Bogor (Antaranews Megapolitan) - Gempa yang terjadi 5 Agustus lalu menyisakan duka yang mendalam bagi masyarakat Lombok. Suasana yang tenang berubah suasana duka.  Ribuan rumah rusak parah dan hancur. Lebih dari 390 orang dinyatakan meninggal dunia. Bahkan ada dusun yang 100 persen rata dengan tanah.

Sebagai wujud respon tersebut, Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) IPB mengirimkan tim Quick Response ke Lombok. Tim ini langsung dipimpin oleh Kepala Pusat Studi Bencana LPPM IPB.  Dalam masa quick respon ini tim ditugasi untuk menyampaikan bantuan kepada masyarakat umum, petani, nelayan dan peternak.

Selanjutkan juga akan dilakukan pemetaan daerah terdampak bencana. Dr. Syamsul Bahri Agus dan Muhammad Baihaqi, M.Sc, dosen Fakultas Peternakan melakukan observasi dampak gempa terhadap peternak, areal Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) serta kelompok peternak lainnya. Fika Hardini dari Klinik Gizi dan Kesejahteraan Keluarga LPPM melakukan observasi pada kelompok anak-anak dan ibu-ibu di wilayah terdampak dan Danang Aria project officer LPPM IPB.

Pada kesempatan ini, tim langsung melakukan pemetaan dampak pada daerah sasaran. Salah satu desa tujuan adalah Desa Genggelang, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara.

Berdasarkan pantauan tim IPB, kerusakan yang terjadi adalah hancurnya bangunan-bangunan tempat tinggal dan lumpuhnya aktivitas ekonomi masyarakat serta sekolah-sekolah di sekitaran Lombok Utara. Menurut salah satu warga desa Genggelang, banyak warga yang memilih mengungsi dibandingkan tetap tinggal di rumah. Walaupun rumah tidak terlalu parah kerusakannya tetapi penduduk tetap memilih untuk tinggal di posko karena masih takut akan terjadi gempa susulan. Dalam kondisi seperti ini juga sering terjadi mati listrik.

Salah seorang pengungsi di posko desa Genggelang juga mengatakan bahwa pada posko tersebut belum ada relawan yang bergerak di bidang edukasi kepada anak-anak mereka. Banyak bantuan datang tapi hanya menurunkan bantuan, kadang bahan makanan ataupun pakaian tapi jarang yang datang untuk mendidik anak-anak.

Selama di lapangan, tim IPB menyampaikan bantuan berupa selimut, bantuan air minum, bubur bayi, popok bayi dan tikar yang disampaikan langsung kepada masyarakat. Secara umum masyarakat terdampak belum ada yang berani kembali ke rumah karena takut gempa susulan. Sehingga mereka masih berharap ke depan ada bantuan berupa tenda atau terpal.

Secara umum, banyak bantuan yang ada di lokasi dekat jalan utama, namun di pedalaman kondisinya masih terbatas. Dari observasi yang dilakukan, beberapa hal yang perlu mendapat perhatian ke depan diantaranya adalah upaya pemulihan masyarakat pasca gempa, sanitasi serta kesehatan.  Salah satu yang dirasakan penting ke depan adalah mempersiapkan program trauma healing di lokasi terdampak tersebut.

Rektor IPB mengharapkan tim Quick Respon dapat menyiapkan skema rehabilitasi, rekonstruksi dalam mempercepat resiliensi masyarakat terdampak bencana.(**/Zul)

Pewarta: Oleh: Humas IPB

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018