Cibinong (Antaranews Megapolitan) - Pakar Geodesi BIG dan Institut Teknologi Bandung (ITB) menjelaskan cara mudah membuktikan bumi bulat adalah adanya penggunaan teknologi informasi yang menyajikan informasi Geospasial (IG) seperti Google MAPS, Earth, Waze, dan GPS.
"Saya perjelas, MAP itu menggunakan perhitungan posisi titik lokasi berdasarkan bumi bulat yang dihasilkan dari teknologi satelit, ini fakta," kata Pakar Geodesi dan Geomatika ITB Dr Heri Andreas kepada Antara di Bogor, Rabu.
Ia menjelaskan hasil diskusi bersama pakar lainnya dari Badan Informasi Geospasial (BIG) Antonius Bambang Wijanarto dan pakar Astronomi ITB Dr. Moedji Raharto, Selasa (20/2), di Bogor telah memaparkan dasar perhitungan bentuk bumi yang sebenarnya bulat tapi sedikit pipih atau disebut Geoid.
Dikatakan Heri, diskusi tersebut bertujuan membahas isu bumi datar yang semakin banyak dianut sebagian komunitas masyarakat dunia termasuk Indonesia yang mencapai 187.000 orang.
Sehingga dalam forum diskusi para pakar juga memperlihatkan permukaan bumi hasil foto citra satelit tergambar memiliki dataran tinggi dan dataran rendah sehingga tidak membentuk geoid.
Dari perhitungan secara matematis yang dilakukan peneliti sehingga membentuk gambaran bumi bulat pipih itu juga, kata dia produk teknologi informasi seperti google `eart`, MAP dan GPS bisa memandu setiap perjalanan seseorang saat ini.
Kemudian contoh lainnya adalah perhitungan terbang pesawat dari titik A ke B bisa tepat mendarat menggunakan teknologi GPS, yang digunakan masyarakat dunia saat ini merupakan perhitungan jarak berdasarkan bentuk bumi bulat.
"Jadi kalau ada yang bilang GPS itu menggunakan BTS bukan teknologi satelit, bahkan sebelum BTS ada, GPS sudah ada, jadi teknologi satelit tidak terbantahkan dan bahwa foto citra bumi itu ada," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamika BIG Antonius Bambang Wijanarto menjelaskan definisi bumi datar seperti yang banyak beredar bukan merupakan definisi bentuk bumi melainkan bidang.
Sedangkan secara ilmu pengetahuan saintific, yang disebut bentuk ialah seperti bulat, lonjong dan kotak.
Dari hasil perhitungan peneliti BIG tentang gaya berat (gravitasi) melalui paduan ilmu pengetahuan dan teknologi menyatakan bumi berbentuk bulat pipih.
Hanya saja, Antonius menjelaskan BIG berusaha menyosialisasikan peta dasar bumi bulat pipih itu ke dalam media digital maupun cetak secara dua dimensi (datar), dan tiga dimensi khusus digital yang bisa dilihat dari segala arah untuk penentuan lokasi yang akurat oleh sistem informasi geospasial (GIS) seperti MAPS dan lainnya.
Sebagai informasi BIG menyampaikan dari sebanyak 187.000 orang di dunia, ada 63.800 orang di Indonesia yang menganut paham bumi datar dan tidak mempercayai bentuk bumi bulat maupun efektivitas teknologi yang digunakan mengukur bentuk bumi seperti satelit.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
"Saya perjelas, MAP itu menggunakan perhitungan posisi titik lokasi berdasarkan bumi bulat yang dihasilkan dari teknologi satelit, ini fakta," kata Pakar Geodesi dan Geomatika ITB Dr Heri Andreas kepada Antara di Bogor, Rabu.
Ia menjelaskan hasil diskusi bersama pakar lainnya dari Badan Informasi Geospasial (BIG) Antonius Bambang Wijanarto dan pakar Astronomi ITB Dr. Moedji Raharto, Selasa (20/2), di Bogor telah memaparkan dasar perhitungan bentuk bumi yang sebenarnya bulat tapi sedikit pipih atau disebut Geoid.
Dikatakan Heri, diskusi tersebut bertujuan membahas isu bumi datar yang semakin banyak dianut sebagian komunitas masyarakat dunia termasuk Indonesia yang mencapai 187.000 orang.
Sehingga dalam forum diskusi para pakar juga memperlihatkan permukaan bumi hasil foto citra satelit tergambar memiliki dataran tinggi dan dataran rendah sehingga tidak membentuk geoid.
Dari perhitungan secara matematis yang dilakukan peneliti sehingga membentuk gambaran bumi bulat pipih itu juga, kata dia produk teknologi informasi seperti google `eart`, MAP dan GPS bisa memandu setiap perjalanan seseorang saat ini.
Kemudian contoh lainnya adalah perhitungan terbang pesawat dari titik A ke B bisa tepat mendarat menggunakan teknologi GPS, yang digunakan masyarakat dunia saat ini merupakan perhitungan jarak berdasarkan bentuk bumi bulat.
"Jadi kalau ada yang bilang GPS itu menggunakan BTS bukan teknologi satelit, bahkan sebelum BTS ada, GPS sudah ada, jadi teknologi satelit tidak terbantahkan dan bahwa foto citra bumi itu ada," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamika BIG Antonius Bambang Wijanarto menjelaskan definisi bumi datar seperti yang banyak beredar bukan merupakan definisi bentuk bumi melainkan bidang.
Sedangkan secara ilmu pengetahuan saintific, yang disebut bentuk ialah seperti bulat, lonjong dan kotak.
Dari hasil perhitungan peneliti BIG tentang gaya berat (gravitasi) melalui paduan ilmu pengetahuan dan teknologi menyatakan bumi berbentuk bulat pipih.
Hanya saja, Antonius menjelaskan BIG berusaha menyosialisasikan peta dasar bumi bulat pipih itu ke dalam media digital maupun cetak secara dua dimensi (datar), dan tiga dimensi khusus digital yang bisa dilihat dari segala arah untuk penentuan lokasi yang akurat oleh sistem informasi geospasial (GIS) seperti MAPS dan lainnya.
Sebagai informasi BIG menyampaikan dari sebanyak 187.000 orang di dunia, ada 63.800 orang di Indonesia yang menganut paham bumi datar dan tidak mempercayai bentuk bumi bulat maupun efektivitas teknologi yang digunakan mengukur bentuk bumi seperti satelit.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018