Bogor (Antaranews Megapolitan) - Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen (Himaiko) Institut Pertanian Bogor (IPB) menyelenggarakan pelatihan softskill dengan judul Let’s Learn How To Be A Conselor (17/03) di Kampus IPB Dramaga.
Kegiatan pelatihan tersebut diikuti oleh 44 mahasiswa Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK) lintas angkatan, serta 5 orang mahasiswa pertukaran pelajar dari Universitas Putra Malaysia (UPM). Peserta dilatih langsung oleh konselor dari Gitta Family Consulting dan Founder of Rumah Parenting, yaitu Lisnaini Sukaidawati.
Ketua pelaksanaan pelatihan konselor, Witri Evilia Rahayu, menyampaikan pelatihan konselor tersebut mengusung tema Konselor Muda, Solusi Stres Kita. Hal itu sesuai dengan latar belakang diadakannya pelatihan konselor, yaitu tingginya tingkat stres di kalangan mahasiswa IKK dan rendahnya kemampuan manajemen diri. Sehingga pelatihan tersebut dirasa perlu agar mahasiswa IKK dapat menjadi konselor khususnya bagi diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
“Banyak respon positif dari peserta, terutama antusias para pendaftar. Tidak semua pendaftar dapat ikut pelatihan konselor ini karena kuota yang terbatas agar pelatihan berjalan efektif, dan kondusif. Harapannya pelatihan softskill selanjutnya dapat dibuka untuk umum, " harap Witri.
Sementara itu Mustofa selaku Komisi Kemahasiswaan Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK) mengatakan sebagai manusia, hidup itu ada kemudahan dan kesulitan.
“Salah satu peran manusia adalah membantu orang lain. Dengan kita belajar menjadi konselor, akan membuat kita memiliki kesempatan yang lebih besar untuk membantu orang lain,” ujarnya.
Dalam pelatihan konselor tersebut peserta tidak hanya dibekali oleh materi-materi dasar terkait konseling tetapi juga tentang komunikasi efektif, mendengarkan, empati, dan mengenali berbagai macam perasaan.
Peserta dibimbing untuk dapat mengenali berbagai macam perasaan yang dirasakan oleh diri sendiri dan orang lain. Tidak hanya itu, peserta juga memanfaatkan media pembelajaran seperti origami untuk membuat positive hand dan praktik mengekspresikan emosi positif dan negatif. Hal tersebut merupakan awal untuk meningkatkan kepekaan peserta dalam memahami dan berempati terhadap perasaan orang lain. (UAM/Zul)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Kegiatan pelatihan tersebut diikuti oleh 44 mahasiswa Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK) lintas angkatan, serta 5 orang mahasiswa pertukaran pelajar dari Universitas Putra Malaysia (UPM). Peserta dilatih langsung oleh konselor dari Gitta Family Consulting dan Founder of Rumah Parenting, yaitu Lisnaini Sukaidawati.
Ketua pelaksanaan pelatihan konselor, Witri Evilia Rahayu, menyampaikan pelatihan konselor tersebut mengusung tema Konselor Muda, Solusi Stres Kita. Hal itu sesuai dengan latar belakang diadakannya pelatihan konselor, yaitu tingginya tingkat stres di kalangan mahasiswa IKK dan rendahnya kemampuan manajemen diri. Sehingga pelatihan tersebut dirasa perlu agar mahasiswa IKK dapat menjadi konselor khususnya bagi diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
“Banyak respon positif dari peserta, terutama antusias para pendaftar. Tidak semua pendaftar dapat ikut pelatihan konselor ini karena kuota yang terbatas agar pelatihan berjalan efektif, dan kondusif. Harapannya pelatihan softskill selanjutnya dapat dibuka untuk umum, " harap Witri.
Sementara itu Mustofa selaku Komisi Kemahasiswaan Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK) mengatakan sebagai manusia, hidup itu ada kemudahan dan kesulitan.
“Salah satu peran manusia adalah membantu orang lain. Dengan kita belajar menjadi konselor, akan membuat kita memiliki kesempatan yang lebih besar untuk membantu orang lain,” ujarnya.
Dalam pelatihan konselor tersebut peserta tidak hanya dibekali oleh materi-materi dasar terkait konseling tetapi juga tentang komunikasi efektif, mendengarkan, empati, dan mengenali berbagai macam perasaan.
Peserta dibimbing untuk dapat mengenali berbagai macam perasaan yang dirasakan oleh diri sendiri dan orang lain. Tidak hanya itu, peserta juga memanfaatkan media pembelajaran seperti origami untuk membuat positive hand dan praktik mengekspresikan emosi positif dan negatif. Hal tersebut merupakan awal untuk meningkatkan kepekaan peserta dalam memahami dan berempati terhadap perasaan orang lain. (UAM/Zul)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018