Bogor (Antaranews Megapolitan) - Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. Arif Satria berikan orasi ilmiah di wisuda Universitas Negeri Semarang (Unnes) (15/5). Dr. Arif mengangkat tema “Perguruan Tinggi dan Transformasi Masyarakat di Era 4.0”.
Dalam orasinya rektor IPB membedah empat efek utama transformasi masyarakat di era Revolusi Industri 4.0, yakni adanya pergeseran harapan pelanggan (Shifting Customer expectations), data produk yang disempurnakan (Data Enhanced Products), inovasi kolaboratif (Collaborative Innovation) dan model operasi baru yaitu model digital (New Operating models, digital models).
Tidak hanya itu Dr. Arif juga memaparkan tren teknologi informasi di Indonesia yang menunjukkan tren positif dari tahun ke tahun.
“Pengguna internet semakin bertambah, saat ini ada 160 juta di Indonesia yang terakses internet. Dari data itu, 96 persennya penguna aplikasi chatt apps, 76 persen media sosial, 55 persen pengguna email, 21 persen pengguna streaming, 18 persen news portals dan 12 persen online store,” ujarnya.
Rektor juga menyebutkan bahwa perilaku pengguna internet di Indonesia sebagian besar (62 persen) berupa online shop. Tidak hanya itu, kebutuhan dasar pun bergeser yang awalnya ke kebutuhan fisik menjadi kebutuhan komunikasi.
“Kebutuhan baru di era cyber yang paling utama adalah baterai dan wifi, tidak lagi food. Revolusi Industri 4.0 dicirikan dengan berkembangnya internet of/for things. Diikuti dengan teknologi baru dalam data sciences, kecerdasan buatan, robotik, cloud, 3D printing, dan teknologi nano, yang telah mendisrupsi inovasi-inovasi sebelumnya,” imbuhnya.
Dengan perkembangan teknologi tersebut, kini orang bisa berjualan tanpa harus punya toko. Orang bisa berbisnis taksi tanpa harus punya mobil.
Telah terjadi pergeseran dari konsep kepemilikan menjadi konsep akses. Kondisi inilah yang telah membuat hilangnya sejumlah pekerjaan. Namun, sebenarnya era baru ini telah menciptakan berbagai jenis pekerjaan baru yang menggantikan pekerjaan lama.
Di Amerika Serikat, ada 3.508 pekerjaan yang hilang tapi ada 19.263 jenis pekerjaan baru yang dibuat. Sementara itu pada tingkat global, ada sekitar 75 hingga 375 juta pekerja perlu beralih ke pekerjaan baru dengan keahlian baru.
“Dinamika perubahan di atas semakin tak terelakkan. Namun persoalannya, percepatan perubahan teknologi lebih tinggi dari apapun, khususnya kultur, kebijakan publik, riset, maupun pendidikan. Inilah yang dalam sosiologi dikenal dengan istilah kesenjangan budaya (cultural lag) yang menunjukkan bahwa perubahan kebudayaan material belum diikuti oleh kebudayaan non-material,” ujarnya.
Menurutnya faktor disrupsi tidak hanya bertumpu pada perubahan teknologi akibat Revolusi Industri 4.0, tetapi juga perubahan struktur demografi, perubahan iklim, globalisasi, serta perubahan peta geopolitik. Oleh karena itu strategi perguruan tinggi menghadapi disrupsi mestinya juga memperhatikan sejumlah faktor tersebut.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Thomas Stanley, terdapat 100 faktor sukses dalam kehidupan. Jika kita lihat kembali, IQ menempati urutan ke-21, bersekolah di sekolah favorit di urutan ke-23 dan lulus dengan nilai terbaik di urutan ke-30.
“Kemudian apa yang menjadi urutan pertama faktor kesuksesan seseorang? Pada urutan pertama adalah jujur. Kejujuran adalah hal penting yang menjadi pilar kemajuan suatu bangsa. Faktor kedua adalah disiplin. Dengan bagaimana kita harus mampu berpikir cerdas, bekerja cepat dan tepat. Ketiga adalah Gaul (Good Interpersonal Skill), lulusan-lulusan Unnes saya yakin memiliki kemampuan interpersonal yang baik,” ujarnya di hadapan wisudawan.
Keempat adalah dukungan dari pasangan hidup. Dalam memilih pasangan, pilihlah yang baik, kondusif, adaptif dan visioner. Jangan melihat pasangan hidup anda hari ini, tapi lihat pasangan hidup anda di 15 tahun lagi ia akan seperti apa. Kelima dan keenam adalah bekerja lebih keras dari yang lain dan mencintai apa yang dikerjakan. Jika ingin mendapatkan hasil yang lebih sudah tentu harus didapatkan melalui kerja yang lebih pula.
