Bogor (antara Megapolitan) - Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh ditempat yang tidak dikehendaki terutama di tempat manusia bermaksud mengusahakan tanaman budidaya.  

Mia Audina, Mahasiswa Jurusan Agronomi dan Hortikultura (FAPERTA), Institut Pertanian Bogor (IPB) mencoba memanfaatkan daun Eucalyptus sebagai pembasmi gulma dengan melakukan penelitian yang berjudul " Potensi Ekstrak Daun Eucalyptus pellita F. Muell sebagai Bioherbisida Pasca Tumbuh".

Penelitian ini di bawah bimbingan Dr. Dwi Guntoro, S.P. M.Si.

Wanita yang akrab disapa Mia ini menerangkan, keberadaan gulma menimbulkan kerugian bagi para petani karena kualitas dan kuantitas produksi harus berkurang akibat adanya persaingan dalam memperoleh air, unsur hara, dan tempat hidup. Pengendalian gulma biasanya menggunakan herbisida.

Namun, herbisida yang banyak digunakan saat ini adalah herbisida sintesis yang berdampak buruk bagi lingkungan karena dapat menyebabkan pencemaran.

"Karena alternatif mulai marak dikembangkan, saya pun terinspirasi untuk mencari senyawa alelopati tumbuhan lain sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bioherbisida. Saya pun akhirnya meneliti daun eucalyptus pellita yang memiliki potensi untuk dijadikan bioherbisida karena memgandung alelopati," tambahnya.

Alelopati merupakan pengaruh langsung ataupun tidak langsung dari suatu tumbuhan terhadap tumbuhan lainnya, termasuk mikroorganisme, baik yang bersifat positif ataupun perangsangan.

Alelopati dapat menghambat pertumbuhan tumbuhan pada berbagai macam stadium pertumbuhan.

Menurut Mia, pengendalian gulma terutama bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma sampai batas toleransi merugikan secara ekonomis.

"Alasan saya menggunakan bioherbisida karena efeknya tidak terkena secara langsung terhadap tanaman budidaya dan mempunyai peluang kecil untuk menyebabkan pencemaran lingkungan," terang Mia.

Dari hasil penelitian Mia, daun Eucalyptus pellita memberikan pengaruh nyata. Pengaruh ekstrak daun Eucalyptus pellita menimbulkan gejala-gejala keracunan pada gulma.

"Hal ini terjadi dapat disebabkan oleh adanya senyawa beracun yang terdapat pada ekstrak daun eucalyptus pellita. Pemberian ekstrak eucalyptus menyebabkan kerusakan secara visual dari klorosis sampai nekrosis. Bahkan menyebabkan kelayuan permanen," tuturnya.

Mia menjelaskan bahwa pada pemberian ekstrak daun eucalyptus pellita sebanyak 10% dapat  menekan pertumbuhan gulma dan semakin meningkat pada pemberian konsentrasi 30%.

Tapi pada pemberian ekstrak daun Eucalyptus pellita dengan konsentrasi 40% justru semakin menurunkan penekanan pertumbuhan gulma.

Pewarta: Jurnalis IPB

Editor : Andi Firdaus


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017