Bogor (Antara Megapolitan) - Tim International Fund for Agricultural Development mengunjungi Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian Bogor, Kampus Cibalagung, Jawa Barat, Selasa, untuk melihat program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian.
Tim berjumlah lima orang diketuai Agnes Deshornes selaku konsultan IFAD untuk program Youth Entrepreneurship and Employment Services (YESS) yang tengah disiapkan oleh lembaga keuangan internasional untuk pembangunan pertanian tersebut di Indonesia.
Ketua STPP Bogor Nazaruddin menyebutkan kedatangan delegasi IFAD untuk melihat program PWMP yang dijalankan oleh STPP Bogor.
"Mereka (IFAD, red.) tertarik ingin menggali lebih dalam terkait program PWMP ini sekaligus mempelajari bagaimana mahasiswa STPP menjalankannya," katanya.
Nazar menyebutkan STPP Bogor salah satu lokasi yang menjadi tujuan kujungan kerja tim konsultan IFAD di Indonesia. Selain Bogor, mereka juga akan ke Cianjur, sedangkan sebelumnya telah mendatangi beberapa lokasi lainnya.
STPP Bogor telah melaksanakan program PWMP sejak 2016, yakni program beasiswa modal usaha bagi mahasiswa untuk berwirausaha pertanian dari Kementerian Pertanian yang dijalankan oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP).
"PWMP melatih mahasiswa untuk berwirausaha pertanian, unit usaha yang dijalankan mahasiswa di bidang pertanian dan peternakan," kata Nazar.
Usaha yang dikembangkan mahasiswa bidang pertanian seperti budi daya jamur, pengolahan rosella dan pembuatan pupuk, sedangkan di peternakan ada budi daya telur puyuh, produksi yogurt, susu dan telur asin, serta penggemukan kambing dan domba.
Menurut dia, masih ada kendala yang dihadapi para mahasiswa dalam menjalankan program tersebut, di antaranya membagi waktu antara kuliah dan mengurus usaha, sehingga ketika sibuk kuliah, usaha tersebut dihentikan sementara.
"Ini menjadi tantangan kami, tetapi mahasiswa selalu diarahkan agar kegiatan usaha itu terus berkelanjutan di manapun personelnya berada. Persoalan pasar juga harus dijaga," katanya.
Dalam kunjungan kerja tim konsultan IFAD melakukan audiensi dengan sejumlah mahasiswa STPP Bogor yang menjalankan program PWMP. Beberapa pertanyaan diajukan oleh tim kepada mahasiswa, seperti kendala apa yang dihadapi selama melakukan program tersebut.
Agnes juga mempertanyakan persoalan lahan pertanian, karena dari kunjungan sebelumnya salah satu narasumber menyebutkan salah satu persoalan yang dihadapi adalah ketersediaan lahan.
Selain itu, ia juga menanyakan apa yang dibutuhkan mahasiswa untuk mengembangkan usahanya selain modal usaha.
"Tapi saya sangat terkesan dengan kemampuan mahasiswa STPP yang dapat mengembangkan usaha pertanian dengan cerdas, walau modal yang terbatas, mereka mampu berbisnis dengan baik," kata Agnes.
Kunjungan kerja yang dilakukan konsultan IFAD untuk melihat langsung kegiatan usaha pertanian yang sudah berjalan di Indonesia. Rencananya program YESS yang didanai IFAD akan dimulai Juni 2018.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
Tim berjumlah lima orang diketuai Agnes Deshornes selaku konsultan IFAD untuk program Youth Entrepreneurship and Employment Services (YESS) yang tengah disiapkan oleh lembaga keuangan internasional untuk pembangunan pertanian tersebut di Indonesia.
Ketua STPP Bogor Nazaruddin menyebutkan kedatangan delegasi IFAD untuk melihat program PWMP yang dijalankan oleh STPP Bogor.
"Mereka (IFAD, red.) tertarik ingin menggali lebih dalam terkait program PWMP ini sekaligus mempelajari bagaimana mahasiswa STPP menjalankannya," katanya.
Nazar menyebutkan STPP Bogor salah satu lokasi yang menjadi tujuan kujungan kerja tim konsultan IFAD di Indonesia. Selain Bogor, mereka juga akan ke Cianjur, sedangkan sebelumnya telah mendatangi beberapa lokasi lainnya.
STPP Bogor telah melaksanakan program PWMP sejak 2016, yakni program beasiswa modal usaha bagi mahasiswa untuk berwirausaha pertanian dari Kementerian Pertanian yang dijalankan oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP).
"PWMP melatih mahasiswa untuk berwirausaha pertanian, unit usaha yang dijalankan mahasiswa di bidang pertanian dan peternakan," kata Nazar.
Usaha yang dikembangkan mahasiswa bidang pertanian seperti budi daya jamur, pengolahan rosella dan pembuatan pupuk, sedangkan di peternakan ada budi daya telur puyuh, produksi yogurt, susu dan telur asin, serta penggemukan kambing dan domba.
Menurut dia, masih ada kendala yang dihadapi para mahasiswa dalam menjalankan program tersebut, di antaranya membagi waktu antara kuliah dan mengurus usaha, sehingga ketika sibuk kuliah, usaha tersebut dihentikan sementara.
"Ini menjadi tantangan kami, tetapi mahasiswa selalu diarahkan agar kegiatan usaha itu terus berkelanjutan di manapun personelnya berada. Persoalan pasar juga harus dijaga," katanya.
Dalam kunjungan kerja tim konsultan IFAD melakukan audiensi dengan sejumlah mahasiswa STPP Bogor yang menjalankan program PWMP. Beberapa pertanyaan diajukan oleh tim kepada mahasiswa, seperti kendala apa yang dihadapi selama melakukan program tersebut.
Agnes juga mempertanyakan persoalan lahan pertanian, karena dari kunjungan sebelumnya salah satu narasumber menyebutkan salah satu persoalan yang dihadapi adalah ketersediaan lahan.
Selain itu, ia juga menanyakan apa yang dibutuhkan mahasiswa untuk mengembangkan usahanya selain modal usaha.
"Tapi saya sangat terkesan dengan kemampuan mahasiswa STPP yang dapat mengembangkan usaha pertanian dengan cerdas, walau modal yang terbatas, mereka mampu berbisnis dengan baik," kata Agnes.
Kunjungan kerja yang dilakukan konsultan IFAD untuk melihat langsung kegiatan usaha pertanian yang sudah berjalan di Indonesia. Rencananya program YESS yang didanai IFAD akan dimulai Juni 2018.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017