Bogor (Antara Megapolitan) - Dua minggu sebelum meninggal dunia Diding Darwin Sarmidy suami Bupati Bogor, Nurhayanti sempat mendatangi makam ayah, ibu dan adik-adiknya di TPU Dreded, Kota Bogor, lalu berpesan minta dikuburkan dekat makam keluarga.

"Almarhum pernah ke makam dua minggu sebelum wafat, ziarah ke makam orangtua dan adik-adik. Lalu berpesan ke adik perempuan saya, supaya kalau nanti dia meninggal dimakamkan didekat ibunya," kata Muhammad Idris adik dari suami Nuhayanti, di TPU Dreded Bogor, Jumat.

Diding Darwin Sarmidy suami Bupati Bogor Nurhayanti meninggal dunia Kamis (21/12) sore, karena serangan jantung.

Almarhum dimakamkan di TPU Dreded, tepat di Hari Ibu yang jatuh tanggal 22 Desember. Duka mendalam dirasakan oleh Bupati Bogor Nurhayanti atas berpulangnya suami ke Rahmatullah.

Kepergiaannya yang mendadak, usai pulang dari bengkel mobil, mengeluhkan tidak enak badan. Lalu oleh pihak bengkel diantar pulang ke kediamannya di Jl Rahayu, Ciomas, Kabupaten Bogor.

Sesampai di rumah Almarhum minta dipijit kepada petugas keamanan di rumah karena merasa tidak enak badan. Tidak lama berselang, almarhum menghembuskan nafas terakhir. Saat kejadian Bupati Bogor tengah memimpin rapat kerja di kantor Bupati.

Kehilangan terberat dirasakan oleh bupati Bogor, malam saat suaminya disemayamkan di rumah duka, Nurhayanti sempat pingsan tidak sadarkan diri. Namun kembali dikuatkan oleh keluarga serta anak dan menantu.

Menurut Idris, bupati sudah merencanakan untuk menghabiskan masa pensiun bersama suami. Karena tidak lama lagi akan memasuki masa pensiun.

"Shock banget, dia pernah bilang mau habiskan waktu berdua sama suami karena sebentar lagi masa pensiun. Tapi Allah berkehendak lain," kata Idris.

Almarhum merupakan anak sulung dari sembilan bersaudara, putra dari Mohammad Ali yang wafat 2001 lalu, dan Hj Mumum yang juga sudah wafat 1996.

Idris merupakan anak keempat, kesannya terhadap almarhum adalah sosok abang yang sangat sederhana dan tidak neko-neko, dekat dengan adik-adik serta keluarga termasuk dirinya.

"Saya ingat waktu saya sakit almarhum juga sedang sakit. Pernah bilang pingin ketemu saya, tapi belum sempat ketemu keduluan dipanggil, saya ketemunya sudah wafat," kata Idris.

Idris juga mengatakan almarhum tidak memiliki riwayat penyakit jantung, hanya punya penyakit darah tinggi dan sempat kena serangan stroke ringan.

Sehari-hari Almarhum hidup sederhana, segala urusan dikerjakan tanpa ada protokoler, seperti ke bengkel untuk service mobil.

"Waktu ke bengkel Almarhum jalan sendiri, tidak pakai protokoler. Dekat sama siapa saja, termasuk orang bengkel, ketika haris kemarin sakit yang antar pulang orang bengkel," kata Idris.

Almarhum Diding Darwin Sarmidy dimakamkan dekat makan ibunya dan dua adik perempuannya. Tak jauh dari komplek pemakaman tersebut juga terletak makan ayahnya yang terpisah sekitar lima nisan dari makan almarhum.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017