Bogor, (Antara Megapolitan) - Rabies adalah penyakit yang disebabkan oleh virus neurotropik genus Lyssavirus famili Rhabdoviridae dan dapat ditularkan dari hewan ke hewan lain maupun hewan ke manusia melalui saliva. 

Penyakit ini bersifat zoonosis dan berakibat fatal pada manusia, sehingga semua material yang dicurigai terinfeksi virus rabies harus ditangani dengan memperhatikan aspek keamanan sesuai dengan spesifikasi World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia.

Terkait hal ini, sejumlah pakar dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan penelitian tentang preparasi imunoglobulin yolk (IgY) spesifik rabies untuk pengembangan kit diagnostik. Mereka adalah Suwarny Ruhi, Sri Murtini dan Okti Nadia Poetri.

Sri Murtini mengatakan, upaya untuk mengendalikan rabies dapat dilakukan melalui vaksinasi dan pengurangan anjing tidak berpemilik. Di beberapa daerah tertentu, kasus rabies semakin meningkat. 

Kondisi ini tentu meningkatkan kewaspadaan masyarakat dalam upaya pengendalian penyakit. Salah satu bentuk kewaspadaan adalah dengan pengembangan teknis diagnosa laboratorium terhadap rabies yang cepat dan akurat.

"Diagnosis penyakit rabies di Indonesia selama ini hanya berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan histopatologis preparat otak yang berasal dari hewan tersangka," katanya.

Teknik diagnosa untuk mendeteksi virus rabies harus terus dikembangkan. Antigen dan antibodi standar sangat diperlukan untuk diagnosa rabies. Salah satu alternatif yang dikembangkan yaitu kit diagnostik dari telur ayam.

Ia menjelaskan, imunoglobulin Y merupakan protein antibodi yang ditemukan pada kuning telur ayam. Keberadaan IgY pada kuning telur memiliki analogi yang sama dengan keberadaan IgG pada susu. 

Pada ayam telah diketahui keberadaan tiga kelas imunoglobulin yang analog dengan imunoglobulin mamalia yaitu IgA, IgM dan IgY (IgG). Ayam mentransfer antibodi induk ke dalam kuning telur. 

Antibodi induk yang ditransferkan secara pasif oleh induk kepada anaknya, berfungsi sebagai sistem pertahanan terhadap substansi asing ketika sistem imun anak belum sempurna.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa antibodi anti-rabies dapat dideteksi pada kuning telur pada minggu kedua setelah vaksinasi pertama. Purifikasi IgY dengan NaCl menghasilkan konsentrasi 331 µg/ml dan teknik WSF 184 µg/ml. 

Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa IgY spesifik rabies dapat diproduksi pada ayam petelur dan menghasilkan antibodi yang titernya cukup tinggi.(AT/NM)

Pewarta: Humas IPB

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017