Setelah Sekolah Takyat bergulir di banyak daerah dengan kegiatan belajar mengajar, pemerintah juga sedang mempersiapkan pengoperasian Sekolah Garuda.
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi terus menyeleksi lokasi pembangunan Sekolah Garuda baru, dengan target pembangunan sekolah dapat rampung dan siap beroperasi pada tahun ajaran 2026/2027.
Wakil Menteri Dikti Saintek Stella Christie dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu, mengatakan empat lokasi yang diprioritaskan untuk diselesaikan pada tahun depan, yakni di Provinsi Bangka Belitung, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Utara, dan Sulawesi Tenggara.
"Sementara, pembangunan di lokasi lain akan dilakukan pada tahap kedua dengan target penyelesaian pada 2027," katanya melalui Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO).
Dalam Sidang Tahunan DPR/MPR, 15 Agustus 2025, Presiden Prabowo menegaskan bahwa 20 Sekolah Unggulan Garuda Baru dan 80 Sekolah Unggulan Garuda
Transformasi segera beroperasi.
Langkah ini menjadi bagian dari upaya mencetak calon pemimpin masa depan sekaligus mengatasi ketertinggalan Indonesia di bidang sains dan teknologi.
Menurut Wamen Dikti Saintek Stella Christie, saat ini proses peninjauan kesiapan masih berlangsung, termasuk di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat dan Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah yang masuk dalam daftar calon lokasi Sekolah Garuda.
“Kalimantan Tengah masuk lima besar. Peluangnya cukup besar. Tentu setelah kita meninjau lokasi kita akan menyiapkan laporan yang bisa menjadi dasar rasionalisasi dalam menentukan lokasi. Jika Pak Menteri dan Pak Presiden setuju, (lokasi) ini bisa menjadi pilihan,” katanya.
Kemdikti Saintek menerapkan mekanisme seleksi yang transparan dalam memilih lokasi Sekolah Garuda Baru. Proses ini melibatkan usulan dari pemerintah daerah di
seluruh Indonesia, dengan penilaian berbasis pada kesiapan wilayah, potensi sumber daya, serta komitmen pemerintah daerah mendukung program Presiden
Prabowo Subianto.
Wamen Stella menjelaskan, pemerintah bergerak cepat dalam memutuskan lokasi yang akan dijadikan Sekolah Garuda.
“Karena sebelumnya sudah ditinjau oleh tim dan data-data sudah lengkap. Satu minggu paling lambat diputuskan,” ujarnya.
Terkait pembangunan, ia menambahkan, jika Kalimantan Tengah ditetapkan sebagai lokasi, maka pembangunan akan dilakukan pada tahap kedua yang ditargetkan rampung Juni 2027, dan sekolah resmi beroperasi pada tahun ajaran 2027–2028.
Sekolah Garuda akan dibangun di atas lahan seluas 20 hektare, dengan 2 hektare digunakan untuk bangunan dan sisanya sebagai kawasan hijau.
“Kami ingin tetap ada kerja sama dengan masyarakat. Misalnya ada yang bisa dijadikan lahan perkebunan. Kami ingin ini menjadi satu konsep yang terpadu," kata Stella.
Ia mencontohkan, di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara yang menjadi salah satu lokasi calon Sekolah Garuda. Pembangunannya ditargetkan selesai pertengahan
2026.
Di sana, menurut Stella, lahan sekitar sekolah akan difungsikan sebagai pusat riset kakao yang sebelumnya sempat terbengkalai.
“Kalau di Katingan, mungkin bisa dikembangkan untuk perkebunan durian. Durian Katingan sangat enak. Tapi tentu harus dikaji oleh para pakar, yang sebagian besar ada di Universitas Palangkaraya,” tuturnya.
Stella berharap, kehadiran Sekolah Garuda tidak hanya mengejar ketertinggalan Indonesia di bidang sains dan teknologi, tetapi juga mendorong pertumbuhan potensi daerah, perekonomian, dan pariwisata setempat.
Stella Christie mendorong pendirian Sekolah Garuda di Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah (Kalteng) sebagai pusat pendidikan unggul bagi masyarakat.
Maka dari itu, Wamen Stella meninjau langsung calon lokasi Sekolah Garuda di Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah pada Jumat (12/9) sebagai bagian dari tahap seleksi penentuan lokasi sekolah unggul yang digagas Presiden RI sebagai wujud nyata empati dan komitmen beliau dalam memajukan kualitas pendidikan, terutama di bidang Science, Technology, Engineering, Mathematics (STEM).
"Bapak Presiden percaya bahwa talenta terbaik bangsa tersebar di seluruh pelosok, termasuk di Katingan. Namun peluang tidak tercipta begitu saja, peluang harus dibangun. Itulah alasan Sekolah Garuda hadir, sebagai wujud nyata empati yang direalisasikan melalui tindakan," katanya.
