Bogor (Antara Megapolitan) - Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengatakan politisi dan aktivis saat ini sedang menghadapi ujian perubahan zaman yang sangat cepat, siapa yang gagal membaca perubahan tersebut maka tidak akan bertahan.

"Ini adalah era voluntarisme, era sharing ekonomi, era sinergi dan kolaborasi. Jika politisi dan aktivis gagal membaca tanda-tanda tersebut, dimana berpolitik tidak hanya melalui jalur-jalur formal seperti zaman dulu, maka tidak akan bertahan," kata Bima dalam acara Musyawarah Daerah VIII Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) Kota Bogor, Minggu.

Bima hadir memberikan arahan dan sambutan dalam Munas AMPI. Kepada peserta Munas ia mengatakan regenerasi merupakan keniscayaan dan sunatullah.

"Organisasi yang gagal dalam regenerasi pasti mati, banyak kepala daerah yang gagal melakukan regenerasi maka pembangunan akan terhambat," kata politisi PAN tersebut.

Lebih lanjut ia mengatakan, Republik Indonesia dibangun oleh anak-anak muda yang luar biasa dan dahsyat. Puluhan tahun sejak tahun 1966, semakin tua republik ini dan upaya untuk memudakan kembali republik ini baru ada lagi setelah reformasi.

"Yang menjadi pertanyaan apakah muda itu identik tidak dengan pembaharu ? Muda otak zaman "old", tidak ada artinya. Karena banyak juga yang sudah senior atau tua namun memiliki gagasan yang lentur dengan perkembangan zaman," katanya.

Alumnus Monas University ini memotivasi anggota AMPI untuk bergerak lentur dalam pembangunan. Menurutnya ada dua kata kunci dari kata AMPI, yakni Muda dan Pembaharu.

Ia melanjutkan, sederhana saja jika AMPI kembali ke khitahnya, itu akan sangat dahsyat sekali.

"Saya banyak mengidolakan tokoh-tokoh muda pendiri AMPI, salah satunya Akbar Tanjung," kata Bima.

Bima menambahkan wali kota tidak bisa sendiri tapi ada lima unsur utama yang lazim sebut Pentahelix di antaranya, pemerintah, kampus (akademisi), bisnis, komunitas dan media.

Saat ini semua masuk ke dunia maya, dari satu juta penduduk Kota Bogor sebanyak 60 persennya melek internet dimana 80 persennya Facebookers, 40 persen twitter dan 30 persen Instagram.

"Jika kita tidak bisa baca tanda tersebut, kita akan letih hayati dan jasmani," katanya.

Bima berharap AMPI bersama Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor bisa membaca dan menjawab tanda zaman tersebut sehingga bisa mempersiapkan pemimpin-pemimpin yang lentur pemikirannya dengan perkembangan zaman.

"Hidup ini bukan hanya yang kita tahu, tetapi lebih kepada siapa yang kita tahu," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017