Bekasi (Antaranews Megapolitan) - Masyarakat RW26 Kampung Bekasi Jati, Kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat, membangun objek Wisata Kampung Bambu dengan memanfaatkan 70 persen material bahan baku bekas.

"Misalnya pembuatan jalan setapak di Kampung Bambu ini menggunakan material batu bata bekas yang kita angkut dari puing lahan eks prostitusi Rawapanjang, Bekasi Timur," kata warga RT04/RW26 Kampung Bekasi Jati, Susanto (36), di Bekasi, Kamis.

Susanto bersama sejumlah rekannya membuat jalan setapak batu bata sepanjang 40 meter yang membentang di Hutan Bambu bantaran Kali Bekasi sebagai akses wisatawan menyisiri saung pedagang serta sejumlah objek wisata yang tersedia.

Batu bata itu disusun secara rapi dengan lebar sekitar 1,5 meter yang diikat menggunakan puing coran sehingga terlihat rapat dan nyaman untuk diinjak.

Jalan tersebut menghubungkan sejumlah fasilitas seperti mushola, sepuluh saung peristirahatan, zona pedagang hingga menuju dermaga kapal yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat sekitar.

Akses jalan setapak itu juga nampak terhubung dengan kawat beronjong berisi batu kali serta tanggul sungai yang menjadi akses keluar masuk wisatawan dari lokasi parkiran kendaraan.

"Kawat beronjong ini sudah terlebih dahulu dipasang oleh Pemerintah Kota Bekasi sejak 2016 untuk mengantisipasi luapan air Kali Bekasi karena imbas proyek pembuatan sipon Kali Bekasi," katanya.

Dikatakan Susanto, kawat beronjong dan tanggul sungai yang perlahan mulai terkubur oleh lumpur, rupanya efektif dimanfaatkan menjadi akses jalan menuju Hutan Bambu.

Susanto yang tergabung dalam Tim Katak Oranye di bawah koordinasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi bergabung dengan Forum Masyarakat Pecinta Kali Bekasi (FMPKB) menggagas wisata Hutan Bambu di atas lahan seluas total 1,6 hektare sejak Oktober 2018.

Lahan tersebut awalnya merupakan tempat beristirahat Susanto bersama Tim Katak Oranye saat memperoleh waktu luang untuk sekadar berkumpul bersama sesama rekan.

"Lokasi ini adalah poros angin. Dari pagi hingga malam, anginnya tidak pernah berhenti, sehingga adem. Makanya saya yang mengawali pembuatan warung di sini dan menjadi tempat kumpul bersama tim," katanya.

Keberadaan belasan saung di lokasi tersebut dibangun secara swadaya bersama warga dengan menggunakan batang bambu yang banyak tersedia di bantaran sungai.

Saung pun dibangun secara tradisional dengan menganyam potongan bambu sebagai tempat pijakan, batang bambu sebagai tiang hingga daun bambu yang menjadi atapnya.

Selain saung, potongan bambu tersebut juga disusun menjadi rumah pohon serta kursi duduk hingga jembatan dermaga kapal dengan berbagai ornamen serta warna warni yang menarik perhatian.

"Ada sekitar empat unit perahu di sini. Perahu ini pun milik Pemkot Bekasi, yakni Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang sengaja dimanfaatkan sebagai alat transportasi wisata air," katanya.

Dikatakan Susanto, keberadaan objek wisata itu murni direalisasikan melalui tenaga serta dana swadaya masyarakat.

"Terkadang ada saja donatur dari warga di sekitar kampung ini yang menyumbang material semen dan sebagainya," katanya.

Hutan Bambu tersebut mulai ramai dikunjungi wisatawan lokal pascatinjauan Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi bersama Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto Tjahyono pada Minggu (4/11).

"Sejak dua kepala daerah ini mengunggah videonya melalui media sosial dan viral, baru banyak masyarakat yang penasaran datang ke Hutan Bambu untuk sekadar berfoto dan bersantai," katanya.

Pewarta: Andi Firdaus

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018