Bogor (Antaranews Megapolitan) - Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM, Meliadi Sembiring, mengatakan kampus tempat melahirkan wirausaha baru yang siap berkembang setelah lulus kuliah.
"Wirausaha itu harus dilakukan sedini mungkin," katanya dalam seminar nasional dan diskusi tentang "Koperasi Sektor Riil" di Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu.
Ia menganalogikan bahwa melahirkan wirausaha baru seperti mengajarkan ayam berenang. Mengajarkan ayam berenang sampai tua, bahkan sudah dijadikan opor akan susah untuk berenang.
Tetapi, kata dia, jika bebek, begitu menetas diletakkan dalam air akan langsung berenang. Demikian halnya dengan wirausaha.
Oleh karena itu, katanya, hal yang perlu diperbanyak telur bebek, sehingga begitu menetas bisa langsung berenang.
"Telur-telur itu di mana, ya mahasiswa yang ada sekarang. Supaya nanti begitu lulus, langsung berenang, usahanya langsung jalan," katanya.
Seperti Ciputra, lanjutnya, sejak kecil diajarkan di sekolah untuk wirausaha. Agar mahasiswa bisa langsung wirausaha, caranya harus diasah di tempat kuliah.
"Kuliah itu bikinlan praktik-praktiknya mengajarkan usaha, apalagi fakultas ekonomi jangan sampai tidak ada praktik terkait usaha," katanya.
Meliadi mendorong IPB menghasilkan wirausaha dimulai dari kampus. Dengan kegiatan wirausaha harus diasah dari awal, kalau kampus memberikan tempat dan kegiatan untuk usaha, maka akan banyak lulusan yang menjadi wirausaha.
"Ini kita garap bersama-sama, programnya, pembiayaannya, bisa juga kerja sama dengan sponsor. Seperti Bank Mandiri punya program kerja sama modal usaha," kata Meliadi.
Wakil Rektor IPB Bidang Kerja Sama dan Sistem Informasi, Prof Doddik Ridho Nurrochmat, mengatakan sejak awal IPB sudah memiliki mata kuliah wajib kewirausahaan.
Mata kuliah itu diajarkan sejak semester pertama dan kedua. Lalu semester berikutnya ada program kegiatan mahasiswa (PKM), setelah itu dilanjutkan dengan program mahasiswa wirausaha (PMW) di tingkat yang lebih tinggi semester enam, dan ada lagi nantinya inkubasi bisnis.?
Dengan pembinaan berjenjang, lanjutnya, maka piramida karir, pencari kerja (job seaker) dan pembuat kerja (job creator). Kalau mau menjadi "job creator" mereka milihnya wirausaha, dimulai dari tingkat persiapan bersama.
"Ada pendidikan wirausaha, semester berikutnya didorong PMK dan PMW," katanya.
Doddik menambahkan total jumlah lulusan IPB yang memilih jalur wirausaha sekitar lima persen. Secara nasional, jumlah itu cukup tinggi dibandingkan dengan angka wirausaha Indonesia hanya 0,2 persen.
Tetapi, lanjutnya, dari yang sudah dididik oleh IPB yang betul-betul berhasil berwirausaha agak sulit. Dari 100 persen yang berwirausaha, hanya 10 persen yang usahanya jalan sampai lulus.
"Ketika lulus, kalau usahanya tidak ditingkatkan penghasilannya sama dengan minimal gaji di perusahaan, maka banyak juga yang memiliki sebagai karyawan," kata Doddik.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
"Wirausaha itu harus dilakukan sedini mungkin," katanya dalam seminar nasional dan diskusi tentang "Koperasi Sektor Riil" di Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu.
Ia menganalogikan bahwa melahirkan wirausaha baru seperti mengajarkan ayam berenang. Mengajarkan ayam berenang sampai tua, bahkan sudah dijadikan opor akan susah untuk berenang.
Tetapi, kata dia, jika bebek, begitu menetas diletakkan dalam air akan langsung berenang. Demikian halnya dengan wirausaha.
Oleh karena itu, katanya, hal yang perlu diperbanyak telur bebek, sehingga begitu menetas bisa langsung berenang.
"Telur-telur itu di mana, ya mahasiswa yang ada sekarang. Supaya nanti begitu lulus, langsung berenang, usahanya langsung jalan," katanya.
Seperti Ciputra, lanjutnya, sejak kecil diajarkan di sekolah untuk wirausaha. Agar mahasiswa bisa langsung wirausaha, caranya harus diasah di tempat kuliah.
"Kuliah itu bikinlan praktik-praktiknya mengajarkan usaha, apalagi fakultas ekonomi jangan sampai tidak ada praktik terkait usaha," katanya.
Meliadi mendorong IPB menghasilkan wirausaha dimulai dari kampus. Dengan kegiatan wirausaha harus diasah dari awal, kalau kampus memberikan tempat dan kegiatan untuk usaha, maka akan banyak lulusan yang menjadi wirausaha.
"Ini kita garap bersama-sama, programnya, pembiayaannya, bisa juga kerja sama dengan sponsor. Seperti Bank Mandiri punya program kerja sama modal usaha," kata Meliadi.
Wakil Rektor IPB Bidang Kerja Sama dan Sistem Informasi, Prof Doddik Ridho Nurrochmat, mengatakan sejak awal IPB sudah memiliki mata kuliah wajib kewirausahaan.
Mata kuliah itu diajarkan sejak semester pertama dan kedua. Lalu semester berikutnya ada program kegiatan mahasiswa (PKM), setelah itu dilanjutkan dengan program mahasiswa wirausaha (PMW) di tingkat yang lebih tinggi semester enam, dan ada lagi nantinya inkubasi bisnis.?
Dengan pembinaan berjenjang, lanjutnya, maka piramida karir, pencari kerja (job seaker) dan pembuat kerja (job creator). Kalau mau menjadi "job creator" mereka milihnya wirausaha, dimulai dari tingkat persiapan bersama.
"Ada pendidikan wirausaha, semester berikutnya didorong PMK dan PMW," katanya.
Doddik menambahkan total jumlah lulusan IPB yang memilih jalur wirausaha sekitar lima persen. Secara nasional, jumlah itu cukup tinggi dibandingkan dengan angka wirausaha Indonesia hanya 0,2 persen.
Tetapi, lanjutnya, dari yang sudah dididik oleh IPB yang betul-betul berhasil berwirausaha agak sulit. Dari 100 persen yang berwirausaha, hanya 10 persen yang usahanya jalan sampai lulus.
"Ketika lulus, kalau usahanya tidak ditingkatkan penghasilannya sama dengan minimal gaji di perusahaan, maka banyak juga yang memiliki sebagai karyawan," kata Doddik.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018