Dan kegagalan itu berulang lagi ....
Kekecewaan pecinta sepak bola atas performa Timnas Indonesia di ajang ASEAN Cup masih menggelayuti bak awan kelabu di musim penghujan ini.
Kali ini, Filipina mengubur mimpi Garuda Muda yang ingin lolos ke semifinal ASEAN Cup 2024. PSSI menargetkan Indonesia mencapai semifinal namun kegagalan itu berulang lagi dan kali ini sudah sampai pada kegagalan yang ke-11 kali.
Tampil di kandang sendiri di Stadion Manahan, Solo, Sabtu malam, dan didukung penuh oleh "pemain ke-12" yakni para suporter yang mendukung penuh tanpa reserve, tak membuat kapten Ferarri memenangkan pertandingan. Alih-alih menang, Ferarri bahkan diganjar kartu merah karena terprovokasi pemain Filipina, yang kemudian dia sikut pada babak pertama. Apes tetap menggelayuti tatkala pada babak kedua, Timnas diganjar hukuman penalti karena bola mengenai tangan pemain Timnas di kotak terlarang.
Timnas Filipina yang berjuluk The Azkals memberi kekalahan yang pantas untuk tim asuhan Shin Tae-yong yang bermain ceroboh dan kurang dewasa untuk kedua kalinya saat bermain di kandang sendiri. Jaminan pelatih bahwa Timnas akan meraih hasil maksimal juga hanya pepesan kosong, ternyata mendapat hasil yang mengecewakan.
Dua kali bermain di kandang dalam format home-away di ASEAN Cup, dua kali juga ada pemain Indonesia diusir dari lapangan.
Baca juga: Vietnam puncaki klasemen grup B, Indonesia apes gagal ke semifinal
Pertama, Marselino Ferdinan saat melawan Laos, yang dua kali diganjar kartu kuning dalam satu pertandingan, hingga dapat kartu merah dan diusir keluar lapangan. Kedua, Ferarri saat melawan Filipina, lebih parah lagi, dia diusir lapangan karena tak bisa menahan emosinya saat diprovokasi kapten Filipina Amani Aguinaldo.
Kedua pemain itu adalah pemain penting di skuad Indonesia karena memiliki pengalaman di timnas utama. Kehadiran Marselino dan Ferarri yang ditunjuk sebagai kapten berperan untuk membimbing 16 pemain muda lain yang dipilih yang tak punya caps senior, meski usia keduanya sebaya. Sebanyak 14 pemain mendapatkan debutnya di ASEAN Cup, kecuali Erlangga Setyo dan Sulthan Zaky yang selalu duduk manis di bangku cadangan.
Saat Marselino dan Ferarri seharusnya menjadi pilar dan mentor tim muda Garuda, kedua pemain tersebut malah membuat rekan-rekannya kesusahan karena mendapat kartu merah yang seharusnya tak perlu terjadi.
Dari kemungkinan enam poin di laga kandang, skuad Garuda hanya sanggup meraih satu poin, bermain imbang 3-3 melawan Laos dan kalah 0-1 dari Filipina.
Segalanya berjalan sulit saat timnya yang mayoritas diisi pemain minim pengalaman jam terbang internasional bermain dengan 10 pemain.
Secara keseluruhan, anak-anak muda Indonesia itu terlihat tak bisa bermain convince atau meyakinkan di setiap laga.
Bisa dikatakan, dari empat pertandingan, tidak ada identitas permainan yang jelas yang dimainkan Ferarri dan kawan-kawan.
Kadek Arel yang menjadi pemain pertama untuk mengalirkan bola dari belakang, selalu tak punya opsi terbaik untuk mengumpan dalam fase membangun serangan di formasi 3-5-2.
Empat gol yang sudah dicetak Indonesia melalui situasi bola mati, tiga dari lemparan jauh Pratama Arhan dan satu melalui tendangan sudut, gagal terulang melawan Filipina.
Baca juga: Erick Thohir akan lakukan evaluasi usai timnas gagal ke semifinal
Soal buruknya permainan Indonesia di ASEAN Cup, Shin Tae-yong selalu menjadikan pemain muda yang minim pengalaman dan mepetnya persiapan di tengah Liga 1 Indonesia yang tengah bergulir sebagai alasan kurang menggigitnya permainan Indonesia di ASEAN Cup 2024.
Padahal, di sisi lain kesalahan juga bisa dari dirinya yang terkesan memaksa anak-anak asuhnya bermain dalam formasi tiga bek, alih-alih kembali ke pakem formasi empat bek yang dulu pernah ia pakai saat Indonesia melawan tim yang lebih lemah.
Misalnya, pada turnamen yang sama pada babak penyisihan grup edisi 2022, formasi ini tak pernah berakhir dengan kekalahan. Dari empat pertandingan, Indonesia mengemas tiga kemenangan dan sekali imbang. Salah satu kemenangan itu terjadi saat menaklukkan Filipina dengan skor 2-1 dalam formasi 4-2-3-1.
Indonesia gagal lolos ke semifinal untuk kelima kalinya dalam 15 edisi ASEAN Cup. Sebelum di 2024, Indonesia juga tersingkir dari babak grup turnamen ini pada edisi 2007, 2012, 2014, dan 2018.
Kegagalan Indonesia memenuhi target minimal dari Ketum PSS Erick Thohir untuk menembus semifinal juga membuat Shin Tae-yong harus rela namanya bergabung dengan pendahulu pelatih timnas dalam catatan negatif ini, yaitu Peter White (2007), Nil Maizar (2012), Alfred Riedl (2014), dan Bima Sakti (2018).
Tak perlu bersedih. Karena atas dasar penampilan buruk dari empat pertandingan, skuad muda Indonesia pantas mendapatkan kegagalan ini.
Baca juga: Timnas Indonesia gagal melaju ke semifinal ASEAN Cup 2024
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024