Stella menegaskan bahwa Sekolah Garuda lahir dari visi Presiden untuk menciptakan pemerataan akses pendidikan berkualitas tinggi di seluruh Indonesia.
Ia menjelaskan program ini terdiri atas dua skema utama, yaitu membangun sekolah baru di daerah yang belum memiliki SMA unggul, serta membina sekolah-sekolah yang sudah ada, agar siswanya mampu bersaing hingga ke perguruan tinggi tingkat dunia.
Stella menyebut Sekolah Garuda didirikan dengan tiga pilar utama, yaitu pemerataan akses, inkubasi kepemimpinan, serta prestasi akademik yang disertai pengabdian kepada masyarakat.
Dengan konsep ini, siswa-siswi terbaik Indonesia akan berkumpul, belajar bersama, dan hidup berdampingan di lingkungan yang menumbuhkan wawasan global sekaligus kepekaan lokal.
"Kami ingin Sekolah Garuda menjadi inkubator pemimpin bangsa. Mereka tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga peduli dan mampu berkontribusi nyata bagi masyarakat sekitar," ujarnya.
Adapun terkait calon lokasi pembangunan di Katingan, sekolah ini akan memanfaatkan hingga dua hektare lahan dari total 20 hektare yang disediakan. Sisa lahan akan dipertahankan sebagai kawasan alami dan diberdayakan melalui kolaborasi dengan masyarakat dan kampus setempat, seperti Universitas Palangka Raya.
Menurut Stella, pemanfaatan ini dapat berupa pusat penelitian, lahan produktif, atau riset lokal yang sesuai dengan potensi daerah, misalnya karbon capture, konservasi gambut, hingga pengembangan durian khas Katingan.
"Kami ingin sekolah ini tidak hanya hadir sebagai pusat pendidikan, tetapi juga menjadi katalisator ekonomi dan penelitian daerah," tutur Stella Christie.
Sementara, Bupati Katingan Saiful menyampaikan apresiasi tinggi atas kunjungan Wamendiktisaintek dan kesempatan besar bagi daerahnya untuk menjadi tuan rumah Sekolah Garuda. Ia menegaskan kesiapan pemerintah daerah dalam mendukung penuh program nasional tersebut.
Sekolah unggul ini adalah cita-cita Presiden untuk melahirkan SDM berkualitas dan pemimpin bangsa di masa depan. Kami berharap anak-anak Katingan bisa turut menjadi bagian dari generasi unggul itu. Pemerintah daerah dan masyarakat siap mendukung keputusan Presiden agar Katingan menjadi salah satu lokasi Sekolah Garuda.
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Brian Yuliarto menyebutkan terdapat empat Sekolah Garuda baru yang akan mulai beroperasi pada Tahun Ajaran 2026/2027.
"Empat titik itu adalah di Kabupaten Belitung Timur, Timor Tengah Selatan, Konawe Selatan dan (di) Kalimantan Utara," kata Menteri Brian dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (27/8/2025).
Mendiktisaintek menyebutkan, selain empat lokasi Sekolah Garuda baru tersebut, terdapat pula delapan Sekolah Garuda baru yang saat ini sedang dikebut pengerjaannya agar bisa segera digunakan.
Kedelapan lokasi lainnya, jelasnya, terdapat di Papua Barat, Bengkulu, Palangkaraya, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Aceh, dan Gorontalo, sehingga, hanya kurang dari separuh yang diperlukan untuk mewujudkan target pembangunan 20 Sekolah Garuda baru.
"Sudah ada 12 atau 13 ditambah Nabire, itu maka kita akan butuh tujuh lagi untuk sekolah unggulan Garuda yang kita buat dari nol," ujar Brian.
Menteri menyebutkan terdapat pula Sekolah Garuda transformasi yang berbasis dari sekolah unggulan yang sudah ada, dan kemudian dilengkapi dengan standar dan parameter yang telah disiapkan untuk menyiapkan para lulusan agar dapat berkuliah di perguruan tinggi terkemuka di dunia.
"Kami berharap terjadi pemerataan dari sisi wilayah juga. Jadi (Sekolah Garuda ada di) seluruh wilayah, dan itu Bapak Presiden meminta tambahannya 80 yang transformasi," lanjutnya.
Brian memastikan Sekolah Garuda transformasi tidak membebani APBN secara pendanaan, sebab yang dilakukan pemerintah hanya ekstra proses pembinaan siswa agar para lulusan dapat berkuliah di perguruan tinggi terkemuka di dunia.
"Tentu ini kita akan berkoordinasi dengan Kementerian Dikdasmen, karena memang sebenarnya kan pengelolaan SMA itu ada di bawah Dikdasmen. Jadi kita sebenarnya hanya menambahkan, men-top up bagian pengayaan, sehingga mereka siswa-siswi dari sini itu siap untuk bisa sekolah lanjut di kampus-kampus top dunia," tutur Brian Yuliarto.
Editor :
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2025