Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta resmi membuka RSCM Breast Milk & Enteral Nutrition (BMEN) Center sebagai pusat penyimpanan dan pengolahan air susu ibu atau ASI.

Prof. Rinawati Sp. A, Subsp. Neo sebagai salah satu sosok hadirnya RSCM BMEN Center dalam keterangannya, Selasa, menjelaskan tujuan diadakan layanan tersebut untuk meningkatkan kualitas perawatan bayi dengan memastikan akses terhadap ASI, baik dari ibu maupun donor.

Menurut Prof. Rinawati selaku pakar Neonatologi, fasilitas penyimpanan dan pengolahan asi penting untuk mengatasi kelahiran bayi prematur di Indonesia yang angkanya mencapai 600 ribu per tahun.

"ASI adalah nutrisi sempurna yang disediakan oleh alam bagi bayi, terutama bayi-bayi prematur dan bayi-bayi sakit yang lahir dengan kondisi medis rapuh," kata Prof. Rinawati.

Pada kesempatan yang sama, dokter spesialis anak di RS Bunda Jakarta I Gusti Ayu Nyoman Partiwi mengatakan dirinya sangat senang dengan adanya fasilitas Breast Milk & Enteral Nutrition Center ini karena ASI mengandung banyak faktor bioaktif, termasuk imunoglobin, laktoferin, lisozim dan sitokim yang berperan pada sistem kekebalan bayi dan perlindungan dari infeksi.

Alasannya, kata Dokter yang akrab disapa Dokter Tiwi itu dalam berbagai kampanye inisiasi menyusui dini, kendala fisik dan psikologis ibu yang dapat menjadi salah faktor bayi kehilangan momentum mendapatkan asupan nutrisi terbaiknya. Itulah sebabnya, kata Dokter Tiwi, edukasi dan promosi fasilitas pengolahan dan penyimpanan ASI ini sebaiknya dilakukan secara berkala.

"Saya pribadi ingin sekali agar orang tua yakin, bahwa donor ASI itu adalah opsi yang baik untuk anak saat ibu belum berhasil memberikan ASI untuk bayi tercinta. Tantangannya pasti ada karena faktor budaya, sosial maupun psikologi orang tua. Namun kalau untuk menjaga kepentingan anak, saya rasa semua ibu ingin memberikan yang terbaik," kata Dokter Tiwi.

Dokter Tiwi menambahkan, edukasi dan promosi penting untuk memberikan informasi kepada orang tua terkait kualitas dan tingkat keamanan donor ASI, sehingga menurutnya, pemberian donor ASI kepada bayi yang membutuhkan dapat dilakukan dengan aman dan tidak menimbulkan masalah baru di kemudian hari.

"Pendonor ASI sebaiknya di screening penyakit-penyakit seperti HIV, hepatitis B dan hepatitis C. Setelah itu juga dipasteurisasi agar virus yang tak bisa discreening mati, sehingga bayi-bayi yang menerima donor ASI memperoleh manfaat," pungkasnya.

 

Pewarta: ANTARA

Editor : M Fikri Setiawan


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024