Bogor (Antaranews Megapolitan) - Liburan seringkali identik dengan aktivitas bersenang-senang, kumpul bersama keluarga dan menghabiskan uang yang tidak sedikit. Namun, hal berbeda dilakukan mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB). Tergabung dalam komunitas sociotraveller “Banana Pirates”, mahasiswa IPB lintas angkatan ini inisiasi “Banana Adventure”, perjalanan wisata ke Pulau Pisang, Lampung pada awal bulan lalu ini diwarnai dengan kegiatan sosial dan pengabdian. Kegiatan ini merupakan salah satu wujud visi Banana Pirates yaitu menjadikan sociotraveller sebagai trend, tidak hanya rajin jalan-jalan namun juga berbagi kepada sesama. Pulau Pisang adalah pulau kecil yang terletak di Provinsi Lampung.
“Peserta Banana Adventure ini dari hasil rekruitmen secara terbuka di berbagai media sosial. Tidak harus anak IPB, yang penting bersedia untuk komitmen dan ikut dalam semua kegiatan yang akan dilakukan selama di sana,” kata Kays, Founder Banana Pirates.
Pendaftar berasal dari 4 kampus yaitu IPB, Universitas Diponegoro (UNDIP), Universitas Negeri Lampung (UNILA) dan IAIN Surakarta.
“Dalam perjalanan 4 hari 3 malam itu selain menikmati suasana pantai yang masih perawan, kami juga melakukan kegiatan sosial seperti mengajar anak-anak terkait pendidikan karakter, cinta budaya dan lingkungan. Kondisi pendidikan di Pulau Pisang termasuk memprihatinkan karena hanya terdapat 2 SD dan 1 SMP, sedangkan untuk SMA, anak-anak harus merantau luar pulau. Pada malam hari, kami juga mencoba sedikit berbagi ilmu agama dengan mengajar ngaji anak-anak di masjid yang ada di Pulau Pisang. Baik peserta maupun anak-anak terlihat sangat akrab,” tambah Kays yang juga merupakan mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB ini.
Tak hanya itu, peserta BananaAdventure juga datang ke rumah warga satu persatu untuk mengenal karakteristik masyarakat lebih dekat dan menampung aspirasi terkait permasalahan sehari-hari secara langsung untuk nantinya disampaikan ke pihak yang berwenang.
“Kegiatan ini seru banget. Gak nyesel deh ikutan. Saya banyak banget dapat ilmu bermanfaat. Kemarin kita belajar ngukur kedalaman laut, kemiringan pantai, kejernihan air dan juga belajar tentang kebudayaan masyarakat lokal. Semoga kegiatan selanjutnya di daerah yang beda kondisi, pegunungan” kata Annisya Istiqomah, salah satu peserta dari Sekolah Bisnis IPB.
Kays menyampaikan kondisi alam di Pulau Pisang sangat indah, khususnya pantai yang masih terawat. Namun, akses yang kurang memadai seperti sulitnya akses keluar masuk pulau karena tidak ada jembatan penyeberangan menjadikan akses perekonomian Pulau Pisang belum bergeliat.
Hal ini sangat disayangkan karena dengan kondisi pantai yang sangat indah tidak diiringi dengan penyediaan penginapan yang memadai, tidak adanya pengrajin cinderamata khas Lampung dan lain-lain
Terkait itu pula, peserta BananaAdvanture juga melakukan kunjungan ke para pengrajin kain tapis dan melakukan analisis uji kelayakan pariwisata di Pulau Pisang tersebut. Salah satu post project dari kegiatan BananaAdventure ini, tambah Kays, ialah untuk mengenalkan kain Tapis khas Lampung ke masyarakat Indonesia maupun mancanegara.
Pada kegiatan kunjungan ke pengrajin kain Tapis turut hadir pula Kapolsek dan Camat Pulau Pisang (FI/Zul)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
“Peserta Banana Adventure ini dari hasil rekruitmen secara terbuka di berbagai media sosial. Tidak harus anak IPB, yang penting bersedia untuk komitmen dan ikut dalam semua kegiatan yang akan dilakukan selama di sana,” kata Kays, Founder Banana Pirates.
Pendaftar berasal dari 4 kampus yaitu IPB, Universitas Diponegoro (UNDIP), Universitas Negeri Lampung (UNILA) dan IAIN Surakarta.
“Dalam perjalanan 4 hari 3 malam itu selain menikmati suasana pantai yang masih perawan, kami juga melakukan kegiatan sosial seperti mengajar anak-anak terkait pendidikan karakter, cinta budaya dan lingkungan. Kondisi pendidikan di Pulau Pisang termasuk memprihatinkan karena hanya terdapat 2 SD dan 1 SMP, sedangkan untuk SMA, anak-anak harus merantau luar pulau. Pada malam hari, kami juga mencoba sedikit berbagi ilmu agama dengan mengajar ngaji anak-anak di masjid yang ada di Pulau Pisang. Baik peserta maupun anak-anak terlihat sangat akrab,” tambah Kays yang juga merupakan mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB ini.
Tak hanya itu, peserta BananaAdventure juga datang ke rumah warga satu persatu untuk mengenal karakteristik masyarakat lebih dekat dan menampung aspirasi terkait permasalahan sehari-hari secara langsung untuk nantinya disampaikan ke pihak yang berwenang.
“Kegiatan ini seru banget. Gak nyesel deh ikutan. Saya banyak banget dapat ilmu bermanfaat. Kemarin kita belajar ngukur kedalaman laut, kemiringan pantai, kejernihan air dan juga belajar tentang kebudayaan masyarakat lokal. Semoga kegiatan selanjutnya di daerah yang beda kondisi, pegunungan” kata Annisya Istiqomah, salah satu peserta dari Sekolah Bisnis IPB.
Kays menyampaikan kondisi alam di Pulau Pisang sangat indah, khususnya pantai yang masih terawat. Namun, akses yang kurang memadai seperti sulitnya akses keluar masuk pulau karena tidak ada jembatan penyeberangan menjadikan akses perekonomian Pulau Pisang belum bergeliat.
Hal ini sangat disayangkan karena dengan kondisi pantai yang sangat indah tidak diiringi dengan penyediaan penginapan yang memadai, tidak adanya pengrajin cinderamata khas Lampung dan lain-lain
Terkait itu pula, peserta BananaAdvanture juga melakukan kunjungan ke para pengrajin kain tapis dan melakukan analisis uji kelayakan pariwisata di Pulau Pisang tersebut. Salah satu post project dari kegiatan BananaAdventure ini, tambah Kays, ialah untuk mengenalkan kain Tapis khas Lampung ke masyarakat Indonesia maupun mancanegara.
Pada kegiatan kunjungan ke pengrajin kain Tapis turut hadir pula Kapolsek dan Camat Pulau Pisang (FI/Zul)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018