Bogor (Antaranews Megapolitan) - Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian menggagas inovasi budi daya Lada Perdu untuk mendukung peningkatan produksi dan daya saing lada nasional.

Kepala Badan Litbang Pertanian Kementan, Prof Muhammad Syakir, di Bogor, Selasa, mengatakan Inovasi Modifikasi Teknologi Agronomi Lada Perdu (IMTAg-Lada Perdu) untuk mendukung peningkatan produksi dan daya saing lada yang berhadapan dengan makin terbatasnya tenaga kerja dan kepemilikan lahan, serta makin mahalnya usaha tani lada.

"Penerapan inovasi lada perdu memberi peluang peningkatan pemanfaatan lahan dengan hasil yang maksimal," katanya.

Prof Syakir menjelaskan lada (Piper nigrum L.) salah satu komoditas perkebunan strategis bagi perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat Indonesia.

Secara ekonomi, lanjutnya, lada menjadi salah satu sumber pendapatan petani dan devisa negara sektor pertanian dan secara sosial merupakan komoditas tradisional penyedia lapangan kerja yang cukup besar.

"Sebagian besar lada di Indonesia diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat," katanya.

Terkait dengan penerapan IMTAg-Lada Perdu, Syakir menjelaskan, hasil yang optimal melalui integrasi tanaman lada perdu dengan komoditas lain yang kompatibel, sehingga bisa menghasilkan keuntungan atau nilai tambah yang cukup besar.

Menurut dia, lada Indonesia sebagai "King of Spices", dikenal dengan cita rasanya, baik lada putih maupun lada hitam.

Predikat dan posisi lada Indonesia sebagai "Kking of Spices" dapat diraih kembali jika berbagai potensi dapat dimanfaatkan.

Lada Perdu dengan berbagai keunggulan mencuatkan potensi baru pengembangan tanaman lada ke depan, baik produksi maupun daya saing.

"Dengan pengembangan teknologi ini maka akan terbuka peluang bagi pengembangan tanaman lada di berbagai agro-ekosistem, baik secara monokultur ataupun tumpang sari, dengan ongkos produksi yang lebih murah," katanya.

Ia mengatakan berbagai inovasi teknologi lada juga sudah banyak dihasilkan Balitbangtan Kementerian Pertanian, mulai varietas unggul, perbenihan, teknologi budi daya, teknologi pengendalian OPT, model farming, teknologi panen dan prosesing yang dapat menghasilkan lada hitam atau lada putih.

Selain itu, terdapat dua varietas yang baru saja dilepas pada 2017, yaitu Ciinten dari Jawa Barat dan Malonan 1 dari Kalimantan Timur.

"Produktivitas dua varietas ini cukup tinggi, yaitu 2,4 hingga 3,2 ton per hektare," kata Syakir.

Ia menambahkan berbagai komponen teknologi tersebut juga sesuai untuk mendukung pengembangan IMTAg-Lada Perdu dalam meningkatkan produksi dan daya saing lada nasional.

Pengembangan Inovasi Modifikasi Teknologi Agronomi Lada Perdu (IMTAg-Lada Perdu) dibahas secara terperinci oleh Prof Syakir dalam orasi pengukuhan sebagai profesor riset di bidang budi daya dan produksi tanaman Balitbangtan Kementerian Pertanian, Senin (15/10).

Pengukuhan profesor riset dihadiri Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang menunjuk Prof Syakir sebagai koordinator untuk mengembalikan kejayaan rempah Indonesia.

"Indonesia pernah berjaya dengan rempah-rempah. Sesuai arahan Presiden RI, kita harus kembalikan kejayaan itu," kata Amran.

Ia menyebutkan peneliti-peneliti yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kunci keberhasilan sektor pertanian.

Untuk mengembalikan kejayaan lada dan komoditas rempah-rempah Indonesia lainnya, Balitbangtan diminta terus menghasilkan inovasi dan teknologi yang dapat dimanfaatkan petani rempah Indonesia.

"Terus hasilkan inovasi dan teknologi yang bisa dimanfaatkan untuk mengembalikan kejayaan rempah Indonesia," kata dia.

Menurut data Kementerian Pertanian saat ini produksi lada nasional sekitar 80 ribu ton. Jumlah itu kalah dari Vietnam yang 160 ribu ton.

Amran berharap, melalui inovasi IMTAg-Lada Perdu yang disampaikan Prof Muhammad Syakir, target 277 ribu ton dapat dicapai dalam dua tiga tahun ini.

Untuk itu, Menteri Amran menugaskan Prof Syakir memonitor upaya Indonesia untuk mengembalikan kejayaan rempah Indonesia.

"Diharapkan dalam masa sisa tugasnya sebagai Kepala Balitbangtan, Prof Syakir mampu mengorkestrasi keterlibatan beragam pihak dalam upaya ini, mulai dari pengembangan perbenihan sampai dengan upaya merebut kembali pasar di mancanegara," kata Amran.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018