Bogor (Antaranews Megapolitan) - Dinas Kesehatan Kota Bogor, Jawa Barat, melakukan pengawasan terhadap makanan dan melakukan inspeksi mendadak khusus di bulan Ramadhan dengan sasaran pedagang berbuka puasa atau takjil untuk memastikan aman bagi kesehatan masyarakat.
"Kami sedang membahas persiapannya dengan Disperindag. Yang jelas dalam waktu dekat ini," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Rubaeah kepada Antara di Bogor, Selasa.
Rubaeah mengatakan pengawasan makanan ini merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan Dinas Kesehatan, terutama di bulan Ramadhan. Khusus tahun ini pengawasan lebih diintensifkan menyusul kasus keracunan massal yang dialami warga RW 007, Kelurahan Tanah Baru.
Ia mengatakan sasaran inepsksi mendadak (sidak) adalah tempat penjualan takjil yang ada di Kota Bogor. Sidak melibatkan instansi terkait, baik dari Dinas Kesehatan, Disperindag, Satpol PP, Ketahanan Pangan maupun kepolisian.
Dalam sidak tersebut akan diuji sampel takjil untuk mengantisipasi bahan pangan mengandung bahan berbahaya seperti pewarna tekstil, pengawet dan mengawasi proses pengolahannya.
Pengawasan ini, kata Rubaeah, bagian dari sosialisasi ke masyarakat untuk membuat makanan yang aman bagi kesehatan.
"Kami sekaligus mengedukasi warga untuk memperhatikan cara pengolahan makanannya memenuhi syarat sanitasi dan higienis," katanya.
Ia mencontohkan, "tutut" atau keong yang memiliki protein tinggi harus diolah dengan baik, memperhatikan sanitasi dan higienisnya.
"`Tutut` ini karena proteinnya tinggi harus dikonsumsi dalam waktu lima sampai enam jam. Lebih dari itu sudah kurang baik," katanya.
Untuk mencegah terjadinya kejadian luar biasa (KLB) keracunan makanan, Dinas Kesehatan Kota Bogor mengimbau warga untuk selektif memilih menu hidangan berbuka puasa.
"Yang harus dihindari itu gorengan, makanan yang pedas dan makanan mengandung protein tinggi, seperti `tutut` itu proteinnya tinggi, kalaupun mau dikonsumsi pengolahannya harus benar dan dihabiskan sebelum enam jam," kata Rubaeah.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
"Kami sedang membahas persiapannya dengan Disperindag. Yang jelas dalam waktu dekat ini," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Rubaeah kepada Antara di Bogor, Selasa.
Rubaeah mengatakan pengawasan makanan ini merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan Dinas Kesehatan, terutama di bulan Ramadhan. Khusus tahun ini pengawasan lebih diintensifkan menyusul kasus keracunan massal yang dialami warga RW 007, Kelurahan Tanah Baru.
Ia mengatakan sasaran inepsksi mendadak (sidak) adalah tempat penjualan takjil yang ada di Kota Bogor. Sidak melibatkan instansi terkait, baik dari Dinas Kesehatan, Disperindag, Satpol PP, Ketahanan Pangan maupun kepolisian.
Dalam sidak tersebut akan diuji sampel takjil untuk mengantisipasi bahan pangan mengandung bahan berbahaya seperti pewarna tekstil, pengawet dan mengawasi proses pengolahannya.
Pengawasan ini, kata Rubaeah, bagian dari sosialisasi ke masyarakat untuk membuat makanan yang aman bagi kesehatan.
"Kami sekaligus mengedukasi warga untuk memperhatikan cara pengolahan makanannya memenuhi syarat sanitasi dan higienis," katanya.
Ia mencontohkan, "tutut" atau keong yang memiliki protein tinggi harus diolah dengan baik, memperhatikan sanitasi dan higienisnya.
"`Tutut` ini karena proteinnya tinggi harus dikonsumsi dalam waktu lima sampai enam jam. Lebih dari itu sudah kurang baik," katanya.
Untuk mencegah terjadinya kejadian luar biasa (KLB) keracunan makanan, Dinas Kesehatan Kota Bogor mengimbau warga untuk selektif memilih menu hidangan berbuka puasa.
"Yang harus dihindari itu gorengan, makanan yang pedas dan makanan mengandung protein tinggi, seperti `tutut` itu proteinnya tinggi, kalaupun mau dikonsumsi pengolahannya harus benar dan dihabiskan sebelum enam jam," kata Rubaeah.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018