Bogor (Antaranews Megapolitan) - Minat dan partisipasi generasi muda dalam bidang pertanian terus menurun. Pertanian dianggap tidak menopang masa depan. Akses lahan dan modal yang terbatas, serta minimnya berbagai dukungan lain bagi generasi muda, menyebabkan potensi pertanian tidak bisa digarap optimal. Lima mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) berusaha membuat edukasi pertanian untuk santri Kahuripan, Desa Sukadamai, Bogor sebagai upaya menumbuhkan minat dan partisipasi di bidang pertanian.

Slamet Iman Taofik, Agung Nurfaizi, Mar’ie Muhammad, Yusnia Dwi Putri Suherman, dan Unwanah yang tergabung dalam kelompok Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-M) di bawah bimbingan Bonjok Istiaji, S.P, M.Si berusaha membuat edukasi pertanian berbasis ekologi untuk santri dengan nama AGRIYOUNGS ( Agroecologycal Education For Young Generations).

“Potensi pesantren di bidang pertanian kurang dilirik dan kurang dikembangkan, sedangkan kita ketahui potensi pesantren itu selalu meningkat baik itu pesantren tradisional maupun pesantren modern. Pesantren yang kami pilih adalah pesantren tradisional Kahuripan di Desa Sukadamai,” kata Slamet Iman Taofik.

Alasan memilih pesantren tradisional adalah ketertinggalan pesantren yang hanya memfokuskan kegiatan untuk mengaji. Edukasi umum seperti berhitung dan membaca jarang didapatkan, sehingga dalam edukasi pertanian AGIYOUNGS ini juga dimasukkan edukasi seperti berhitung dan membaca.

Edukasi pertanian yang diajarkan AGRIYOUNGS adalah pendampingan dan pembimbingan. Tidak hanya santri yang mendapat edukasi tentang pertanian, tetapi para pengajar juga akan mendapat edukasi sama seperti para santrinya.

“Edukasi pertanian ini tidak hanya kami berikan untuk santrinya saja, tetapi juga untuk para pengajarnya. Kenapa? Kalau kita hanya berikan kepada santri, kemungkinan untuk berlanjut sangat kecil karena santri tersebut tidak akan menetap di pesantren untuk waktu yang lama. Nah para pengajar tersebutlah yang memungkinkan untuk membuat program ini terus berlanjut, sehingga kami beri pembimbingan juga,” ujar Slamet Iman Taofik.

Pembimbingan dan pendampingan ini menggunakan pendekatan visual, auditorial, dan tactual learning. Ketiga pendekatan tersebut menghasilkan dua media pembelajaran yaitu media permainan dan media pendukung.

“Metode yang kami gunakan itu kan pembimbingan dan pendampingan. Dari metode tersebut kami melakukan pendekatan visual, auditorial, dan tactual learning yang menghasilkan dua media pembelajaran yaitu media permainan berupa agriludo dan media pendukung berupa agricard,” tambah Slamet.

Permainan agriludo merupakan sarana untuk mengaplikasikan materi-materi yang diajarkan, sedangkan media agricard adalah yang mendukung secara visual yaitu kartu bergambar yang mengajarkan langkah-langkah pertanian secara baik.

Pertanian yang diajarkan merupakan pertanian yang ramah lingkungan seperti pembuatan pupuk kompos, pemakaian PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobakteria) atau bakteri pemacu pertumbuhan dan konsep-konsep yang ramah lingkungan.

“Secara umum kami mengajarkan pertanian yang ramah lingkungan seperti pembuatan pupuk kompos, pemakaian PGPR, dan konsep-konsep ramah lingkungan untuk menghindari dari hama dan pupuk kimia. Selain itu kami juga mengajarkan  tentang hama dan penyakit,” tuturnya.

Output yang diharapkan dari program ini yaitu terbentuknya kelompok tani dari para pengajarnya yang mau mengembangkan pertanian dan pesantren tersebutlah yang menjadi role modeling nya.

Ke depannya, Slamet dan tim berharap AGRIYOUNGS dapat berkembang lebih besar lagi, dan tidak hanya berfokus pada bidang pertanian tetapi dapat meluas serta dapat memberikan edukasi pertanian untuk santri di pesantren-pesantren lainnya.(Ath/ris)

Pewarta: Oleh: Humas IPB/Slamet Iman Taofik dan Tim

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018