Bogor (Antaranews Megapolitan) - Bagi yang mau berwisata ke Telaga Warna di Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, jangan biasakan membawa bungkusan atau kantong plastik ke dalam lokasi, karena akan menjadi incaran para monyet ekor panjang (Macaca Fascicularis) yang mendiami kawasan tersebut.
"Monyet-monyet di sini tidak menyerang, tapi kalau ada yang bawa plastik pasti disamperin, mereka tau ada makanannya," kata salah satu petugas penjaga Telaga Warna, Kamis.
Menurut petugas tersebut monyet-monyet ekor panjang terbiasa diberi makanan oleh pengunjung yang datang. Biasanya makanan itu tersimpan dalam kantong plastik. Sehingga ketika ada pengunjung yang membawa plastik langsung didatangi.
Tapi jika pengunjung menyimpan makanan di dalam tas, maupun tas ransel, monyet-monyet tersebut tidak akan mendekati.
"Karena mereka tidak bisa membuka tas, taunya plastik aja," kata dia.
Telaga Warna merupakan kawasan konservasi berfungsi sebagai daerah resapan air hulu Puncak. Objek wisata ini dihuni sejumlah monyet ekor panjang dan lutung.
Monyet-monyet ini berkeliaran bebas di kawasan Telaga Warna, ketika memasuki gerbang menuju lokasi Telaga Warna, mereka duduk di atas atap, dan berkeliaran di dalam kawasan telaga.
Salah satu monyet yang tadinya duduk di atas atap pos masuk Telaga Warna turun ke mendatangi sepeda motor milik pengunjung yang tergantung plastik.
Di plastik tersebut pengunjung menyimpan sepotong kue yang tersisa dari perjalanan menuju Puncak.
"Mereka tau mana plastik yang ada makanan dan tidak," kata petugas.
Kepala Resort Telaga Warna Oyong Herlan menyebutkan rata-rata per hari pengujung Telaga Warna berkisar antara 100 sampai 200 orang. Setahun mencapai 10 ribu.
Ia mengatakan Telaga Warna buka setiap hari dari pukul 08.00 sampai pukul 17.00 WIB.
"Kalau cuaca hujan tetap buka, tetapi pengunjung sih yang tidak ada," katanya.
Menurutnya, pengunjung Telaga Warna datang dari berbagai daerah, baik Jabodetabek, maupun luar Pulau Jawa, bahkan mancanegara.
"Kalau wisatawan mancanegaranya bukan bule, tapi wisatawan Arab Timur Tengah. Bule jarang," kata Oyong mendefinisikan bule sebagai wisatawan Eropa.
Telaga Warna berada di kawasan wisata seluas lima hektare. Khusus telaga luasnya 3/4 hektare. Keberadaannya terkenal karena menjadi fenomea alam. Sebagai daerah resapan dan tempat tinggalnya monyet ekor panjang serta lutung.
"Telaga Warna hanya penamaan saja, telaga warnanya biasa saja tidak ada berubah warna," katanya.
Telaga Warna ini dikelilingi hutan alam yang ditumbuhi tanaman endemis Puspa, Rasamala, Kibangkong, Saninten, dan lainnya.
Jika mengunjungi objek wisata ini di hari kerja, pengunjung domestik dikenai tiket masuk Rp 5.000 sedangkan akhir pekan Rp7.500. Untuk wisman di hari kerja Rp100 ribu, dan Rp150 ribu diakhir pekan.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
"Monyet-monyet di sini tidak menyerang, tapi kalau ada yang bawa plastik pasti disamperin, mereka tau ada makanannya," kata salah satu petugas penjaga Telaga Warna, Kamis.
Menurut petugas tersebut monyet-monyet ekor panjang terbiasa diberi makanan oleh pengunjung yang datang. Biasanya makanan itu tersimpan dalam kantong plastik. Sehingga ketika ada pengunjung yang membawa plastik langsung didatangi.
Tapi jika pengunjung menyimpan makanan di dalam tas, maupun tas ransel, monyet-monyet tersebut tidak akan mendekati.
"Karena mereka tidak bisa membuka tas, taunya plastik aja," kata dia.
Telaga Warna merupakan kawasan konservasi berfungsi sebagai daerah resapan air hulu Puncak. Objek wisata ini dihuni sejumlah monyet ekor panjang dan lutung.
Monyet-monyet ini berkeliaran bebas di kawasan Telaga Warna, ketika memasuki gerbang menuju lokasi Telaga Warna, mereka duduk di atas atap, dan berkeliaran di dalam kawasan telaga.
Salah satu monyet yang tadinya duduk di atas atap pos masuk Telaga Warna turun ke mendatangi sepeda motor milik pengunjung yang tergantung plastik.
Di plastik tersebut pengunjung menyimpan sepotong kue yang tersisa dari perjalanan menuju Puncak.
"Mereka tau mana plastik yang ada makanan dan tidak," kata petugas.
Kepala Resort Telaga Warna Oyong Herlan menyebutkan rata-rata per hari pengujung Telaga Warna berkisar antara 100 sampai 200 orang. Setahun mencapai 10 ribu.
Ia mengatakan Telaga Warna buka setiap hari dari pukul 08.00 sampai pukul 17.00 WIB.
"Kalau cuaca hujan tetap buka, tetapi pengunjung sih yang tidak ada," katanya.
Menurutnya, pengunjung Telaga Warna datang dari berbagai daerah, baik Jabodetabek, maupun luar Pulau Jawa, bahkan mancanegara.
"Kalau wisatawan mancanegaranya bukan bule, tapi wisatawan Arab Timur Tengah. Bule jarang," kata Oyong mendefinisikan bule sebagai wisatawan Eropa.
Telaga Warna berada di kawasan wisata seluas lima hektare. Khusus telaga luasnya 3/4 hektare. Keberadaannya terkenal karena menjadi fenomea alam. Sebagai daerah resapan dan tempat tinggalnya monyet ekor panjang serta lutung.
"Telaga Warna hanya penamaan saja, telaga warnanya biasa saja tidak ada berubah warna," katanya.
Telaga Warna ini dikelilingi hutan alam yang ditumbuhi tanaman endemis Puspa, Rasamala, Kibangkong, Saninten, dan lainnya.
Jika mengunjungi objek wisata ini di hari kerja, pengunjung domestik dikenai tiket masuk Rp 5.000 sedangkan akhir pekan Rp7.500. Untuk wisman di hari kerja Rp100 ribu, dan Rp150 ribu diakhir pekan.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018