Bogor (Antaranews Megapolitan) - Penyampaian aspirasi merupakan hak setiap orang. Mahasiswa memiliki hak untuk menyampaikan aspirasi melalui beragam cara yang mereka pilih. Masalah kompleks yang sering muncul menjadi tuntutan bagi mahasiswa untuk berpikir kritis. Mahasiswa IPB menjawab tantangan tersebut, dengan sebuah tulisan bertajuk ‘Pengabdian kepada Masyarakat’, serta menepis ungkapan penyampaian aspirasi yang anarkis dan kurang efektif.
Tsaniyah Ayu Mauliyasyam, mahasiswa Program Pendidikan Kompetensi Umum, Institut Pertanian Bogor (PPKU IPB) melakukan penggalian potensi desa dan pengembangannya sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat melalui sebuah tulisan. Tulisan tersebut menjadi pemenang dalam Pelatihan Sekolah Bina Desa yang digelar Badan Eksekutif Mahasiswa, Keluarga Mahasiswa, Institut Pertanian Bogor (BEM IPB)
Bangun desa merupakan hal terpenting untuk membuat sebuah negara menjadi maju dan sehat yang bisa dimulai dari selnya yaitu desa itu sendiri.
“Kenapa bangun desa? Karena desa dan negara itu ibarat sel dan individu. Untuk membuat individu yang baik, maju, dan sehat maka hal yang perlu dilakukan adalah merawat selnya, yang artinya membangun desa-desa,” kata mahasiswa PPKU yang mengambil program studi Ilmu dan Teknologi Pangan itu, Jum’at (13/4). Ada desa-desa Bogor yang masih tertinggal, sementara desa-desa tersebut memiliki sumber daya alam yang melimpah.
“Jadi, kita perlu melihat apa saja dari desa tersebut yang perlu dikembangkan sehingga penggalian potensinya bisa lebih maksimal, dan salah satu desa yang tertinggal adalah desa Petir,” tambah mahasiswa kelahiran 8 September tahun 2000 itu.
Sektor pendidikan di desa Petir menjadi sorotan utama gadis yang kerap disapa Tsaniyah itu. “Untuk aksi pertama dari gagasan gali potensi desa itu, kelompok saya fokus dulu ke bidang pendidikan. Melalui pendidikan, akan terbentuk sumber daya manusia yang handal mulai dari PAUD, TK, SD dan SMP sehingga nantinya pengelolaan potensi desa mereka lebih optimal,” ujarnya.
Mahasiswa yang sering melakukan bakti sosial selama di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) ini berharap, setelah adanya realisasi dari gagasan gali potensi desa, nantinya masyarakat tidak selalu berpusat pada mahasiswa yang melakukan pengabdian, tetapi masyarakatnya sendiri yang menjadi pusat dari pengembangan potensi desa.(Ath/ris)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Tsaniyah Ayu Mauliyasyam, mahasiswa Program Pendidikan Kompetensi Umum, Institut Pertanian Bogor (PPKU IPB) melakukan penggalian potensi desa dan pengembangannya sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat melalui sebuah tulisan. Tulisan tersebut menjadi pemenang dalam Pelatihan Sekolah Bina Desa yang digelar Badan Eksekutif Mahasiswa, Keluarga Mahasiswa, Institut Pertanian Bogor (BEM IPB)
Bangun desa merupakan hal terpenting untuk membuat sebuah negara menjadi maju dan sehat yang bisa dimulai dari selnya yaitu desa itu sendiri.
“Kenapa bangun desa? Karena desa dan negara itu ibarat sel dan individu. Untuk membuat individu yang baik, maju, dan sehat maka hal yang perlu dilakukan adalah merawat selnya, yang artinya membangun desa-desa,” kata mahasiswa PPKU yang mengambil program studi Ilmu dan Teknologi Pangan itu, Jum’at (13/4). Ada desa-desa Bogor yang masih tertinggal, sementara desa-desa tersebut memiliki sumber daya alam yang melimpah.
“Jadi, kita perlu melihat apa saja dari desa tersebut yang perlu dikembangkan sehingga penggalian potensinya bisa lebih maksimal, dan salah satu desa yang tertinggal adalah desa Petir,” tambah mahasiswa kelahiran 8 September tahun 2000 itu.
Sektor pendidikan di desa Petir menjadi sorotan utama gadis yang kerap disapa Tsaniyah itu. “Untuk aksi pertama dari gagasan gali potensi desa itu, kelompok saya fokus dulu ke bidang pendidikan. Melalui pendidikan, akan terbentuk sumber daya manusia yang handal mulai dari PAUD, TK, SD dan SMP sehingga nantinya pengelolaan potensi desa mereka lebih optimal,” ujarnya.
Mahasiswa yang sering melakukan bakti sosial selama di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) ini berharap, setelah adanya realisasi dari gagasan gali potensi desa, nantinya masyarakat tidak selalu berpusat pada mahasiswa yang melakukan pengabdian, tetapi masyarakatnya sendiri yang menjadi pusat dari pengembangan potensi desa.(Ath/ris)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018