Bekasi (Antara Megapolitan) - Paguyuban warga Perumahan Pondok Mitra Lestari, Kelurahan Jatirasa, Kecamatan, Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat, mulai mengintensifkan kegiatan antisipasi datangnya banjir akibat luapan Kali Bekasi menyusul datangnya musim hujan.
"Hari ini kami membentuk Tim Koordinator Banjir yang beranggotakan 15 pengurus RT untuk sarana informasi dan kegiatan penanggulangan banjir," kata koordinator paguyuban warga PML Zani Yaqien (41) di Bekasi, Sabtu (11/11).
Menurut dia, pembentukan koordinator warga itu sesuai dengan imbauan dari pemerintah setempat sebagai sarana koordinasi penanggulangan banjir dari tingkat RT hingga instansi terkait.
Dikatakan Zani, musim banjir kali ini perlu diantisipasi sejak awal menyusul prediksi banjir lima tahunan yang berlangsung pada tahun ini.
"Siklus banjir lima tahunan berlangsung mulai 2007, 2012 dan 2017. Kami perlu melakukan langkah waspada datangnya siklus tersebut," katanya.
Pada siklus lima tahunan yang terjadi periode sebelumnya di PML, sebanyak 450 kepala keluarga di perumahan tersebut menjadi korban banjir, karena air luapan sungai yang mengalir di sisi perumahan masuk ke dalam rumah bahkan merusak sejumlah harta benda.
"Jangankan rumah, mobil juga ada beberapa yang hanyut terbawa banjir. Kalau barang-barang rumah tangga sudah biasa terendam seperti kulkas, lemari, kasur, mesin cuci dan beberapa surat-surat penting," katanya.
Pembentukan tim koordinator warga, kata dia, merupakan agenda lanjutan dari kegiatan normalisasi saluran air yang dilakukan warga secara swadaya sejak Oktober 2017.
"Normalisasi saluran ini masih bersifat parsial karena keterbatasan dana warga. Kegiatan normalisasi hanya berlangsung di RT08 dan RT10," katanya.
Pria yang juga menjabat sebagai Ketua RT08 RW13 PML itu mengatakan warga setempat juga telah memasang alarm peringatan banjir yang terinstalasi di rumah pompa RT10.
"Kalau ketinggian air sudah di atas 600 centimeter atau berstatus siaga 1, maka alarm akan otomatis berbunyi untuk mengingatkan warga agar waspada," katanya.
Ketinggian air tersebut, kata dia, dipastikan sudah sejajar dengan badan jalan di lingkungan warga.
"Biasanya, air kiriman dari Sungai Cileungsi Kabupaten Bogor itu datang selama tiga jam di perumahan kami. Kita hanya punya waktu sempit untuk proses evakuasi," katanya.
Sementara itu, Ketua RW13 Edy Permadi menambahkan, upaya antisipasi banjir tidak hanya dilakukan dengan menggerakan warga untuk bekerja bakti membersihkan saluran air, namun juga diperkuat dengan koordinasi bersama instansi terkait dari unsur Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Pekerjaa Umum dan Penataan Ruang, petugas kecamatan, petugas kelurahan dan Dinas Sosial setempat.
"Kami telah bersurat kepada Pemkot Bekasi untuk mendorong perbaikan tanggul kali yang ambles sejak 2016 akibat terjangan banjir waktu itu. Kita juga meminta wali Kota Bekasi Rahmat Effendi untuk mau berkomitmen dengan warga kami membuat kolam retensi sebagai penampungan air kala terjadi banjir," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
"Hari ini kami membentuk Tim Koordinator Banjir yang beranggotakan 15 pengurus RT untuk sarana informasi dan kegiatan penanggulangan banjir," kata koordinator paguyuban warga PML Zani Yaqien (41) di Bekasi, Sabtu (11/11).
Menurut dia, pembentukan koordinator warga itu sesuai dengan imbauan dari pemerintah setempat sebagai sarana koordinasi penanggulangan banjir dari tingkat RT hingga instansi terkait.
Dikatakan Zani, musim banjir kali ini perlu diantisipasi sejak awal menyusul prediksi banjir lima tahunan yang berlangsung pada tahun ini.
"Siklus banjir lima tahunan berlangsung mulai 2007, 2012 dan 2017. Kami perlu melakukan langkah waspada datangnya siklus tersebut," katanya.
Pada siklus lima tahunan yang terjadi periode sebelumnya di PML, sebanyak 450 kepala keluarga di perumahan tersebut menjadi korban banjir, karena air luapan sungai yang mengalir di sisi perumahan masuk ke dalam rumah bahkan merusak sejumlah harta benda.
"Jangankan rumah, mobil juga ada beberapa yang hanyut terbawa banjir. Kalau barang-barang rumah tangga sudah biasa terendam seperti kulkas, lemari, kasur, mesin cuci dan beberapa surat-surat penting," katanya.
Pembentukan tim koordinator warga, kata dia, merupakan agenda lanjutan dari kegiatan normalisasi saluran air yang dilakukan warga secara swadaya sejak Oktober 2017.
"Normalisasi saluran ini masih bersifat parsial karena keterbatasan dana warga. Kegiatan normalisasi hanya berlangsung di RT08 dan RT10," katanya.
Pria yang juga menjabat sebagai Ketua RT08 RW13 PML itu mengatakan warga setempat juga telah memasang alarm peringatan banjir yang terinstalasi di rumah pompa RT10.
"Kalau ketinggian air sudah di atas 600 centimeter atau berstatus siaga 1, maka alarm akan otomatis berbunyi untuk mengingatkan warga agar waspada," katanya.
Ketinggian air tersebut, kata dia, dipastikan sudah sejajar dengan badan jalan di lingkungan warga.
"Biasanya, air kiriman dari Sungai Cileungsi Kabupaten Bogor itu datang selama tiga jam di perumahan kami. Kita hanya punya waktu sempit untuk proses evakuasi," katanya.
Sementara itu, Ketua RW13 Edy Permadi menambahkan, upaya antisipasi banjir tidak hanya dilakukan dengan menggerakan warga untuk bekerja bakti membersihkan saluran air, namun juga diperkuat dengan koordinasi bersama instansi terkait dari unsur Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Pekerjaa Umum dan Penataan Ruang, petugas kecamatan, petugas kelurahan dan Dinas Sosial setempat.
"Kami telah bersurat kepada Pemkot Bekasi untuk mendorong perbaikan tanggul kali yang ambles sejak 2016 akibat terjangan banjir waktu itu. Kita juga meminta wali Kota Bekasi Rahmat Effendi untuk mau berkomitmen dengan warga kami membuat kolam retensi sebagai penampungan air kala terjadi banjir," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017