Bogor (Antaranews Megapolitan) - Kehadiran Sekolah Ibu di Kota Bogor mendapat apresiasi dari Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dan ingin menerapkan secara resmi sekolah tersebut ditingkat Jabar.

"Gubernur ingin menjadikan Sekolah ibu sebagai sekolah resmi di Jabar," kata Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, saat menerima kunjungan Wakil Bupati Bandung Barat, Hengky Kurniawan, di Balai Kota Bogor, Kamis.

Bima mengatakan, 15 September lalu ketika Gubernur Ridwan Kamil melaksanakan kegiatan subuh keliling di Kota Bogor, sempat dikenalkan tentang Sekolah Ibu, dan begitu antusias mengenal lebih dalam tentang sekolah tersebut.

Dari kunjungan tersebut, Gubernur Ridwan Kamil menginformasikan keberadaan Sekolah Ibu di Kota Bogor kepada kepala daerah di wilayah Jawa Barat termasuk Wakil Bupati Bandung Barat Hengky Kurniawan.

"Dari Gubernur Jawa Barat, sekarang ditindaklanjuti oleh Wabup Badung Barat, yang hadir ingin melihat sekolah ibu," kata Bima.

Rencana untuk menjadikan Sekolah Ibu sebagai sekolah resmi di Jawa Barat, menurut Bima akan dibahas secara lebih terperinci pada tanggal 6 Oktober 2018 bertepatan dengan hari wisudanya lulusan Sekolah Ibu angkatan pertama.

"Kami meminta Pak Gubernur hadir di hari wisuda pertama Sekolah Ibu tanggal 6 Oktober, di sana akan dibahas secara detail," kata Bima.

Sementara itu, Hengky Kurniawan mengatakan, kedatangannya ke Kota Bogor selain bersilaturahmi juga untuk menindaklanjuti arahan Gubernur Jawa Barat,? untuk mengunjungi atau meninjau langsung kegiatan Sekolah Ibu.

"Sesuai arahan dan instruksi Gubernur Jawa Barat, yang awalnya menyebut tentang sekolah perempuan di Kota Bogor, bagus untuk dicontoh. Ternyata dijelaskan itu sekolah ibu," kata mantan artis ini.

Hengky menyebutkan, dari informasi yang dia dapatkan tentang Sekolah Ibu cukup positif untuk membangun ketahanan keluarga. Sebuah keluarga yang tadinya mau bercerai setelah mengikuti sekolah ibu batal bercerai.

"Kami maunya, kalau bisa yang cerai bisa rujuk lagi," kata Hengky berseloroh.

Ketua Tim Penggerak PKK Kota Bogor, Yane Ardian Bima Arya menjelaskan, pendirian Sekolah Ibu berangkat dari fenomena sosial yang terjadi di masyarakat saat ini, angka perceraian tinggi, kenakalan remaja, narkoba dan pergaulan bebas.

Kondisi ini lanjutnya, tidak hanya terjadi di Bogor saja, tetapi sudah menjadi masalah sosial yang terjadi secara nasional. Hal ini yang mendorong PKK Kota Bogor bergerak membantu pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

"PKK turun ke masyarakat menemukan banyak permasalahan, kami simpulkan perlu peningkatan peran kualitas ibu dalam menghadapi permasalah sosial tadi," katanya.

Sekolah Ibu telah diinisiasi sejak dua tahun lalu. Sebelum diluncurkan 2018, terlebih dahulu diujicobakan di dua kelurahan yakni Kelurahan Katulampa dan Ciparigi. Kini Sekolah Ibu telah berdiri di 68 kelurahan, setiap sekolah memiliki dua pengajar sehingga totalnya ada 136 orang pengajar.

"Sekolah berlangsung dua kali dalam seminggu yakni Senin dan Kamis, setiap kelas diisi 30 orang ibu, sehingga total angkatan pertama 2.040 orang," katanya.

Peserta Sekolah Ibu adalah wanita yang sudah menikah, dan pernah menikah. Sedangkan pengajar adalah wanita yang sudah menikah, minimal lima tahun pernikahan. Dan tidak boleh berstatus pernah menikah.

"Jadi tidak boleh pernah menikah, karena pengajar inikan memberikan teladan, memberikan pengajaran sehingga mereka yang statusnya sudah menikah, bisa memberikan contoh yang baik dalam keluarga," katanya.

Yane menambahkan, sebuah negara adalah kumpulan dari keluarga. Tidak ada keluarga maka negara juga tidak ada. Ini adalah kalimat dari Filsuf Aristoteles yang menjadi latar berlakang pendirian Sekolah Ibu di Kota Bogor.

"Tujuan Sekolah Ibu adalah meningkatkan ketahanan keluarga, melahirkan keluarga berkualitas dan negara berkualitas," kata Yane.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018