Cikarang, Bekasi (Antaranews Megapolitan) - PT Adhi Persada Properti mengatakan adanya warga yang menempati lahan proyek pembangunan depo kereta api ringan (light rail transit/LRT) di Jatimulya, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, memicu keterlambatan pengerjaan proyek itu.
Padahal sosialisasi tentang penggunaan lahan itu sudah dilakukan oleh Kementerian Perhubungan dan Kantor Badam Pertanahan Nasional Kabupaten Bekasi.
"Saat ini sedang dalam proses penyiapan lahan. Adanya beberapa warga yang menempati lahan tersebut, membuat progres pembangunan depo terlambat," kata Direktur Utama PT Adhi Persada Properti Agus Sitaba di Bekasi, Minggu.
Agus mengatakan ada sekitar enam hektare lahan yang tidak bisa dikembangkan menjadi depo LRT. Padahal lahan di sana milik negara yang diserahkan ke induk perusahaan yakni PT Adhi Karya (Persero) Tbk dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN) selaku pelaksana proyek LRT Jabodebek.
"Keberadaan LRT sangat dibutuhkan untuk menunjang transportasi warga yang tinggal di sekitar DKI Jakarta," katanya.
Agus sudah memperkirakan bahwa Bekasi akan menjadi kota besar sebagai daerah megapolitan penyangga Jakarta. Di Bekasi juga marak dibangun mega proyek lainnya sehingga wilayah setempat sangat potensial dalam pengembangan sektor properti.
Dia mengatakan di Jatimulya, ada sekitar 15 hektare lahan yang belum dikembangkan untuk depo LRT, pengembangan hunian dan kawasan komersial.
Agus menambahkan posisi lahan yang menjadi satu dengan Stasiun LRT ke depan akan menjadi pilihan masyarakat dalam mencari hunian karena telah terintegrasi dengan sistem transportasi massal.
"Sebagian lahan sudah kami kembangkan melalui pembangunan apartemen (Kawasan LRT City) yang saat ini sudah dihuni oleh masyarakat. Kami juga tengah membangun kawasan komersiil di wilayah setempat," katanya.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LPPM) Universitas Islam`45 Bekasi Harun Al Rasyid mengatakan perkembangan Bekasi saat ini tidak lagi hanya berperan sebagai penopang Jakarta, akan tetapi sedang mengarah pada sebuah kota metropolis.
Gencarnya pembangunan berbagai infrastruktur terutama di bidang transportasi akan memberikan pengaruh yang sangat signifikan bagi perkembangan daerah. Selain itu bakal mengubah wajah Bekasi menjadi lebih baik di masa yang akan datang.
"Keberadaan LRT, Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) serta Jakarta-Cikampek Elevated bakal mengurangi tingkat kemacetan yang setiap hari terjadi di jalan-jalan menuju Jakarta," kata pria yang menjabat sebagai Ketua Dewan Transportasi Kota Bekasi (DTKB) itu.
Dia menambahkan dengan adanya sarana transportasi yang memadai dan nyaman, diperkirakan makin banyak masyarakat yang akan menjadi kaum sub-urban di Bekasi. Dengan meningkatnya jumlah kaum sub-urban ini akan memberikan stimulus bagi perekonomian Bekasi.
"Kondisi ini akan menjadi pasar potensial bagi kalangan usaha, terutama di sektor properti. Jumlah penduduk yang melimpah, tentu membutuhkan sarana hunian, maupun sarana lain yang mendukung, misalnya hiburan, makanan dan lain-lain," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Padahal sosialisasi tentang penggunaan lahan itu sudah dilakukan oleh Kementerian Perhubungan dan Kantor Badam Pertanahan Nasional Kabupaten Bekasi.
"Saat ini sedang dalam proses penyiapan lahan. Adanya beberapa warga yang menempati lahan tersebut, membuat progres pembangunan depo terlambat," kata Direktur Utama PT Adhi Persada Properti Agus Sitaba di Bekasi, Minggu.
Agus mengatakan ada sekitar enam hektare lahan yang tidak bisa dikembangkan menjadi depo LRT. Padahal lahan di sana milik negara yang diserahkan ke induk perusahaan yakni PT Adhi Karya (Persero) Tbk dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN) selaku pelaksana proyek LRT Jabodebek.
"Keberadaan LRT sangat dibutuhkan untuk menunjang transportasi warga yang tinggal di sekitar DKI Jakarta," katanya.
Agus sudah memperkirakan bahwa Bekasi akan menjadi kota besar sebagai daerah megapolitan penyangga Jakarta. Di Bekasi juga marak dibangun mega proyek lainnya sehingga wilayah setempat sangat potensial dalam pengembangan sektor properti.
Dia mengatakan di Jatimulya, ada sekitar 15 hektare lahan yang belum dikembangkan untuk depo LRT, pengembangan hunian dan kawasan komersial.
Agus menambahkan posisi lahan yang menjadi satu dengan Stasiun LRT ke depan akan menjadi pilihan masyarakat dalam mencari hunian karena telah terintegrasi dengan sistem transportasi massal.
"Sebagian lahan sudah kami kembangkan melalui pembangunan apartemen (Kawasan LRT City) yang saat ini sudah dihuni oleh masyarakat. Kami juga tengah membangun kawasan komersiil di wilayah setempat," katanya.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LPPM) Universitas Islam`45 Bekasi Harun Al Rasyid mengatakan perkembangan Bekasi saat ini tidak lagi hanya berperan sebagai penopang Jakarta, akan tetapi sedang mengarah pada sebuah kota metropolis.
Gencarnya pembangunan berbagai infrastruktur terutama di bidang transportasi akan memberikan pengaruh yang sangat signifikan bagi perkembangan daerah. Selain itu bakal mengubah wajah Bekasi menjadi lebih baik di masa yang akan datang.
"Keberadaan LRT, Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) serta Jakarta-Cikampek Elevated bakal mengurangi tingkat kemacetan yang setiap hari terjadi di jalan-jalan menuju Jakarta," kata pria yang menjabat sebagai Ketua Dewan Transportasi Kota Bekasi (DTKB) itu.
Dia menambahkan dengan adanya sarana transportasi yang memadai dan nyaman, diperkirakan makin banyak masyarakat yang akan menjadi kaum sub-urban di Bekasi. Dengan meningkatnya jumlah kaum sub-urban ini akan memberikan stimulus bagi perekonomian Bekasi.
"Kondisi ini akan menjadi pasar potensial bagi kalangan usaha, terutama di sektor properti. Jumlah penduduk yang melimpah, tentu membutuhkan sarana hunian, maupun sarana lain yang mendukung, misalnya hiburan, makanan dan lain-lain," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018