Bogor (Antaranews Megapolitan) - Center for Disaster Studies (Cerdas) atau Pusat Studi Bencana Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB) terus mendorong dan berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bencana baik di darat, pesisir, laut maupun perairan tawar seperti danau.

Sekretaris Pusat Studi Bencana LPPM IPB, Perdinan, PhD, MNRE melakukan inisiasi tersebut di danau Tempe. Danau Tempe yang berlokasi di Sulawesi Selatan atau sekitar 3-4 jam dari kota Makassar merupakan salah satu danau tua dan menjadi prioritas nasional. Persoalan di danau Tempe tergolong kompleks. Diantaranya peningkatan sedimentasi, menurunnya kuantitas dan kualitas air, dan kejadian banjir di sekitar.

“Persoalan-persoalaan yang ditemukan tersebut, jika ditelaah lebih dalam, kita menemukan korelasi yang kuat antara karakter sosial masyarakat dan kondisi iklim. Alasan ini kemudian menjadi dasar bagi Pusat Studi Bencana LPPM IPB untuk turut mendorong tumbuhnya kesadaran dalam mengelola kawasan dan kepahaman terhadap iklim.  Sebagai contoh, saat musim hujan danau Tempe dan danau sekitarnya (yaitu: danau Sidenreng dan danau Buaya) menjadi satu kesatuan wilayah air (wilayah genangan banjir), sehingga menghambat berbagai aktivitas masyarakat seperti kegiatan pertanian tidak dapat dilakukan, dan menimbulkan kerugian,” ujarnya.

Inisiasi adaptasi iklim ini dimulai dengan melakukan identifikasi permasalahan yang ada di danau Tempe oleh Pusat Studi Bencana LPPM IPB bersama dengan Direktorat Adaptasi Direktorat Jenderal Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DIRJEN PI KLHK).  Perubahan Iklim secara nyata berdampak terhadap perubahan curah hujan wilayah danau Tempe yang kemudian berdampak banjir.

Kegiatan adaptasi ini dilakukan dengan dialog terfokus (FGD) bersama masyarakat yang dibuka oleh Direktur Adaptasi DIRJEN PI KLHK, Sri Tanri Arundati, MSc.  Sri Tanri menekankan perlunya perencanaan dan pengelolaan danau Tempe yang adaptif terhadap potensi dampak perubahan iklim di masa depan.  

Peserta dialog yang berasal dari lintas dinas dan balai dengan kewenangan terkait, memberikan berbagai informasi terkait berbagai permasalahan yang ada, khususnya sedimentasi, berkurangnya spesies ikan, dan perlunya pertimbangan dalam melakukan aksi misalnya sedimentasi agar tetap menyisakan gulma sekitar sepuluh persen sebagai pakan ikan. Inisiatif pembentukan kelompok kerja juga digagas dengan pertimbangan kompleksitas permasalahan dan perlunya koordinasi berbagai pihak agar kegiatan tepat sasaran.

Adaptasi iklim dalam pengelolaan danau Tempe ini bertujuan untuk mendorong pengarusutamaan isu perubahan iklim dalam pengelolaan danau Tempe.  Doktor lulusan Michigan State University dan dosen di Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB ini mengemukakan perlunya informasi proyeksi perubahan iklim. Pemanfaatan informasi perubahan iklim dapat memberikan gambaran mengenai kondisi iklim di masa depan dan dapat dijadikan instrumen untuk memprediksi perubahan areal banjir dan laju sedimentasi danau Tempe.

Estimasi potensi dampak perubahan iklim selanjutnya dapat dipergunakan dalam penyusunan rencana pengelolaan danau Tempe dengan melibatkan berbagai pihak. Dalam forum ini juga terungkap proses pembentukan Kelompok Kerja (POKJA) yang diarahkan untuk menyusun peta jalan pengelolaan danau dengan strategi aksi yang berdampak langsung terhadap kehidupan masyarakat.  Melalui proses adaptasi ini diharapkan kesadaran akan risiko dan dampak bencana dari iklim menjadi kesadaran komunal, sehingga bisa meminimalkan berbagai kerugian dari bencana yang mungkin saja dapat terjadi. (red/Zul).

Pewarta: Oleh: Humas IPB

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018