Bogor (Antaranews Megapolitan) - Presiden Joko Widodo memimpin pertemuan bilateral dengan Sultan Brunei Darussalam HM Sultan Haji Hassanal Bolkiah beserta delegasi di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis.
Presiden didampingi Menko Polhukam Wiranto, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Kesehatan Nila Moeloek, Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
"Selamat datang Sultan Bolkiah dan delegasi di Kota Bogor. Sebuah Kehormatan bagi kami dapat menerima kunjungan Sri Baginda ke Indonesia," kata Presiden saat membuka pertemuan bilateral.
Presiden mengatakan kerja sama Indonesia dan Brunei hingga saat ini telah berjalan sangat baik dalam semua bidang.
Sultan Bolkiah yang juga didampingi para delegasinya mengucapkan terima kasih atas penyambutannya yang sangat meriah dan diterima dengan baik.
Sultan Brunei ini mengaku lawatannya ke Indonesia sebagai kunjungan balasan setelah Presiden Jokowi menghadiri Perayaan 50 Tahun Sultan Hassanal Bolkiah Bertahta pada 6 Oktober 2017 yang lalu.
"Saya percaya pertukaran lawatan ini mencerminkan semangat setia kawan dan memperkuat kerjasama yang telah terjalin selama ini," kata Sultan Bolkiah.
Baca: Ribuan pelajar Bogor sambut kedatangan Sultan Brunei
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengungkapkan pertemuan bilateral yang dipimpin kedua negara ini membahas masalah perdagangan, tenaga kerja serta masalah Laut China Selatan.
Retno mengatakan perdagangan antara Indonesia-Brunei memang mengalami penurunan, namun tidak terkait dengan volume perdagangan.
"Penurunan ini terkait nilai perdagangan karena turunnya harga minyak. Brunei banyak sebelumnya mengekspor minyak ke Indonesia dengan harga minyak yang turun otomatis nilai dari perdagangan itu sendiri menjadi turun," jelas Retno.
Retno mengatakan dalam pertemuan bolateral ini, kedua pemimpin juga menyampaikan perlu mencari jalan agar perdagangan dapat ditingkatkan, dengan antara lain menggali bidang-bidang kerja sama dan investasi apa yang dapat dilakukan oleh kedua negara.
"Tadi kedua pemimpin menyampaikan bahwa untuk di bidang investasi misalnya yang memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan antara lain di bidang perikanan, kemudian di bidang pertanian, perkapalan dan pelabuhan," katanya.
Menlu mengungkapkan satu hal yang berusaha dikembangkan oleh Indonesia dan Brunei di bidang pertanian adalah pengembangan varietas sembada B9 dan sembada 188.
"Ini adalah untuk beras sudah bisa dikembangkan antara kedua negara. Ini hanya merupakan satu contoh dari kerja sama di bidang pertanian yang dilakukan oleh kedua negara," katanya.
Sementara untuk mengenai masalah tenaga kerja, kata Retno, Indonesia memiliki sekitar 80 ribu warga negara indonesia yang tinggal di Brunei Darusalam yang sebagian besar adalah tenaga kerja (TKI), yang berarti sekitar 20 persen dari total penduduk Brunei Darusalam.
"Dalam pertemuan tadi Sultan mengatakan terima kasih atas keberadaan TKI di Brunei Darusalam yang telah memberikan kontribusi baik, secara ekonomi maupun sosial," kata Retno.
Menlu mengatakan Presiden telah menitipkan kembali keberadaan para TKI yang berada di Brunei dan Sultan Bolkiah sudah merupakan komitmen untuk memperhatikan keamanan, kesehajahteraan warga negara Indonesia di sana.
"Draft MoU mengenai masalah penempatan perlindungan WNI di Brunei Darusalam akan mulai dibahas dan dinegosiasikan antara kedua belah pihak," katanya.
Menlu mengatakan masalah tenaga kerja ini telah disampaikan kepada Menteri Tenaga Hanif Dhakiri atas hasil pertemuan pada tingkat menteri luar negeri yang sudah sepakat untuk menyegerakan negosiasi tersebut dengan harapan negosiasi tersebut dapat segera diselesaikan.
Selain itu, kedua pemimpin juga membahas kesepakatan mengenai pentingnya sentralitas dan kesatuan ASEAN.
"Kemudian mengenai pentingnya ASEAN untuk memberikan dukungan lebih kepada 'ASEAN humanitarian assistance center", AHA center yang markas besarnya ada di Jakarta," katanya.
Retno mengatakan bahwa AHA Center ini merupakan tangan ASEAN untuk membantu jika terjadi bencana atau ada bantuan kemanusian dan lainnya yang selama ini dinilai masih kurang dari segi pendanaan.
Oleh karena itu, Indonesia, Brunei dan ASEAN kemarin pada saat KTT sepakat bahwa negara anggota ASEAN akan memberikan dukungan pendanaan yang lebih bagi operasi AHA Center, katanya.
Retno juga mengatakan Presiden dan Sultan Bolkiah juga sepakat mengenai pentingnya untuk didorong agar perundingan mengenai "code of conduct" Laut China Selatan diselesaikan secepatnya.
