Bogor (Antaranews Megapolitan) - Hutan mangrove sejatinya merupakan hutan yang memiliki banyak manfaat bagi masyarakat dan lingkungan. Manfaat tersebut diantaranya adalah mencegah abrasi di pesisir, sebagai pemecah angin dan gelombang pasang air laut, sebagai tempat hidup ekosistem laut, serta manfaat lainnya yang berdampak pada sosial dan ekonomi masyarakat. Namun keberadaan hutan mangrove saat ini sangat memprihatinkan. Sebanyak 1.817.999.93 hektar hutan mangrove di Indonesia mengalami kerusakan serius sehingga perlu dilakukan konservasi. Kerusakan hutan mangrove tersebut disebabkan karena adanya alih fungsi lahan hutan mangrove menjadi tambak serta karena terdampak proyek pembangunan yang tidak memperhatikan faktor ekologi pantai.

Melalui kegiatan Tree Grower Community in Action (TIA) tahun 2018, Himpunan Mahasiswa Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor (IPB) berusaha mengkampanyekan aksi peduli mangrove. Rangkaian TIA meliputi lomba essay bagi siswa-siswi Sekolah Menengah Atas (SMA), aksi menanam pohon mangrove, dan seminar nasional.

Aksi menanam pohon mangrove dilaksanakan pada Sabtu, (22/9) bertempat di Geopark Ciletuh, Sukabumi, Jawa Barat. Aksi ini diikuti oleh mahasiswa, masyarakat umum, serta pegiat mangrove yang ada di Jawa Barat. Adapun seminar nasional dilaksanakan pada Ahad, (30/9) bertempat di Auditorium Andi Hakim Nasoetion, Kampus IPB Dramaga. Seminar nasional ini mengangkat tema “Community Based Mangrove Forest Management for Sustainable Natural Potential.”

Dekan Fakultas Kehutanan IPB, Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M.Sc., F.Trop., mengatakan aksi peduli mangrove ini harus mendapat dukungan oleh semua pihak, pasalnya hutan mangrove di Indonesia saat ini banyak yang rusak dan bahkan di beberapa tempat sudah hilang. Tidak hanya itu, aksi ini harus diberi apresiasi karena sudah membantu menyadarkan masyarakat tentang pentingnya menjaga kawasan hutan mangrove.

“Hutan mangrove ini luasnya tidak banyak dibandingkan dengan hutan darat di Indonesia. Mungkin hanya tiga juta hektar saja, tetapi peran dari hutan mangrove ini sangat signifikan bagi kita. Sehingga aksi peduli mangrove ini harus mendapat dukungan berbagai pihak dalam kaitannya melakukan konservasi hutan mangrove,” ujar Rinekso.

Menurutnya, kerusakan hutan mangrove di Indonesia sudah semakin parah dan perlu diadakan konservasi dan restorasi hutan mangrove. Ia berharap, ke depannya aksi ini dapat meluas dan dapat melibatkan berbagai komponen masyarakat supaya ikut andil dalam menjaga kawasan hutan mangrove.

Rektor IPB, Dr. Arif Satria sangat mengapresiasi pelaksanaan aksi peduli mangrove ini. Ia membenarkan bahwa daerah pesisir yang memiliki green belt hutan mangrove lebih terjaga daripada daerah pesisir yang tidak ada hutan mangrovenya.

“Hutan mangrove itu pelindung daerah pesisir dan sangat penting dalam mengurangi abrasi dan dampak negatif lain. Di daerah Pantura terutama Pekalongan, kalau tidak segera dilakukan konservasi mangrove, diperkirakan pada tahun 2030 akan terjadi banjir rob sepanjang empat kilometer dari garis pantai,” ujar Rektor IPB.

Rektor IPB mengajak semua pihak baik dari masyarakat, akademisi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), korporasi, maupun pemerintah untuk bersinergi melakukan konservasi hutan mangrove. Dalam hal ini, Rektor IPB mencontohkan di Demak terdapat sebuah komunitas yang bergerak khusus di bidang konservasi dan pelestarian hutan mangrove. Komunitas ini terdiri dari NGO dan masyarakat pesisir yang saling bersinergi untuk menjaga kelestarian hutan mangrove.

Pada kegiatan seminar nasional kali ini, turut hadir Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS (Dosen Ahli Mangrove), Dr. Dana Budiman (General Manager Geopark Ciletuh), Ir. Dian Novarina, M.Sc. (Deputi Direktur Asia Pacific Resource International Limited, APRIL), Nurul Ikhsan, SE., MAP (Direktur Eksekutif Yayasan Wahana Mangrove Indonesia), dan Dr. Muhammad Firman (Direktur Konservasi Tanah dan Air, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI). (RA/Zul)

Pewarta: Oleh: Humas IPB

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018