Tim mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) mengampanyekan penggunaan inhaler herbal asal Thailand, YaDom, sebagai pengganti rokok elektronik atau vape di kalangan anak muda.

Tim periset pengganti vape dari FKUI itu ialah Giovanni Dhimas Raditya Putra (FKUI 2022), Chesya Ejoli (FKUI 2024), dan Sherryl Raeffy Rayendra (FKUI 2024).

“Kampanye kesehatan ini kami rancang setelah riset awal tentang urban health, kemudian kami berdiskusi tentang potensi substitusi vape yang sudah familiar di masyarakat. YaDom kami nilai memiliki potensi besar karena legal, murah, dan memiliki risiko ketergantungan yang jauh lebih rendah daripada rokok atau vape,” kata Chesya Ejoli di Depok, Selasa.

Baca juga: UI janji berperan aktif bangun SDM kesehatan di Maluku Utara

Kampanye kesehatan kreatif berbasis riset tersebut membuktikan bahwa penggunaan YaDom, sebagai substitusi penggunaan rokok elektrik di kalangan muda dapat memberikan efek relaksasi dan pereda stres yang mirip dengan vape, tanpa kandungan nikotin atau zat adiktif berbahaya.

Lebih lanjut, Chesya menjelaskan bahwa untuk mendukung efektivitas penggunaan inhaler herbal tersebut, inovasi FKUI itu dilengkapi dengan kampanye edukasi melalui media sosial, kisah inspiratif dari mantan perokok, serta kolaborasi dengan sekolah dan para pemengaruh (influencer).

Pendekatan itu dirancang untuk membentuk kesadaran dan kebiasaan baru yang lebih sehat di kalangan anak muda.

“Kampanye kami bertujuan untuk mengubah kebiasaan kalangan muda yang ingin mencoba vaping dengan alternatif yang lebih aman, seperti Ya-Dom, sekaligus sebagai pendukung terapi bagi mereka yang sudah terlanjur kecanduan rokok elektrik,” katanya.

Baca juga: Doktor FKUI hadirkan inovasi strategis pencegahan kanker payudara

Tim mahasiswa FKUI, sebagai salah satu tim yang mewakili Indonesia, harus bersaing dengan 23 finalis lain dari berbagai negara Asia dalam kategori Public Health Challenge di ajang tersebut.

Tantangan itu menekankan kreativitas dan pendekatan preventif dalam mengatasi isu kesehatan di masyarakat.

“Kami senang bisa mengikuti kompetisi internasional ini, terlebih lagi bisa meraih juara. Kompetisi ini menjadi momentum penting untuk menumbuhkan semangat kolaborasi dan inovasi bersama rekan-rekan dari Asian Medical Students' Association (AMSA) Internasional. Kami berharap lomba yang serupa dapat menjadi pemicu bagi banyak mahasiswa kedokteran untuk selalu berinovasi, tidak hanya secara klinis, namun juga secara preventif untuk masyarakat,” ujar Chesya.

Baca juga: Dokter FKUI sebut tuli akibat bising jadi ancaman baru di era modern

Sementara itu, Dekan FKUI Prof Ari Fahrial Syam menyampaikan apresiasi atas capaian tim FKUI yang membanggakan tersebut.

Menurut Prof Ari Fahrial, keberhasilan mahasiswa FKUI dalam kompetisi internasional tidak hanya menjadi bukti kapasitas akademis yang unggul, tetapi juga menunjukkan kepedulian terhadap isu kesehatan masyarakat yang nyata.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2025