Bogor, 22/11 (ANTARA) - Dinas Pertanian Bogor, Jawa Barat, mengawasi penjualan daging sapi di pasaran, menyusul kenaikan harga yang membuat kelangkaan daging, guna mengantisipasi tindak kecurangan.

"Kami (Distan) sudah menurunkan tim ke lapangan (pasar) untuk mengawasi kondisi di pasaran. Kami juga mengambil sampel daging guna memastikan tidak ada daging gelonggongan atau daging busuk yang dijual," kata Kepala Bidang Perternakan Dinas Pertanian Bogor Robert Hasibuan, di Bogor, Kamis.

Robert menjelaskan kenaikan harga daging sapi di pasaran disebabkan oleh beberapa faktor, berawal dari pembatasan sapi impor yang dilakukan pemerintah pusat yakni dari 900.000 menjadi 200.000 ekor.

Menurut dia, dengan pembatasan tersebut menimbulkan kekhawatiran ditingkat peternak sapi lokal. Karena selama ini kekurangan daging dipasok dari sapi impor.

"Ada kekhawatiran dari kalangan peternak. Mereka khawatir jika pemotongan dilakukan tidak ada lagi stok yang tersedia, karena jatah sapi impor dikurangi," katanya.

Robert mengatakan, imbas dari kekhawatiran para peternak tersebutlah yang menyebabkan ketersediaan daging di tingkat konsumen menjadi berkurang.

Selain itu, lanjut Robert, di wilayah Jabodetabek dan Bogor khususnya tidak memiliki budidaya sapi sehingga sapi dipasok dari wilayah Jawa. Sehingga dampak kelangkaan cukup terasa dengan kondisi kekhawatiran yang dialami para peternak di Jawa.

Menurut Robert, pemerintah melakukan pembatasan sapi impor karena ingin mendorong diversifikasi pangan dengan mengalihkan konsumsi daging sapi ke ayam dan ikan.

Selain itu, lanjut Robert, harga ternak sapi lokal rendah dan hasil potong kurang dari 50 persen sementara sapi impor hasil potongannya diatas 50 persen.

"Ini juga sangat berpengaruh dari ketersediaan daging di pasaran. Karena adanya kekhatiran di kalangan peternak dengan sementara selama ini kekurangan pasokan daging ditutup dari impor," katanya.

Menurut Robert, situasi tersebut tidak akan berlangsung lama menyusul upaya pemerintah untuk mencegah kelangkaan dengan memasok sapi di luar Jawa seperti NTT.

"Kalau sapi dari NTT masuk, ini dapat diatasi. Karena selama ini pemasok sapi dari Jawa tidak hanya untuk Jabodetabek tapi juga Sumatera," katanya.

Robert optimis, rencana pemerintah untuk mengurangi impor dan program difersifikasi daging dapat berjalan baik. Sehingga mampu mendorong peningkatan sapi lokal dan mendorong peningkatan konsumsi di luar daging sapi seperti ayam dan ikan.


Laily R

Pewarta:

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2012