Bogor (Antara Megapolitan) - Ketua Dewan Pengarah Rembug Nasional 2017 yang juga Dewan Pertimbangan Presiden Sidarto Danusubroto meminta akademisi atau dunia kampus dapat memberikan data sesuai fakta untuk membantu pemerintah dalam perang melawan mafia.
"Pemerintah membutuhkan data yang rill, jika ingin kebijakan berbasis Iptek, tidak perlu tutup mata, kalau di sana-sini masih ada mafia. Presiden saat ini perang melawan mafia," kata Sidarto dalam pembukaan Rembug Nasional 2017 di Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat.
Ia menyebutkan presiden memerang mafia energi, berhasil men-`stop` Rp300 triliun membubarkan Petral, dan mengambil alih penguasaan Freeport terhadap gudang emas dan uranium di Papua, yang masih tahap negosiasi.
"Kondisi ini (mafia) benar-benar ada, mafia migas itu ada," ucapnya.
Sidarto mengatakan Presiden membutuhkan data apa adanya. Maka itu Rembug Nasional 2017 dilaksanakan, agar kampus membantu presiden memberikan data-data sesuai fakta.
Rebug Nasional 2017 dalam rangka tiga tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla di IPB fokus membahas soal pangan.
Menurut Sidarto, berdasarkan hasil survei menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia telah bekerja dalam trak yang benar selama tiga tahun ini. Terlihat dari angka pertumbuhan ekonomi di atas lima persen, inflasi di bawah tiga persen, demikian pula angka pengangguran yang menurun.
"Memang benar beberapa permasalahan masih ada dan harus dibenahi bersama terutama di pertanian," ujarnya.
Ia mengatakan pertanian merupakan tulang punggung pembangunan bangsa, jika pertanian mundur maka akan berdampak bagi bangsa.
"Pangan bagian sangat vital bagi bangsa ini, data harus dibuka. Mereka yang masih bermain di pangan ini tolong dihentikan permainan ini," tutur Sidarto.
Sidarto mengajak agar semua pihak membangun ketahanan pangan karena menjadi tanggungjawab semua pihak. Terutama IPB sebagai tulang punggung ketahanan pangan.
"Ayo buka-bukaan data, sampaikan ke pemerintah apa aja yang menghambat dan menghalangi pembangunan pertanian ini," kata Sidarto.
Rembug Nasional tahun 2017 dalam rangka refleksi tiga tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla menjalankan roda pemerintahan di Indonesia.
Berbagai kelompok lintas disiplin dan profesi menggelar Rebug Nasional dengan tema "Membangun Untuk Kesejahteraan Rakyat". Rembug Nasional terbagi dua yaitu Rembug Daerah dan Rembug Pusat.
IPB menjadi tuan rumah Rembug Daerah Bidang Rembug Lima menuju Indonesia yang berdaulat atas pangan dengan mengangkat tema "Kedaulatan Pangan, Tata Kelola dan Penguatan Kelembagaan Pangan".
Hasil Rembug Daerah ini akan dibawa ke Rembuk Pusat yang nantinya akan menghasilkan rekomendasi yang akan diserahkan ke Presiden Joko Widodo.
Turut hadir dalam acara tersebut Rektor IPB Prof Herry Suhadiyanto, Dirut Perum Bulog Djarot Kusumayakti, Ketua Rembug Nasional Firdaus Ali, dan sejumlah pakar IPB.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
"Pemerintah membutuhkan data yang rill, jika ingin kebijakan berbasis Iptek, tidak perlu tutup mata, kalau di sana-sini masih ada mafia. Presiden saat ini perang melawan mafia," kata Sidarto dalam pembukaan Rembug Nasional 2017 di Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat.
Ia menyebutkan presiden memerang mafia energi, berhasil men-`stop` Rp300 triliun membubarkan Petral, dan mengambil alih penguasaan Freeport terhadap gudang emas dan uranium di Papua, yang masih tahap negosiasi.
"Kondisi ini (mafia) benar-benar ada, mafia migas itu ada," ucapnya.
Sidarto mengatakan Presiden membutuhkan data apa adanya. Maka itu Rembug Nasional 2017 dilaksanakan, agar kampus membantu presiden memberikan data-data sesuai fakta.
Rebug Nasional 2017 dalam rangka tiga tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla di IPB fokus membahas soal pangan.
Menurut Sidarto, berdasarkan hasil survei menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia telah bekerja dalam trak yang benar selama tiga tahun ini. Terlihat dari angka pertumbuhan ekonomi di atas lima persen, inflasi di bawah tiga persen, demikian pula angka pengangguran yang menurun.
"Memang benar beberapa permasalahan masih ada dan harus dibenahi bersama terutama di pertanian," ujarnya.
Ia mengatakan pertanian merupakan tulang punggung pembangunan bangsa, jika pertanian mundur maka akan berdampak bagi bangsa.
"Pangan bagian sangat vital bagi bangsa ini, data harus dibuka. Mereka yang masih bermain di pangan ini tolong dihentikan permainan ini," tutur Sidarto.
Sidarto mengajak agar semua pihak membangun ketahanan pangan karena menjadi tanggungjawab semua pihak. Terutama IPB sebagai tulang punggung ketahanan pangan.
"Ayo buka-bukaan data, sampaikan ke pemerintah apa aja yang menghambat dan menghalangi pembangunan pertanian ini," kata Sidarto.
Rembug Nasional tahun 2017 dalam rangka refleksi tiga tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla menjalankan roda pemerintahan di Indonesia.
Berbagai kelompok lintas disiplin dan profesi menggelar Rebug Nasional dengan tema "Membangun Untuk Kesejahteraan Rakyat". Rembug Nasional terbagi dua yaitu Rembug Daerah dan Rembug Pusat.
IPB menjadi tuan rumah Rembug Daerah Bidang Rembug Lima menuju Indonesia yang berdaulat atas pangan dengan mengangkat tema "Kedaulatan Pangan, Tata Kelola dan Penguatan Kelembagaan Pangan".
Hasil Rembug Daerah ini akan dibawa ke Rembuk Pusat yang nantinya akan menghasilkan rekomendasi yang akan diserahkan ke Presiden Joko Widodo.
Turut hadir dalam acara tersebut Rektor IPB Prof Herry Suhadiyanto, Dirut Perum Bulog Djarot Kusumayakti, Ketua Rembug Nasional Firdaus Ali, dan sejumlah pakar IPB.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017