“Passion merupakan faktor yang sangat penting, tanamkan pada diri masing-masing untuk selalu mencintai pekerjaan yang anda dapatkan sehingga akan mendapatkan pekerjaan yang anda cintai. Selanjutnya adalah kepemimpinan yang baik dan kuat, semangat dan berkepribadian kompetitif, pengelolaan kehidupan yang baik, dan kemampuan menjual gagasan dan produk. IPB telah mempersiapkan para calon lulusannya dengan karakter-karakter tersebut melalui berbagai kegiatan yang terpadu,” tandasnya. (dh/Zul)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Dalam orasinya rektor IPB membedah empat efek utama transformasi masyarakat di era Revolusi Industri 4.0, yakni adanya pergeseran harapan pelanggan (Shifting Customer expectations), data produk yang disempurnakan (Data Enhanced Products), inovasi kolaboratif (Collaborative Innovation) dan model operasi baru yaitu model digital (New Operating models, digital models).
Tidak hanya itu Dr. Arif juga memaparkan tren teknologi informasi di Indonesia yang menunjukkan tren positif dari tahun ke tahun.
“Pengguna internet semakin bertambah, saat ini ada 160 juta di Indonesia yang terakses internet. Dari data itu, 96 persennya penguna aplikasi chatt apps, 76 persen media sosial, 55 persen pengguna email, 21 persen pengguna streaming, 18 persen news portals dan 12 persen online store,” ujarnya.
Rektor juga menyebutkan bahwa perilaku pengguna internet di Indonesia sebagian besar (62 persen) berupa online shop. Tidak hanya itu, kebutuhan dasar pun bergeser yang awalnya ke kebutuhan fisik menjadi kebutuhan komunikasi.
“Kebutuhan baru di era cyber yang paling utama adalah baterai dan wifi, tidak lagi food. Revolusi Industri 4.0 dicirikan dengan berkembangnya internet of/for things. Diikuti dengan teknologi baru dalam data sciences, kecerdasan buatan, robotik, cloud, 3D printing, dan teknologi nano, yang telah mendisrupsi inovasi-inovasi sebelumnya,” imbuhnya.
Dengan perkembangan teknologi tersebut, kini orang bisa berjualan tanpa harus punya toko. Orang bisa berbisnis taksi tanpa harus punya mobil.
Telah terjadi pergeseran dari konsep kepemilikan menjadi konsep akses. Kondisi inilah yang telah membuat hilangnya sejumlah pekerjaan. Namun, sebenarnya era baru ini telah menciptakan berbagai jenis pekerjaan baru yang menggantikan pekerjaan lama.
Di Amerika Serikat, ada 3.508 pekerjaan yang hilang tapi ada 19.263 jenis pekerjaan baru yang dibuat. Sementara itu pada tingkat global, ada sekitar 75 hingga 375 juta pekerja perlu beralih ke pekerjaan baru dengan keahlian baru.
“Dinamika perubahan di atas semakin tak terelakkan. Namun persoalannya, percepatan perubahan teknologi lebih tinggi dari apapun, khususnya kultur, kebijakan publik, riset, maupun pendidikan. Inilah yang dalam sosiologi dikenal dengan istilah kesenjangan budaya (cultural lag) yang menunjukkan bahwa perubahan kebudayaan material belum diikuti oleh kebudayaan non-material,” ujarnya.
Menurutnya faktor disrupsi tidak hanya bertumpu pada perubahan teknologi akibat Revolusi Industri 4.0, tetapi juga perubahan struktur demografi, perubahan iklim, globalisasi, serta perubahan peta geopolitik. Oleh karena itu strategi perguruan tinggi menghadapi disrupsi mestinya juga memperhatikan sejumlah faktor tersebut.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Thomas Stanley, terdapat 100 faktor sukses dalam kehidupan. Jika kita lihat kembali, IQ menempati urutan ke-21, bersekolah di sekolah favorit di urutan ke-23 dan lulus dengan nilai terbaik di urutan ke-30.
“Kemudian apa yang menjadi urutan pertama faktor kesuksesan seseorang? Pada urutan pertama adalah jujur. Kejujuran adalah hal penting yang menjadi pilar kemajuan suatu bangsa. Faktor kedua adalah disiplin. Dengan bagaimana kita harus mampu berpikir cerdas, bekerja cepat dan tepat. Ketiga adalah Gaul (Good Interpersonal Skill), lulusan-lulusan Unnes saya yakin memiliki kemampuan interpersonal yang baik,” ujarnya di hadapan wisudawan.
Keempat adalah dukungan dari pasangan hidup. Dalam memilih pasangan, pilihlah yang baik, kondusif, adaptif dan visioner. Jangan melihat pasangan hidup anda hari ini, tapi lihat pasangan hidup anda di 15 tahun lagi ia akan seperti apa. Kelima dan keenam adalah bekerja lebih keras dari yang lain dan mencintai apa yang dikerjakan. Jika ingin mendapatkan hasil yang lebih sudah tentu harus didapatkan melalui kerja yang lebih pula.
“Passion merupakan faktor yang sangat penting, tanamkan pada diri masing-masing untuk selalu mencintai pekerjaan yang anda dapatkan sehingga akan mendapatkan pekerjaan yang anda cintai. Selanjutnya adalah kepemimpinan yang baik dan kuat, semangat dan berkepribadian kompetitif, pengelolaan kehidupan yang baik, dan kemampuan menjual gagasan dan produk. IPB telah mempersiapkan para calon lulusannya dengan karakter-karakter tersebut melalui berbagai kegiatan yang terpadu,” tandasnya. (dh/Zul)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018