Dalam pertemuan bilateral ini, Presiden memberikan apresiasi kepada Brunei Darusalam atas dukungannya terhadap konsep indo-pasifik Indonesia.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Presiden didampingi Menko Polhukam Wiranto, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Kesehatan Nila Moeloek, Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
"Selamat datang Sultan Bolkiah dan delegasi di Kota Bogor. Sebuah Kehormatan bagi kami dapat menerima kunjungan Sri Baginda ke Indonesia," kata Presiden saat membuka pertemuan bilateral.
Presiden mengatakan kerja sama Indonesia dan Brunei hingga saat ini telah berjalan sangat baik dalam semua bidang.
Sultan Bolkiah yang juga didampingi para delegasinya mengucapkan terima kasih atas penyambutannya yang sangat meriah dan diterima dengan baik.
Sultan Brunei ini mengaku lawatannya ke Indonesia sebagai kunjungan balasan setelah Presiden Jokowi menghadiri Perayaan 50 Tahun Sultan Hassanal Bolkiah Bertahta pada 6 Oktober 2017 yang lalu.
"Saya percaya pertukaran lawatan ini mencerminkan semangat setia kawan dan memperkuat kerjasama yang telah terjalin selama ini," kata Sultan Bolkiah.
Baca: Ribuan pelajar Bogor sambut kedatangan Sultan Brunei
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengungkapkan pertemuan bilateral yang dipimpin kedua negara ini membahas masalah perdagangan, tenaga kerja serta masalah Laut China Selatan.
Retno mengatakan perdagangan antara Indonesia-Brunei memang mengalami penurunan, namun tidak terkait dengan volume perdagangan.
"Penurunan ini terkait nilai perdagangan karena turunnya harga minyak. Brunei banyak sebelumnya mengekspor minyak ke Indonesia dengan harga minyak yang turun otomatis nilai dari perdagangan itu sendiri menjadi turun," jelas Retno.
Retno mengatakan dalam pertemuan bolateral ini, kedua pemimpin juga menyampaikan perlu mencari jalan agar perdagangan dapat ditingkatkan, dengan antara lain menggali bidang-bidang kerja sama dan investasi apa yang dapat dilakukan oleh kedua negara.
"Tadi kedua pemimpin menyampaikan bahwa untuk di bidang investasi misalnya yang memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan antara lain di bidang perikanan, kemudian di bidang pertanian, perkapalan dan pelabuhan," katanya.
Menlu mengungkapkan satu hal yang berusaha dikembangkan oleh Indonesia dan Brunei di bidang pertanian adalah pengembangan varietas sembada B9 dan sembada 188.
"Ini adalah untuk beras sudah bisa dikembangkan antara kedua negara. Ini hanya merupakan satu contoh dari kerja sama di bidang pertanian yang dilakukan oleh kedua negara," katanya.
Sementara untuk mengenai masalah tenaga kerja, kata Retno, Indonesia memiliki sekitar 80 ribu warga negara indonesia yang tinggal di Brunei Darusalam yang sebagian besar adalah tenaga kerja (TKI), yang berarti sekitar 20 persen dari total penduduk Brunei Darusalam.
"Dalam pertemuan tadi Sultan mengatakan terima kasih atas keberadaan TKI di Brunei Darusalam yang telah memberikan kontribusi baik, secara ekonomi maupun sosial," kata Retno.
Menlu mengatakan Presiden telah menitipkan kembali keberadaan para TKI yang berada di Brunei dan Sultan Bolkiah sudah merupakan komitmen untuk memperhatikan keamanan, kesehajahteraan warga negara Indonesia di sana.
"Draft MoU mengenai masalah penempatan perlindungan WNI di Brunei Darusalam akan mulai dibahas dan dinegosiasikan antara kedua belah pihak," katanya.
Menlu mengatakan masalah tenaga kerja ini telah disampaikan kepada Menteri Tenaga Hanif Dhakiri atas hasil pertemuan pada tingkat menteri luar negeri yang sudah sepakat untuk menyegerakan negosiasi tersebut dengan harapan negosiasi tersebut dapat segera diselesaikan.
Selain itu, kedua pemimpin juga membahas kesepakatan mengenai pentingnya sentralitas dan kesatuan ASEAN.
"Kemudian mengenai pentingnya ASEAN untuk memberikan dukungan lebih kepada 'ASEAN humanitarian assistance center", AHA center yang markas besarnya ada di Jakarta," katanya.
Retno mengatakan bahwa AHA Center ini merupakan tangan ASEAN untuk membantu jika terjadi bencana atau ada bantuan kemanusian dan lainnya yang selama ini dinilai masih kurang dari segi pendanaan.
Oleh karena itu, Indonesia, Brunei dan ASEAN kemarin pada saat KTT sepakat bahwa negara anggota ASEAN akan memberikan dukungan pendanaan yang lebih bagi operasi AHA Center, katanya.
Retno juga mengatakan Presiden dan Sultan Bolkiah juga sepakat mengenai pentingnya untuk didorong agar perundingan mengenai "code of conduct" Laut China Selatan diselesaikan secepatnya.
Dalam pertemuan bilateral ini, Presiden memberikan apresiasi kepada Brunei Darusalam atas dukungannya terhadap konsep indo-pasifik Indonesia.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018