Desa Hiyung, Kecamatan Tapin Tengah, Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan mengembangkan inovasi bertanam cabai hiyung menggunakan teknologi apung metode yang menjadi solusi efektif bagi petani yang selama ini kesulitan bercocok tanam saat musim hujan akibat lahan yang tergenang air.

Ketua Kelompok Tani Cabai Hiyung Junaidi di Rantau, Kabupaten Tapin, Jumat, mengatakan inovasi ini melibatkan petani muda setempat untuk mengembangkan dan memanfaatkan bambu sebagai media utama.

"Bambu tersebut dibuat menjadi lanting nanti di atas lanting itu kami tambahkan sedikit tanah, lalu ditanam bibit Cabai Hiyung," ujar Junaidi.

Junaidi menjelaskan delapan petani dikerahkan untuk menyelesaikan 30 lanting selama sepekan proses pembuatan lanting telah dimulai dari Selasa (7/1).

"Setelah lanting selesai proses penanaman hanya memerlukan waktu dua hari dalam satu lanting bisa ditanam 90 pohon cabai, kalau ada 30 lanting totalnya 2.700 tanaman Cabai Hiyung," katanya

Dari luas lahan, 30 lanting dengan total 2.700 pohon itu setara dengan setengah hektare lebih

Junaidi menyebutkan metode ini lahir dari kebutuhan mendesak selama musim hujan, petani di Desa Hiyung sering kali tidak dapat menanam cabai sehingga suplai Cabai Hiyung menjadi kosong di pasaran.

"Dengan metode apung ini kami yakin kebutuhan Cabai Hiyung dapat terpenuhi sepanjang tahun, termasuk saat musim hujan," ucapnya

 

Baca juga: Warga Gorontalo jadi pengonsumsi cabai tertinggi di Indonesia

Baca juga: Harga cabai di Mataram NTB capai Rp90.000 per kilogram dipicu cuaca ekstrem

 

 

Pewarta: Gunawan Wibisono

Editor : Budi Setiawanto


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2025