Bogor (Antaranews Megapolitan) - Masalah gizi ganda merupakan keadaan dimana terjadi kelebihan dan kekurangan gizi di saat bersamaan pada tingkat individu, komunitas, atau kelompok. Indonesia merupakan salah satu negara yang dirundung masalah ini. Pencegahannya adalah dengan menjaga keseimbangan gizi kita. Seminar Nutrition Seminar and Charity For Children (NIACIN) yang digelar di Graha Widya Wisuda (GWW), Kampus IPB Dramaga, Bogor (07/10) menawarkan ilmu seputar masalah gizi ganda dan pencegahannya.
Seminar ini merupakan puncak dari rangkaian acara “Nutrition Fair” yang tahun ini telah memasuki tahun kedelapan. Turut hadir dalam acara tersebut adalah Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc sebagai Dekan Fakultas Ekologi Manusia (Fema), Dr. Ir. Drajat Martianto dari Divisi Kebijakan Pangan dan Gizi, dr. Naufal Muharam Nurdin, MSi sebagai Komisi Bidang Kemahasiswaan dan Hubungan Alumni dan artis papan atas seperti Muhammad Ridwan “Ridwan Remin”, The Overtunes sampai penampil cilik dari SDN Carang Pulang 2 ikut memeriahkan acara ini.
Nutrition Fair yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi (Himagizi) ini memiliki enam acara, diantaranya adalah Nutrition in Application (Nut App), Creativity in Infographic (Creatin), Nutrition Debating Competition (NDC), Crafting Special Recipe (Crispy), Physical Activity for Healthy Living (Prolin), dan Nutrition Seminar and Charity For Children (NIACIN).
“Ada dua pembaharuan terhadap acara ini, yaitu munculnya Nut App dan NDC,” tutur Dimi Wahyu F., Ketua Himagizi periode 2017/2018.
Indonesia, menurut Global Nutrition Report tahun 2017, merupakan satu dari 17 negara yang mengalami masalah gizi ganda. Dr. Ir. Drajat Martianto yang saat ini menjabat sebagai Wakil Rektor IPB Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan ini mengatakan bahwa Indonesia masih memiliki harapan untuk memperbaiki kondisi gizinya. Salah satunya berasal dari seminar ini. “Semoga dari seminar ini kita bisa memecahkan masalah gizi ganda di Indonesia,” katanya.
Menurut Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) ini, seribu hari pertama kehidupan (HPK) juga penting dalam mencegah masalah gizi ganda. Kesehatan janin akan mempengaruhi kehidupan sampai usia tua. Dampaknya yang fatal membuat para wanita hamil disarankan untuk selalu menjaga kesehatan anaknya sejak dari kandungan.
Sementara itu, menurut Galopong Sianturi, Kepala Subdirektorat Bina Kewaspadaan Gizi Kementerian Kesehatan, memberantas gizi ganda adalah masalah hak asasi manusia (HAM). Hal itulah yang menjadi alasan pemerintah menggalakkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Program tersebut mengajak masyarakat untuk memiliki gaya hidup sehat dengan meningkatkan aktivitas fisik, penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), menjaga kualitas lingkungan, meningkatkan ilmu tentang gizi, pemeriksaan berkala untuk deteksi penyakit, dan makan buah serta sayur yang cukup.
Selain itu, menurut Dr. Rimbawan, pakar gizi IPB, separuh dari piring kita seharusnya adalah sayur-sayuran. Masyarakat Indonesia pada umumnya mengonsumsi buah dan sayur di bawah porsi yang dianjurkan, yaitu 150 gram buah dan 250 gram sayur. Padahal harusnya 400 gram.
Ada beberapa cara untuk menjaga keseimbangan gizi dalam tubuh. Diet dan aktivitas fisik yang sesuai merupakan salah satunya. Tentu saja, memilih tipe olahraga yang baik tidak boleh sembarangan.
Mury Kuswari, S.Pd, Ketua Umum Asosiasi Nutrisionis, Olahraga dan Kebugaran Indonesia menyarankan untuk memilih olahraga yang disukai. Selain menjadi favorit kita, harus disesuaikan dengan kondisi tubuh kita agar tidak terlalu berat atau ringan. Diet dan aktivitas fisik tidak selalu menjamin keseimbangan gizi. Pengaturan secara holistik juga diperlukan untuk menjaga tubuh.
