Cikarang, Bekasi (Antara Megapolitan) - Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, menyatakan program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) kurang diminati oleh petani di daerah tersebut.
"Dari 33.000 hektare lahan pertanian, yang mengikutsertakan asuransi tersebut hanya 1.000 hektare saja," kata Kepala Dispertan Kabupaten Bekasi Abdul Karim di Kabupaten Bekasi, Senin.
Hingga akhir tahun 2017, baru sekitar 1.000 hektare lahan pertanian yang terlindungi asuransi.
Karim mengatakan rendahnya keanggotan asuransi tersebut lantaran kurangnya sosialisasi atau mahalnya premi yang mesti dibayarkan oleh masyarakat petani.
Program tersebut mematok harga premi sebesar Rp35.000 untuk satu hektare lahan pertanian yang dinilai cukup murah jika dibandingkan dengan manfaat yang didapatkan.
"Ini sudah ada subsidi dari pemerintah pusat sebesar Rp115.000 persatu hektare lahan pertanian atau garapan dalam satu kali musim tanam padi dari harga normalnya Rp150.000," ujarnya.
Selain itu, Karim mengatakan masyarakat tidak berminat ikut dalam program tersebut karena mendaftar asuransi sama artinya berharap datangnya bencana.
Anggapan yang tidak tepat itu membuat hanya sedikit petani yang berminat mengikuti program asuransi padahal Karim mengingatkan bahwa datangnya bencana tidak dapat diperkirakan.
Ia menambahkan program AUTP adalah salah satu solusi bagi petani bila terjadi bencana di lahan pertaniannya sehingga risiko yang ditanggung tidak terlalu berat.
"Dengan adanya asuransi, jadi petani diuntungkan dan bila harus melakukan tanam ulang maka bebannya tidak terlalu berat," ujarnya.
Karim mengatakan akan terus melakukan sosialisasi progam asuransi itu agar petani mau ikut serta dan mendapatkan keuntungan perlindungan bagi lahannya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
"Dari 33.000 hektare lahan pertanian, yang mengikutsertakan asuransi tersebut hanya 1.000 hektare saja," kata Kepala Dispertan Kabupaten Bekasi Abdul Karim di Kabupaten Bekasi, Senin.
Hingga akhir tahun 2017, baru sekitar 1.000 hektare lahan pertanian yang terlindungi asuransi.
Karim mengatakan rendahnya keanggotan asuransi tersebut lantaran kurangnya sosialisasi atau mahalnya premi yang mesti dibayarkan oleh masyarakat petani.
Program tersebut mematok harga premi sebesar Rp35.000 untuk satu hektare lahan pertanian yang dinilai cukup murah jika dibandingkan dengan manfaat yang didapatkan.
"Ini sudah ada subsidi dari pemerintah pusat sebesar Rp115.000 persatu hektare lahan pertanian atau garapan dalam satu kali musim tanam padi dari harga normalnya Rp150.000," ujarnya.
Selain itu, Karim mengatakan masyarakat tidak berminat ikut dalam program tersebut karena mendaftar asuransi sama artinya berharap datangnya bencana.
Anggapan yang tidak tepat itu membuat hanya sedikit petani yang berminat mengikuti program asuransi padahal Karim mengingatkan bahwa datangnya bencana tidak dapat diperkirakan.
Ia menambahkan program AUTP adalah salah satu solusi bagi petani bila terjadi bencana di lahan pertaniannya sehingga risiko yang ditanggung tidak terlalu berat.
"Dengan adanya asuransi, jadi petani diuntungkan dan bila harus melakukan tanam ulang maka bebannya tidak terlalu berat," ujarnya.
Karim mengatakan akan terus melakukan sosialisasi progam asuransi itu agar petani mau ikut serta dan mendapatkan keuntungan perlindungan bagi lahannya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017