Jakarta (Antaranews Megapolitan) - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) memuji keberanian artis Via Vallen berbicara secara terbuka melalui tulisan atau bisa disebut "porno literasi" di media sosial terkait keinginan seseorang melakukan pelecehan seksual terhadap dirinya.
"Sebagai 'public figure', Via Vallen melakukan langkah besar yang diharapkan bisa menginspirasi banyak perempuan yang tidak atau belum berani bicara terkait pelecehan seksual melalui tulisan terhadap diri mereka," kata Juru Bicara PSI untuk Pemberdayaan Perempuan dan Kaum Muda, Dara Adinda Nasution, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Kamis.
Pernyataan Dara ini dilontarkan untuk menanggapi berita bahwa Via secara berani menyebarkan 'screenshot' terkait pelecehan seksual terhadap dirinya melalui Instagram oleh seorang pemain sepak bola terkenal di Indonesia.
Dalam pesan Instagram itu, pria tersebut menulis: "I want you sign for me in my bedroom, wearing sexy clothes".
Menurut Dara, tidak mudah bagi seorang perempuan untuk bicara terbuka terkait pelecehan seksual terhadap dirinya, walau itu berupa kata-kata atau tulisan.
"Banyak perempuan memilih diam karena merasa takut, cemas, tidak berdaya atau merasa tidak pantas untuk mengungkapkan apa yang dialaminya pada orang lain. Diamnya korban pelecehan seksual ini justru bisa mendorong terus berlangsungnya praktik-praktlk pelecehan baik di ruang publik maupun ruang privat," katanya.
Dara menegaskan, pelecehan seksual tidak boleh dianggap remeh dan dianggap normal, walau itu berupa tulisan.
"Yang terjadi pada Via, meski tidak melibatkan kontak fisik, juga termasuk pelecehan yang membuat korban tidak nyaman. Kita tidak boleh membiarkan pelaku merasa bahwa apa yang dilakukannya diterima oleh masyarakat," ucap Dara.
Data Biro Pusat Statistik menunjukkan bahwa satu dari tiga perempuan di Indonesia pernah mengalami kekerasan seksual, baik fisik maupun non-fisik.
"Data ini sendiri hanya mewakili puncak dari gunung es. Kondisi riil pasti lebih tinggi, karena banyak kasus tidak dilaporkan atau tidak diakui. Karena itu, 'support' terhadap korban sangat penting," tuturnya.
Dara sangat menyayangkan masih banyak orang, apalagi sesama perempuan, yang malah menyalahkan Via. Ada saja orang yang menganggap Via cuma cari panggung, lebay, dan lain-lain, katanya.
"Tindakan menyalahkan korban ini akan melemahkan keberanian korban-korban pelecehan untuk bersuwara. Seharusnya kita mendukung perempuan yang berani bicara terbuka. Kalau kita menyalahkan korban, berarti kita ikut mendukung pelaku dan melakukan peremehan pelecehan seksual. Kita harus menciptakan ekosistem yang bisa membuat korban merasa aman untuk berbicara," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
"Sebagai 'public figure', Via Vallen melakukan langkah besar yang diharapkan bisa menginspirasi banyak perempuan yang tidak atau belum berani bicara terkait pelecehan seksual melalui tulisan terhadap diri mereka," kata Juru Bicara PSI untuk Pemberdayaan Perempuan dan Kaum Muda, Dara Adinda Nasution, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Kamis.
Pernyataan Dara ini dilontarkan untuk menanggapi berita bahwa Via secara berani menyebarkan 'screenshot' terkait pelecehan seksual terhadap dirinya melalui Instagram oleh seorang pemain sepak bola terkenal di Indonesia.
Dalam pesan Instagram itu, pria tersebut menulis: "I want you sign for me in my bedroom, wearing sexy clothes".
Menurut Dara, tidak mudah bagi seorang perempuan untuk bicara terbuka terkait pelecehan seksual terhadap dirinya, walau itu berupa kata-kata atau tulisan.
"Banyak perempuan memilih diam karena merasa takut, cemas, tidak berdaya atau merasa tidak pantas untuk mengungkapkan apa yang dialaminya pada orang lain. Diamnya korban pelecehan seksual ini justru bisa mendorong terus berlangsungnya praktik-praktlk pelecehan baik di ruang publik maupun ruang privat," katanya.
Dara menegaskan, pelecehan seksual tidak boleh dianggap remeh dan dianggap normal, walau itu berupa tulisan.
"Yang terjadi pada Via, meski tidak melibatkan kontak fisik, juga termasuk pelecehan yang membuat korban tidak nyaman. Kita tidak boleh membiarkan pelaku merasa bahwa apa yang dilakukannya diterima oleh masyarakat," ucap Dara.
Data Biro Pusat Statistik menunjukkan bahwa satu dari tiga perempuan di Indonesia pernah mengalami kekerasan seksual, baik fisik maupun non-fisik.
"Data ini sendiri hanya mewakili puncak dari gunung es. Kondisi riil pasti lebih tinggi, karena banyak kasus tidak dilaporkan atau tidak diakui. Karena itu, 'support' terhadap korban sangat penting," tuturnya.
Dara sangat menyayangkan masih banyak orang, apalagi sesama perempuan, yang malah menyalahkan Via. Ada saja orang yang menganggap Via cuma cari panggung, lebay, dan lain-lain, katanya.
"Tindakan menyalahkan korban ini akan melemahkan keberanian korban-korban pelecehan untuk bersuwara. Seharusnya kita mendukung perempuan yang berani bicara terbuka. Kalau kita menyalahkan korban, berarti kita ikut mendukung pelaku dan melakukan peremehan pelecehan seksual. Kita harus menciptakan ekosistem yang bisa membuat korban merasa aman untuk berbicara," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018