Bogor (Antara Megapolitan) - Pembangunan yang tidak terkendali menjadi salah satu ciri khas perkotaan di negara berkembang, termasuk Indonesia. Pada wilayah tertentu, dua wilayah kota metropolitan dapat menjadi terkoneksi dengan perkembangan fisik bangunan yang terjadi di sepanjang lintasan yang menghubungkan dua kota metropolitan tersebut.

Fenomena ini terjadi antara Kota Jakarta dan Bandung, terlebih dengan keberadaan jalan tol Cipularang sebagai penghubungnya.

Konurbasi yang terjadi di antara dua pusat ini telah menyebabkan alih fungsi lahan pertanian dan perubahan kualitas lingkungan.

Kecenderungan konurbasi di koridor ini, yang dipicu oleh perkembangan industri dan perumahan klaster, dapat meningkat menjadi tidak terkendali.

Maka, diperlukan upaya untuk memahami konsekuensi terhadap ekskalasi pembangunan yang terjadi di sepanjang koridor Jakarta-Bandung sebagai langkah antisipasi terhadap dampak negatif yang ditimbulkan.

Empat orang peneliti yaitu Ernan Rustiadi dan Andrea Emma Pravitasari dari Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM)-IPB, beserta Yudi Setiawan dari Pusat Penelitian Lingkungan Hidup IPB dan Setyardi Pratika Muly dari Fakultas Pertanian IPB melakukan penelitian terkait dampak konurbasi Jakarta-Bandung terhadap alih fungsi lahan pertanian dan lingkungan.

Penelitian ini bermaksud untuk lebih memahami dampak konurbasi Jakarta-Bandung terhadap alih fungsi lahan pertanian dan lingkungan hidup.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dinamika perubahan penggunaan lahan koridor Jakarta-Bandung, mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya konurbasi koridor Jakarta-Bandung, serta mengkaji dampak sosial, ekonomi dan lingkungan akibat konurbasi Jakarta-Bandung.

Tim ini melakukan analisis spasial dengan memanfaatkan interpretasi GIS (Geographic Information System) dan remote sensing. Analisis GWR (Geographically Weighted Regression) digunakan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab konurbasi Jakarta-Bandung.

Dari percobannya para peneliti ini menemukan bahwa Kabupaten Bandung, Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Tangerang mengalami perluasan ruang terbangun terbesar dan paling banyak mengalami konversi lahan sawah ke ruang terbangun.

Penyusutan luas lahan sawah terbesar terjadi pada periode tahun 005-2010. (IR/Zul)

Pewarta: Humas IPB/Ernan Rustiadi dan Tim

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017