Bogor (Antaranews Megapolitan) - Hari Sabtu 28 April, Taman Kencana dipenuhi berbagai atribut berwarna biru. Ada apakah? Rupanya hari itu sedang berlangsung peringatan Hari Autis Sedunia. Kegiatan yang bertajuk "Autism Awareness Day" ini diinisiasi oleh Badan Eksekutif Mahasiswa - Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (BEM-KM IPB), BEM Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB, Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen (Himaiko) IPB, Komunitas Peduli Autis Bogor (KPAB), dan Rumah Autis Bogor. Berbagai atribut warna biru dan kegiatan kreatif bersama anak berkebutuhan khusus (ABK) dilakukan pada agenda hari tersebut.
“Mungkin diantara kita ada yang memiliki persepsi negatif tentang autis, menganggap anak autis sebagai anak tak normal, berperilaku aneh dan tak cerdas. Semestinya kita memandang penyandang autis sama seperti kita memandang diri kita. Mereka akan kembali normal dengan perawatan yang tepat bersama orang-orang yang tepat. Dukungan dan dorongan dari lingkungan sangat mempengaruhi proses pemulihan ABK,” ujar Rahajeng Sulistywati, Ketua Rumah Autis.
Kesadaran untuk memperlakukan ABK secara baik dan benar merupakan kewajiban semua orang. Kegiatan seperti ini, kata Rahajeng, harus terus dilanjutkan.
Menurut Lilis, Ketua Komunitas Peduli Autis Bogor, "Kegiatan ini bertujuan menambah kepekaan dan kesadaran mahasiswa serta masyarakat Bogor terhadap penyandang autis. Selama ini banyak yang belum mengenal autis, dan banyak memakai kata autis sebagai bahan ejekan. Kami terus berupaya untuk memperluas pemahaman tentang autis, agar masyarakat khususnya mahasiswa bisa lebih peduli dan menghargai penyandang autis."
Komunitas Peduli Autis Bogor (KPAB) merupakan komunitas mahasiswa IPB yang fokus berinteraksi dengan dunia autis. Komunitas Peduli Autis Bogor memiliki banyak program bersama dengan adik-adik Rumah Autis Bogor. Secara rutin pengurus KPAB mengajak mahasiswa IPB untuk mengenal lebih dalam para penyandang autis.
Dalam kesempatan itu, pengunjung begitu antusias untuk melihat penampilan anak-anak penyandang autis dari Rumah Autis Bogor. Kegiatan ini merupakan momentum untuk mengubah sudut pandang masyarakat terhadap anak berkebutuhan khusus terutama anak autis. Selama ini kebanyakan masyarakat masih menganggap negatif penyandang autis. Harapannya dengan sudut pandang yang benar dan tepat, maka akan memunculkan kesadaran dan empati untuk membantu ABK. (NVN/ris)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
“Mungkin diantara kita ada yang memiliki persepsi negatif tentang autis, menganggap anak autis sebagai anak tak normal, berperilaku aneh dan tak cerdas. Semestinya kita memandang penyandang autis sama seperti kita memandang diri kita. Mereka akan kembali normal dengan perawatan yang tepat bersama orang-orang yang tepat. Dukungan dan dorongan dari lingkungan sangat mempengaruhi proses pemulihan ABK,” ujar Rahajeng Sulistywati, Ketua Rumah Autis.
Kesadaran untuk memperlakukan ABK secara baik dan benar merupakan kewajiban semua orang. Kegiatan seperti ini, kata Rahajeng, harus terus dilanjutkan.
Menurut Lilis, Ketua Komunitas Peduli Autis Bogor, "Kegiatan ini bertujuan menambah kepekaan dan kesadaran mahasiswa serta masyarakat Bogor terhadap penyandang autis. Selama ini banyak yang belum mengenal autis, dan banyak memakai kata autis sebagai bahan ejekan. Kami terus berupaya untuk memperluas pemahaman tentang autis, agar masyarakat khususnya mahasiswa bisa lebih peduli dan menghargai penyandang autis."
Komunitas Peduli Autis Bogor (KPAB) merupakan komunitas mahasiswa IPB yang fokus berinteraksi dengan dunia autis. Komunitas Peduli Autis Bogor memiliki banyak program bersama dengan adik-adik Rumah Autis Bogor. Secara rutin pengurus KPAB mengajak mahasiswa IPB untuk mengenal lebih dalam para penyandang autis.
Dalam kesempatan itu, pengunjung begitu antusias untuk melihat penampilan anak-anak penyandang autis dari Rumah Autis Bogor. Kegiatan ini merupakan momentum untuk mengubah sudut pandang masyarakat terhadap anak berkebutuhan khusus terutama anak autis. Selama ini kebanyakan masyarakat masih menganggap negatif penyandang autis. Harapannya dengan sudut pandang yang benar dan tepat, maka akan memunculkan kesadaran dan empati untuk membantu ABK. (NVN/ris)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018