Washington, Yerusalem, (Antara Megapolitan/Reuters) - Presiden Donald Trump, Selasa, mengatakan kepada para pemimpin negara-negara Arab bahwa ia berencana memindahkan kedutaan besar Amerika Serikat di Israel ke Yerusalem.

Keputusan seperti itu merupakan perubahan kebijakan AS dan berisiko memicu kekerasan di Timur Tengah.

Beberapa pejabat tinggi AS sebelumnya mengatakan bahwa Trump kemungkinan pada Rabu akan menyatakan pengakuan bahwa Yerusalem merupakan ibu kota negara Israel namun akan menunda pemindahan kedutaan dari Tel Aviv selama enam bulan.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Raja Jordania Abdullah, Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi serta Raja Arab Saudi Salam, yang seluruhnya menerima panggilan telepon dari Trump, memperingatkan bahwa langkah sepihak AS menyangkut Yerusalem akan menggelincirkan upaya perdamaian pimpinan AS serta menimbulkan kekacauan di kawasan.

Pada saat yang sama, seorang menteri Israel menyambut baik keputusan Trump itu dan menyatakan tekad bahwa Israel siap menghadapi kekerasan yang mungkin muncul.

Trump memberi tahu Abbas "soal rencananya untuk memindahkan Kedutaan Besar Amerika dari Tel Aviv ke Yerusalem," kata juru bicara Abbas, Nabil Abu Rdainah.

Selain memperingatkan bahwa keputusan seperti itu bisa membahayakan proses perdamaian serta terhadap keamanan dan stabilitas di kawasan, Abbas juga memohon Paus dan para pemimpin Rusia, Prancis dan Jordania untuk ikut turun tangan.

Tidak ada satu pun dari para pemimpin Arab itu yang mengungkapkan apakah Trump menyebut kerangka waktu yang rinci soal pemindahan kedutaan, yang didukung oleh pemerintahan Israel, kata seorang sumber dari sekutu AS.

Namun, menurut sejumlah pejabat AS, Trump diperkirakan akan menandatangani keputusan yang menetapkan bahwa AS masih mempertahankan kedutaan di Tel Aviv selama enam bulan lagi namun akan berusaha untuk mempercepat pemindahan.

Pemerintahan Trump akan memerlukan waktu untuk menangani masalah logistik seperti belum adanya gedung kedutaan serta perumahan yang aman bagi para anggota staf di Yerusalem, menurut seorang pejabat AS.

Israel merebut Yerusalem Timur Arab dalam perang Timur Tengah pada 1967 dan kemudian mencaploknya. Langkah Israel itu tidak diakui keabsahannya oleh dunia internasional.

Pewarta:

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017