Bogor (Antara Megapolitan)- Tim Coklovindo yang Ahmad Idris Abdurrahman, Achmad Yasin dan Muhamad dari Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi tim terbaik dan menjadi juara 1 dalam perlombaan Business Plan Competition Industrial Creatif Festival 2017 di Riau.
Lomba yang diadakan oleh Jurusan Teknik Industri Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau ini berlangsung awal September lalu.
Tim Coklovindo membawakan produk Coklove yang unik untuk dilombakan dengan beberapa produk bisnis lainnya dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Coklove adalah produk makanan perpaduan antara coklat dengan ikan lele oversize yang berkalsium tinggi. Produk ini selain berupaya mengoptimalkan pemanfaatan lele juga membantu meningkatkan konsumsi kalsium masyarakat Indonesia.
''Lele mengandung kalsium tinggi dan Indonesia merupakan produsen coklat terbesar kedua di dunia,'' ungkap Ahmad Idris mahasiswa Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB ini. Kelebihan produk ini terdapat pada kandungannya yang sehat,'' tambah anggota tim, Muhamad
''Kita memperkenalkan coklat ini dengan kandungan kalsium tinggi untuk memperkenalkan bahwa ini coklat sehat, makanya 'tagline'-nya itu 'healthy' coklat, jadi inovasinya di situ,'' ujar Muhamad.
Saat ini tim Coklovindo tersebut telah memproduksi coklove ukuran 20 gram dengan harga RP 5 ribu dan ukuran 100 gram dengan harga RP 22 ribu. Secara luas Ahmad dan tim memasarkan produknya melalui berbagai media sosial dan juga aktif di berbagai kegiatan bazar.
Proses pembuatan coklove dimulai dari pemilihan bahan baku yang terdiri dari: 'dark' coklat, tepung tulang ikan lele serta ikan lele berukuran lebih dari 30 cm.
''Daging lelenya dari Bogor. Soalnya di Bogor itu produksi lelenya tinggi dan banyak yang oversize,'' ujar Muhamad.
Ikan lele dikukus hingga tekstur daging ikan menjadi lunak lalu disangrai, setelah itu dilakukan pelelehan cokelat dan tepung ikan lele. Campuran tersebut dituang ke dalam cetakan dan dimasukkan ke dalam pendingin pada suhu 14 derajat Celcius. Kemudian produk dikemas dan siap dipasarkan.
Ahmad selaku ketua tim mengungkapkan bahwa inovasi mereka ini memiliki dua poin penting, ''Dari produk ini kami berharap dapat memberikan setidaknya dua solusi, satu mengangkat kesejahteraan petani lele dan yang kedua meningkatkan konsumsi kalsium masyarakat,'' tuturnya.(NK/Zul)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
Lomba yang diadakan oleh Jurusan Teknik Industri Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau ini berlangsung awal September lalu.
Tim Coklovindo membawakan produk Coklove yang unik untuk dilombakan dengan beberapa produk bisnis lainnya dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Coklove adalah produk makanan perpaduan antara coklat dengan ikan lele oversize yang berkalsium tinggi. Produk ini selain berupaya mengoptimalkan pemanfaatan lele juga membantu meningkatkan konsumsi kalsium masyarakat Indonesia.
''Lele mengandung kalsium tinggi dan Indonesia merupakan produsen coklat terbesar kedua di dunia,'' ungkap Ahmad Idris mahasiswa Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB ini. Kelebihan produk ini terdapat pada kandungannya yang sehat,'' tambah anggota tim, Muhamad
''Kita memperkenalkan coklat ini dengan kandungan kalsium tinggi untuk memperkenalkan bahwa ini coklat sehat, makanya 'tagline'-nya itu 'healthy' coklat, jadi inovasinya di situ,'' ujar Muhamad.
Saat ini tim Coklovindo tersebut telah memproduksi coklove ukuran 20 gram dengan harga RP 5 ribu dan ukuran 100 gram dengan harga RP 22 ribu. Secara luas Ahmad dan tim memasarkan produknya melalui berbagai media sosial dan juga aktif di berbagai kegiatan bazar.
Proses pembuatan coklove dimulai dari pemilihan bahan baku yang terdiri dari: 'dark' coklat, tepung tulang ikan lele serta ikan lele berukuran lebih dari 30 cm.
''Daging lelenya dari Bogor. Soalnya di Bogor itu produksi lelenya tinggi dan banyak yang oversize,'' ujar Muhamad.
Ikan lele dikukus hingga tekstur daging ikan menjadi lunak lalu disangrai, setelah itu dilakukan pelelehan cokelat dan tepung ikan lele. Campuran tersebut dituang ke dalam cetakan dan dimasukkan ke dalam pendingin pada suhu 14 derajat Celcius. Kemudian produk dikemas dan siap dipasarkan.
Ahmad selaku ketua tim mengungkapkan bahwa inovasi mereka ini memiliki dua poin penting, ''Dari produk ini kami berharap dapat memberikan setidaknya dua solusi, satu mengangkat kesejahteraan petani lele dan yang kedua meningkatkan konsumsi kalsium masyarakat,'' tuturnya.(NK/Zul)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017