Cibinong (Antara Megapolitan-Bogor) - Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) Hasanuddin Zainal Abidin menyatakan Indonesia masih kekurangan industri yang bergerak pada bidang geospasial untuk mewujudkan kemandirian informasi geospasial (IG) pada 2019.
"Jumlahnya masih jauh kalau dibandingkan dengan Singapura misalnya, negara tetangga itu sudah jauh lebih banyak," kata dia usai menghadiri ke-48 Hari Informasi Geospasial di Lapangan BIG Cibinong Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa.
Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) Hasanuddin Zainal Abidin (tengah). (ANTARA FOTO/Linna Susanti).
Menurutnya jika Indonesia berkomitmen untuk mengejar target kemandirian IG hingga akhir 2019, berbagai aspek seperti Industri dan sumber daya manusia (SDM) perlu diperkuat dengan serius.
Hasanuddin menyebutkan perusahaan terkait IG Indonesia masih kurang dari 100 padahal menurut skala penduduk suatu negara maju, minimal ada dua persen penduduk dari jumlah keseluruhan yang terdata pemerintah menjadi pengusaha.
Artinya, kata dia jika menurut itungan 250 juta jiwa saja jumlah penduduk Indonesia, idealnya sekitar 5 juta jiwa adalah pengusaha yang di antaranya sebaiknya banyak pada bidang IG.
Sebab negara maju atau negara berkembang lainnya telah memiliki kemandirian IG yang mendorong kemajuan sistem pertahanan negara, bisnis dan penataan wilayahnya.
BACA JUGA: Anak SMP Garut Unjuk Inovasi Aplikasi Di BIG
BIG bertekad terus memperkaya data dan informasi geospasial yang dibagikan secara gratis kepada publik untuk berbagai kreasi dan inovasi bagi kemaslatahan bangsa dan negara.
Nuansa perlombaan balap karung dalam rangkaian acara jalan bersama sekaligus sosialisasi waspada gratifikasi oleh KPK di kantor Badan Informasi Geospasial (BIG). (ANTARA FOTO/Linna Susanti).
Salah satunya, jelas Hasanuddin lebih lanjut dengan menjaring para inovator bidang ilmu pengetahuan dan teknologi informasi (Iptek) dengan membuat aplikasi yang menggunakan data geospasial dari BIG.
"Kami berharap lebih banyak lagi inovator asal Indonesia yang mengelola industri geospasial, jangan dari negara luar melulu," ujarnya. (ANT/BPJ).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
"Jumlahnya masih jauh kalau dibandingkan dengan Singapura misalnya, negara tetangga itu sudah jauh lebih banyak," kata dia usai menghadiri ke-48 Hari Informasi Geospasial di Lapangan BIG Cibinong Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa.
Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) Hasanuddin Zainal Abidin (tengah). (ANTARA FOTO/Linna Susanti).
Menurutnya jika Indonesia berkomitmen untuk mengejar target kemandirian IG hingga akhir 2019, berbagai aspek seperti Industri dan sumber daya manusia (SDM) perlu diperkuat dengan serius.
Hasanuddin menyebutkan perusahaan terkait IG Indonesia masih kurang dari 100 padahal menurut skala penduduk suatu negara maju, minimal ada dua persen penduduk dari jumlah keseluruhan yang terdata pemerintah menjadi pengusaha.
Artinya, kata dia jika menurut itungan 250 juta jiwa saja jumlah penduduk Indonesia, idealnya sekitar 5 juta jiwa adalah pengusaha yang di antaranya sebaiknya banyak pada bidang IG.
Sebab negara maju atau negara berkembang lainnya telah memiliki kemandirian IG yang mendorong kemajuan sistem pertahanan negara, bisnis dan penataan wilayahnya.
BACA JUGA: Anak SMP Garut Unjuk Inovasi Aplikasi Di BIG
BIG bertekad terus memperkaya data dan informasi geospasial yang dibagikan secara gratis kepada publik untuk berbagai kreasi dan inovasi bagi kemaslatahan bangsa dan negara.
Nuansa perlombaan balap karung dalam rangkaian acara jalan bersama sekaligus sosialisasi waspada gratifikasi oleh KPK di kantor Badan Informasi Geospasial (BIG). (ANTARA FOTO/Linna Susanti).
Salah satunya, jelas Hasanuddin lebih lanjut dengan menjaring para inovator bidang ilmu pengetahuan dan teknologi informasi (Iptek) dengan membuat aplikasi yang menggunakan data geospasial dari BIG.
"Kami berharap lebih banyak lagi inovator asal Indonesia yang mengelola industri geospasial, jangan dari negara luar melulu," ujarnya. (ANT/BPJ).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017