“Hanya mengandalkan diet dan aktivitas fisik saja tidak cukup,” ujar Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS sebagai Ketua Umum Persatuan Gizi Pangan Indonesia. Pengaturan tersebut terdiri dari manajemen waktu tidur, manajemen stres, manajemen hormon, pengamatan komponen tubuh, menjaga lingkungan tempat tinggal, pola makan dan aktivitas fisik. (RP/Zul).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Seminar ini merupakan puncak dari rangkaian acara “Nutrition Fair” yang tahun ini telah memasuki tahun kedelapan. Turut hadir dalam acara tersebut adalah Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc sebagai Dekan Fakultas Ekologi Manusia (Fema), Dr. Ir. Drajat Martianto dari Divisi Kebijakan Pangan dan Gizi, dr. Naufal Muharam Nurdin, MSi sebagai Komisi Bidang Kemahasiswaan dan Hubungan Alumni dan artis papan atas seperti Muhammad Ridwan “Ridwan Remin”, The Overtunes sampai penampil cilik dari SDN Carang Pulang 2 ikut memeriahkan acara ini.
Nutrition Fair yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi (Himagizi) ini memiliki enam acara, diantaranya adalah Nutrition in Application (Nut App), Creativity in Infographic (Creatin), Nutrition Debating Competition (NDC), Crafting Special Recipe (Crispy), Physical Activity for Healthy Living (Prolin), dan Nutrition Seminar and Charity For Children (NIACIN).
“Ada dua pembaharuan terhadap acara ini, yaitu munculnya Nut App dan NDC,” tutur Dimi Wahyu F., Ketua Himagizi periode 2017/2018.
Indonesia, menurut Global Nutrition Report tahun 2017, merupakan satu dari 17 negara yang mengalami masalah gizi ganda. Dr. Ir. Drajat Martianto yang saat ini menjabat sebagai Wakil Rektor IPB Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan ini mengatakan bahwa Indonesia masih memiliki harapan untuk memperbaiki kondisi gizinya. Salah satunya berasal dari seminar ini. “Semoga dari seminar ini kita bisa memecahkan masalah gizi ganda di Indonesia,” katanya.
Menurut Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) ini, seribu hari pertama kehidupan (HPK) juga penting dalam mencegah masalah gizi ganda. Kesehatan janin akan mempengaruhi kehidupan sampai usia tua. Dampaknya yang fatal membuat para wanita hamil disarankan untuk selalu menjaga kesehatan anaknya sejak dari kandungan.
Sementara itu, menurut Galopong Sianturi, Kepala Subdirektorat Bina Kewaspadaan Gizi Kementerian Kesehatan, memberantas gizi ganda adalah masalah hak asasi manusia (HAM). Hal itulah yang menjadi alasan pemerintah menggalakkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Program tersebut mengajak masyarakat untuk memiliki gaya hidup sehat dengan meningkatkan aktivitas fisik, penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), menjaga kualitas lingkungan, meningkatkan ilmu tentang gizi, pemeriksaan berkala untuk deteksi penyakit, dan makan buah serta sayur yang cukup.
Selain itu, menurut Dr. Rimbawan, pakar gizi IPB, separuh dari piring kita seharusnya adalah sayur-sayuran. Masyarakat Indonesia pada umumnya mengonsumsi buah dan sayur di bawah porsi yang dianjurkan, yaitu 150 gram buah dan 250 gram sayur. Padahal harusnya 400 gram.
Ada beberapa cara untuk menjaga keseimbangan gizi dalam tubuh. Diet dan aktivitas fisik yang sesuai merupakan salah satunya. Tentu saja, memilih tipe olahraga yang baik tidak boleh sembarangan.
Mury Kuswari, S.Pd, Ketua Umum Asosiasi Nutrisionis, Olahraga dan Kebugaran Indonesia menyarankan untuk memilih olahraga yang disukai. Selain menjadi favorit kita, harus disesuaikan dengan kondisi tubuh kita agar tidak terlalu berat atau ringan. Diet dan aktivitas fisik tidak selalu menjamin keseimbangan gizi. Pengaturan secara holistik juga diperlukan untuk menjaga tubuh.
“Hanya mengandalkan diet dan aktivitas fisik saja tidak cukup,” ujar Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS sebagai Ketua Umum Persatuan Gizi Pangan Indonesia. Pengaturan tersebut terdiri dari manajemen waktu tidur, manajemen stres, manajemen hormon, pengamatan komponen tubuh, menjaga lingkungan tempat tinggal, pola makan dan aktivitas fisik. (RP/Zul).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018