Kupang (Antara Megapolitan) - Peradaban bangsa kini semakin tidak karuan seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi. Media online berperan menata peradaban bangsa yang semakin tidak karuan itu.
Ketua Umum Ikatan Wartawan Online (IWO) Jodhi Yudono mengajak media "online" untuk berperan menata peradaban bangsa.
"Kita sekarang sudah sampai pada zaman pascakebenaran, zaman tidak karuan yang membuat orang sulit membedakan lagi mana informasi yang benar dan salah," kata Jodhi saat pengukuhan IWO Provinsi Nusa Tenggara Timur di Kupang, Jumat.
Berbagai informasi bohong (hoax) dan negatif semakin leluasa membanjiri masyarakat melalui berbagai aplikasi jejaring media sosial yang berdampak pada perubahan moralitas bangsa.
Pesatnya perkembangan teknologi dengan berbagai kemudahannya, menurut dia, telah memberikan andil bagi hadirnya jurnalime warga (citizen journalism).
"Masyarakat sekarang bisa membuat berita sendiri, disebarkan sendiri melalui media sosial, hasilnya seperti apa? hasilnya tentu saja tidak disebut sebagai karya jurnalistik. Karena karya jurnalistik wajib memenuhi syarat setidaknya mengandung 5W1H," katanya.
Menurutnya, saat ini semakin marak kahadiran penyebar berita-berita bohong seperti contoh dalam kasus Saracen.
"Mereka adalah kumpulan bazar-bazar yang dibayar untuk menyebarkan berita-berita bohong untuk menjatuhkan lawan politik dan sebagainya," katanya.
Menurutnya, yang terjadi di media sosial merupakan informasi yang harus digali kebenarannya, "Tapi sekarang terbalik, media massa mengikuti media sosial jadi hasilnya berita-berita bohong," katanya.
Kodisi itu, lanjutnya, membuat kepercayaan masyarakat terhadap pers atau media massa semakin melemah, di sisi lain karena pers juga dinilai sudah terkooptasi dengan berbagai kekuatan seperti politik, dagang, ekonomi, dan agama.
Untuk itu, Jodhi berharap IWO yang merupakan kumpulan wartawan-wartawan media "online" mampu mengembalikan kepercayaan masyarakat demi menjaga martabat dunia pers seperti sedia kala.
"Untuk itu IWO harus menyajikan pemberitaan yang sesuai dengan prinsip jurnalistik dan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan moralitas," katanya.
Ia menambahkan, organisasi IWO yang sudah memiliki ribuan anggota dan sudah menyebar di 32 provinsi di seluruh Indonesia, 15 provinsi di antaranya telah dikukuhkan termasuk IWO NTT.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
Ketua Umum Ikatan Wartawan Online (IWO) Jodhi Yudono mengajak media "online" untuk berperan menata peradaban bangsa.
"Kita sekarang sudah sampai pada zaman pascakebenaran, zaman tidak karuan yang membuat orang sulit membedakan lagi mana informasi yang benar dan salah," kata Jodhi saat pengukuhan IWO Provinsi Nusa Tenggara Timur di Kupang, Jumat.
Berbagai informasi bohong (hoax) dan negatif semakin leluasa membanjiri masyarakat melalui berbagai aplikasi jejaring media sosial yang berdampak pada perubahan moralitas bangsa.
Pesatnya perkembangan teknologi dengan berbagai kemudahannya, menurut dia, telah memberikan andil bagi hadirnya jurnalime warga (citizen journalism).
"Masyarakat sekarang bisa membuat berita sendiri, disebarkan sendiri melalui media sosial, hasilnya seperti apa? hasilnya tentu saja tidak disebut sebagai karya jurnalistik. Karena karya jurnalistik wajib memenuhi syarat setidaknya mengandung 5W1H," katanya.
Menurutnya, saat ini semakin marak kahadiran penyebar berita-berita bohong seperti contoh dalam kasus Saracen.
"Mereka adalah kumpulan bazar-bazar yang dibayar untuk menyebarkan berita-berita bohong untuk menjatuhkan lawan politik dan sebagainya," katanya.
Menurutnya, yang terjadi di media sosial merupakan informasi yang harus digali kebenarannya, "Tapi sekarang terbalik, media massa mengikuti media sosial jadi hasilnya berita-berita bohong," katanya.
Kodisi itu, lanjutnya, membuat kepercayaan masyarakat terhadap pers atau media massa semakin melemah, di sisi lain karena pers juga dinilai sudah terkooptasi dengan berbagai kekuatan seperti politik, dagang, ekonomi, dan agama.
Untuk itu, Jodhi berharap IWO yang merupakan kumpulan wartawan-wartawan media "online" mampu mengembalikan kepercayaan masyarakat demi menjaga martabat dunia pers seperti sedia kala.
"Untuk itu IWO harus menyajikan pemberitaan yang sesuai dengan prinsip jurnalistik dan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan moralitas," katanya.
Ia menambahkan, organisasi IWO yang sudah memiliki ribuan anggota dan sudah menyebar di 32 provinsi di seluruh Indonesia, 15 provinsi di antaranya telah dikukuhkan termasuk IWO NTT.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017