Bogor (Antaranews Megapolitan) - Jumlah pelepah dapat memberikan pengaruh terhadap produksi kelapa sawit, terutama pada bobot tandan rata-rata dan produksi tandan buah segar. Pengaturan luas permukaan daun pada tanaman kelapa sawit dilakukan dengan pemotongan pelepah tua, yang sering disebut penunasan. Penunasan dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan panen buah atau pada waktu lain secara periodik.

Tiga orang peneliti yang terdiri Nope Gromikora dari Program Studi Agronomi dan Hortikultura, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor (IPB); beserta Sudirman Yahya dan Suwarto dari Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian (Faperta) IPB melakukan penelitian tentang permodelan produksi kelapa sawit pada berbagai taraf penunasan pelepah. Tujuannya adalah untuk mendapatkan model pertumbuhan dan produksi pada tanaman kelapa sawit di berbagai taraf penunasan. Penelitian tersebut dilakukan di Kalimantan Tengah.

''Pengaturan luas permukaan daun melalui penunasan diperlukan untuk menyeimbangkan antara kapasitas fotosintesis dan pemenuhan kebutuhan transpirasi,'' ujar Sudirman.

Percobaan tersebut dilaksanakan pada tiga kelompok umur tanaman, yakni tanaman menghasilkan (TM) umur < 8 tahun, 8-13 tahun, dan > 13 tahun. Rancangan percobaannya terdiri atas dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah jumlah pelepah yang ditinggalkan dan faktor kedua adalah periode penunasan. Perlakuan jumlah pelepah yang ditinggalkan terdiri atas 41-48, 49-56, dan 57-64 pelepah. Periode penunasan terdiri dari periode pertama (awal sampai pertengahan musim hujan: September-Desember), periode kedua (pertengahan sampai akhir musim hujan: Januari-April), dan periode ketiga (musim kemarau: Mei-Agustus).

Hasil percobaannya memperlihatkan pengaruh jumlah pelepah yang dipertahankan terhadap produksi tandan buah segar. Produksi tandan buah segar tertinggi pada tanaman umur < 8 tahun yaitu dengan jumlah pelepah yang ditinggalkan sebanyak 57-64 dan penunasan pada awal musim hujan, 49-56 pelepah pada puncak musim hujan, dan 49-56 pelepah pada musim kemarau.

Produksi tertinggi pada tanaman umur 8-13 tahun diperoleh dengan menyisakan pelepah sebanyak 41-48 (sedikit) untuk penunasan pada awal musim hujan, 49-56 (banyak) pelepah pada puncak musim hujan dan 49-56 pelepah pada musim kemarau.

Tanaman tua (umur > 13 tahun) dengan jumlah pelepah sedikit atau 41-48 pelepah sepanjang periode memberikan hasil terbaik. Hal ini berkaitan dengan proses panen di lapangan. Jumlah pelepah yang banyak (49-56 pelepah) akan menyulitkan proses panen, karena buah matang menjadi sulit untuk dilihat dan berondolan yang jatuh sebagai tanda buah matang menjadi berkurang atau malah tidak ada.

“Pengaturan jumlah pelepah yang ditinggalkan per periode mampu memberikan perbedaan hasil produksi kelapa sawit. Model simulasi yang dibangun pada beberapa taraf penunasan mampu memprediksi 75 persen (27 peubah dari 36 peubah) bobot tandan rata-rata dan produksi kelapa sawit dengan jumlah pelepah yang berbeda. Model simulasi yang dibangun dinilai valid untuk menduga produksi kelapa sawit pada berbagai taraf penunasan pada lokasi penelitian yang dilakukan,” ungkapnya.(IR/nm)

Pewarta: Oleh: Humas IPB/Sudirman Yahya dan Tim

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018