Bogor (Antaranews Megapolitan) - Indonesia merupakan negara maritim yang kaya sumber daya kelautan. Namun pada kenyataannya, potensi kelautan Indonesia belum secara optimal dapat dieksplorasi. Berdalih alasan teknologi, pengembangan sektor kelautan tak pernah dilakukan. Inovasi teknologi selalu dibutuhkan di berbagai sektor, salah satunya kelautan. Tiga mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) membuat Inovasi Pengukuran Parameter Fisik Perairan Menggunakan Metode OTG () untuk menjawab kebutuhan teknologi sektor maritim.

Sefto, Yoan Andriansyah, dan Naufal Hamdani Yuza dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK) IPB melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Eksakta (PKM-PE) di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc membuat suatu inovasi teknologi menggunakan parameter fisik air sebagai upaya menggali potensi kelautan Indonesia.

“Kita menawarkan inovasi baru, suatu pengukuran parameter perairan dengan menggunakan sistem autonomous. Nah, parameter yang kita ukur di sini adalah suhu dan kekeruhan. Sebenarnya alat untuk mengukur kedua parameter ini sudah ada, namun kekurangannya hanya mengukur di titik-titik tertentu,” kata Sefto.

Melihat kekurangan dari teknologi yang telah ada, tiga mahasiswa IPB ini menawarkan inovasi yang bisa menutupi kekurangan tersebut menggunakan metode tracking kapal. Metode tracking kapal yaitu kapal yang dilengkapi dengan sensor suhu dan kekeruhan menggunakan sistem autonomous yang menyebabkan kapal dapat bergerak sendiri dengan mengikuti koordinat GPS yang telah ditentukan sebelumnya.

“Sepanjang kapal berjalan, kapal ini akan mengukur kedua parameter tersebut yaitu suhu dan kekeruhan. Tidak seperti teknologi yang telah ada, yaitu hanya mengukur contoh-contoh perairan tertentu, tetapi kami mengukur setiap jalur yang dilewati oleh kapal. Sebenarnya suhu dan kekeruhan ini hanya parameter saja, kami di sini menawarkan metodenya yang menggunakan sistem autonomous. Autonomous  adalah sebuah jaringan yang secara bebas dan mempunyai manajemen sistem sendiri,” ujar Sefto.

Sistem penggunaan kapal ini bisa menggunakan dua mode yaitu remote dan autonomous. Perbedaannya adalah kalau remote menggunakan pengendali, sedangkan autonomous menggunakan sistem sendiri. Jarak yang bisa ditempuh oleh kapal ini adalah 100 meter.

“Dalam kapal ini bisa menggunakan dua sistem yaitu remote dan autonomous. Untuk remote-nya sendiri mengunakan pengendali untuk mengendalikan kecepatan dan yang lain, sedangkan yang autonomous, di dalamnya ditanamkan micro computer yang kami beri program. Jarak yang dapat di tempuh kapal ini yaitu sejauh 100 meter, ” tambahnya.

Kelebihan dari inovasi teknologi ini adalah bisa digunakan di perairan yang sulit dijangkau manusia, seperti topografi yang dangkal sehingga menyebabkan kapal survey tidak dapat melakukan survey di area tersebut. Selain itu juga bisa melakukan survey di area yang berbahaya, seperti daerah yang terdapat hewan berbahaya atau udara yang beracun.

Harapan ke depan, kapal ini dapat membantu sektor kelautan terutama para nelayan dan juga dapat membantu instansi kemaritiman untuk dapat memetakan wilayah dengan tingkat kekeruhan dan suhu tertentu.

“Harapan terbesarnya dapat membantu nelayan, jadi kita bisa tahu daerah dengan suhu tertentu dan kekeruhan tertentu dimana terdapat banyak ikan. Selain itu juga bisa membantu instansi bidang maritim untuk membuat peta kekeruhan dan variasi suhu di perairan Indonesia,” kata Sefto.(Ath/ris)

Pewarta: Oleh: Humas IPB

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018