banyak dibandingkan segelas susu pada takaran yang sama. Jumlah penduduk Indonesia usia 5-15 tahun cukup besar sehingga pasar untuk produk olahan ini sangat menjanjikan.
Annisa dan Aang menjadi sociopreneur yang mampu memberikan dampak baik tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Mereka berpesan bahwa usaha yang dijalankan harus unik, beda dan konsisten agar mampu bertahan. Selain itu, setiap entrepreneur harus memiliki tiga hal kunci: niat yang harus lebih dari sekadar uang, sikap tidak "gengsian" dan menghasilkan inovasi.
"Pengusaha itu gigih dan tahu risiko apa yang dihadapinya. Namun demikian, mereka bisa menghadapinya. Sebuah masalah tidak hanya dapat diselesaikan dengan satu solusi, tetapi banyak cara untuk menyelesaikannya," tegas Aang.
KMI 2018 merupakan kegiatan tahunan yang menghimpun seluruh wirausaha muda di berbagai perguruan tinggi untuk berkumpul dan memamerkan produk-produk menarik dari wirausaha muda Indonesia. Tahun ini KMI mengusung tema "Penguatan Wirausaha Mahasiswa Indonesia melalui Techno-Sociopreneurship Menghadapi Revolusi Industri 4.0" dan diikuti oleh 124 perguruan tinggi dari seluruh Indonesia.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Direktur Inovasi dan Kewirausahaan IPB, Dr. Ir. Syarifah Iis Aisyah, M.Sc.Agr dalam sambutannya mengatakan bahwa entrepreneur merupakan orang-orang yang berani tampil beda. Mereka membuat kreasi, inovasi dan menambah nilai tambah suatu produk. Hal inilah yang membedakan entrepreneur dengan pedagang.
"Annisa dan Aang akan membagikan pengalaman mereka dan kalian (mahasiswa) akan mendapatkan ilmu dari seorang sociopreneur yang memiliki andil ke masyarakat," jelasnya.
Pada kesempatan ini Annisa Hasanah, founder EcoFunopolly, mengawali sesi talkshow dengan memaparkan alasannya terjun ke dunia entrepreneur.
"Berawal dari ketertarikan terhadap isu lingkungan terutama sampah dan perubahan iklim, saya mengembangkan permainan papan dengan dasar seperti monopoli yang dapat menanamkan nilai-nilai cinta lingkungan kepada generasi muda. Konsepnya adalah belajar sambil bermain dimana itu bisa didapatkan dari game interaktif dalam Ecofunopolly. Usaha ini membawa saya ke lebih dari 31 negara, mengajak generasi muda untuk lebih peduli terhadap lingkungannya," papar Annisa.
Annisa menekankan bahwa melalui wirausaha dia mampu mengembangkan diri dan lebih peduli terhadap lingkungannya. Wirausaha tidak bisa instan dan hanya soal mencari untung besar saja, tetapi diperlukan keinginan untuk terus belajar dan berkembang agar menjadi sociopreneur yang baik.
Sementara itu CEO Crispy Ikan Si Petek, Aang Permana bercerita tentang bagaimana dia memilih untuk berwirausaha. Aang sempat bekerja di instansi minyak dan gas selama dua tahun sebelum akhirnya memilih resign dan fokus untuk berwirausaha.
"Berawal dari melimpahnya ikan petek di kampung halaman dan ikan ini tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat sekitar, saya berinisiatif untuk membuat produk olahan dengan bahan dasar ikan petek. Selain itu, saya juga ikut andil dalam memberdayakan masyarakat sekitar sehingga saya tidak sukses untuk diri sendiri saja," jelasnya.
Ikan petek memiliki kandungan kalsium 16 kali lebih banyak dibandingkan segelas susu pada takaran yang sama. Jumlah penduduk Indonesia usia 5-15 tahun cukup besar sehingga pasar untuk produk olahan ini sangat menjanjikan.
Annisa dan Aang menjadi sociopreneur yang mampu memberikan dampak baik tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Mereka berpesan bahwa usaha yang dijalankan harus unik, beda dan konsisten agar mampu bertahan. Selain itu, setiap entrepreneur harus memiliki tiga hal kunci: niat yang harus lebih dari sekadar uang, sikap tidak "gengsian" dan menghasilkan inovasi.
"Pengusaha itu gigih dan tahu risiko apa yang dihadapinya. Namun demikian, mereka bisa menghadapinya. Sebuah masalah tidak hanya dapat diselesaikan dengan satu solusi, tetapi banyak cara untuk menyelesaikannya," tegas Aang.
KMI 2018 merupakan kegiatan tahunan yang menghimpun seluruh wirausaha muda di berbagai perguruan tinggi untuk berkumpul dan memamerkan produk-produk menarik dari wirausaha muda Indonesia. Tahun ini KMI mengusung tema "Penguatan Wirausaha Mahasiswa Indonesia melalui Techno-Sociopreneurship Menghadapi Revolusi Industri 4.0" dan diikuti oleh 124 perguruan tinggi dari seluruh Indonesia.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018