Depok (Antaranews Megapolitan) - Suasana duka yang mendalam menyelimuti para keluarga korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di Kota Depok Jawa Barat, Selasa.
Suasana duka menyelimuti rumah Mahheru, salah satu korban Lion Air JT 610 di Jalan Perintis, Kelurahan Kalimulya, Kecamatan Cilodong, Kota Depok, Jawa Barat, telah terpasang tenda dan bendera kuning.
"Saya dapat kabar pesawat jatuh dari rekan kantor di Kementerian Agraria," kata Kakak ipar Mahheru, Niken ketika ditemui di rumah duka, Selasa.
Mahheru yang merupakan pegawai Tata Usaha di Kementerian Agraria Kantor Wilayah Bangka Belitung merupakan penumpang yang tercatat di manifes Lion Air JT 610 jatuh di perairan laut Karawang, Jawa Barat, Senin pagi.
Mahheru memiliki seorang istri bernama Sri Subekti dan mempunyai dua anak remaja perempuan, Nabila Azahra dan Sofi.
"Saya tak bisa berkata apa-apa ketika itu. Apalagi harus menceritakan kabar ini kepada dua keponakannya," ujarnya dengan nada sedih.
Niken mengatakan hingga saat ini masih menunggu kabar apakah Mahheru sudah tewas atau belum. Istri dan kedua anak Mahheru sekarang berada di RS Polri Kramat Jati untuk cek rambut, membawa foto, KK dan ijazah.
Duka mendalam juga terjadi di rumah korban jatuhnya Pesawat Lion Air JT 610 lainnya, Ibnu Hartono, yang merupakan seorang dokter, di Perumahan Pelni, Blok C, Sukmajaya, Depok, Jawa Barat.
"Suami saya naik pesawat Lion Air dalam rangka tugas pengabdian masyarakat di Pangkal Pinang," jelas istri Ibnu Hartono, Helda Aprilia dengan menahan duka mendalam.
Heldapun teringat keinginan suaminya yang belum terlaksana yaitu menjemput anaknya sekolah dan ingin jalan-jalan bersama anak-anaknya karena padatnya jadwal kerjanya.
"Dia bilang, ingin sekali jemput anak sekolah. Kita juga berencana untuk jalan-jalan berempat tapi belum ada waktunya," kata Helda.
Editor Berita: B. Santoso.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Suasana duka menyelimuti rumah Mahheru, salah satu korban Lion Air JT 610 di Jalan Perintis, Kelurahan Kalimulya, Kecamatan Cilodong, Kota Depok, Jawa Barat, telah terpasang tenda dan bendera kuning.
"Saya dapat kabar pesawat jatuh dari rekan kantor di Kementerian Agraria," kata Kakak ipar Mahheru, Niken ketika ditemui di rumah duka, Selasa.
Mahheru yang merupakan pegawai Tata Usaha di Kementerian Agraria Kantor Wilayah Bangka Belitung merupakan penumpang yang tercatat di manifes Lion Air JT 610 jatuh di perairan laut Karawang, Jawa Barat, Senin pagi.
Mahheru memiliki seorang istri bernama Sri Subekti dan mempunyai dua anak remaja perempuan, Nabila Azahra dan Sofi.
"Saya tak bisa berkata apa-apa ketika itu. Apalagi harus menceritakan kabar ini kepada dua keponakannya," ujarnya dengan nada sedih.
Niken mengatakan hingga saat ini masih menunggu kabar apakah Mahheru sudah tewas atau belum. Istri dan kedua anak Mahheru sekarang berada di RS Polri Kramat Jati untuk cek rambut, membawa foto, KK dan ijazah.
Duka mendalam juga terjadi di rumah korban jatuhnya Pesawat Lion Air JT 610 lainnya, Ibnu Hartono, yang merupakan seorang dokter, di Perumahan Pelni, Blok C, Sukmajaya, Depok, Jawa Barat.
"Suami saya naik pesawat Lion Air dalam rangka tugas pengabdian masyarakat di Pangkal Pinang," jelas istri Ibnu Hartono, Helda Aprilia dengan menahan duka mendalam.
Heldapun teringat keinginan suaminya yang belum terlaksana yaitu menjemput anaknya sekolah dan ingin jalan-jalan bersama anak-anaknya karena padatnya jadwal kerjanya.
"Dia bilang, ingin sekali jemput anak sekolah. Kita juga berencana untuk jalan-jalan berempat tapi belum ada waktunya," kata Helda.
Editor Berita: B. Santoso.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018