Bogor (Antara Megapolitan) - Tumbuhan merupakan salah satu sumberdaya terpenting untuk kehidupan manusia. Sampai saat ini tumbuhan dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan sandang, papan, pangan, obat-obatan, hingga kebutuhan bukan primer lainnya.
Selain itu, tumbuhan juga memiliki senyawa sekunder yang sangat penting dalam dunia medis atau obat-obatan. Tercatat sebanyak 61 persen bahan obat-obatan terbuat dari senyawa sekunder tumbuhan.
Menurut Guru Besar Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Pertnian Bogor (IPB), Prof. Dr. Yuliana Maria Diah Ratna Dewi, teknologi penghasil senyawa sekunder tumbuhan diharapkan dapat mengurangi eksploitasi alam secara berlebihan dan dapat meningkatkan produktivitas senyawa sekunder.
Prof Yuliana menyampaikan hal itu dalam jumpa pers Pra Orasi Ilmiah di Kampus IPB Baranangsiang, Bogor (14/9).
Ia menyebutkan bahwa sel tumbuhan merupakan sel plastis sehingga dapat diperbanyak secara cepat. Sel plastis adalah sel yang dapat diperbanyak melalui kultur jaringan dalam waktu yang singkat.
''Teknologi kultur jaringan ini dapat mempercepat masa panen senyawa sekunder tumbuhan. Sebagai contohnya adalah senyawa kuinin, bahan aktif pil kina, apabila dilakukan kultur jaringan dapat dipanen dalam waktu tujuh minggu,'' ujarnya.
Prof. Yuliana memilih senyawa kuinin untuk diteliti karena satu kilogram kuinin harus dipanen dari 17-34 kilogram kulit pohon kina yang sudah berumur 6-12 tahun. Sampai saat ini telah dikenal dua sistem pemeliharaan kultur sel yaitu batch culture dan continuous culture.
Sistem continuous culture memiliki kelemahan dapat merusak sel karena benturan baling-baling. Sistem yang dikembangkan kemudian adalah pneumatic yang mencampurkan gas cair, dimana aliran udara steril bergerak dari bagian bawah bejana ke arah atas.
''Pengembangan dan penyempurnaan teknologi kultur sel untuk memproduksi senyawa sekunder di Indonesia perlu terus dilakukan, karena sebanyak 14 bahan aktif dari 45 jenis obat penting yang diproduksi di Amerika Serikat berasal dari Indonesia,'' tambahnya. (RA/NM)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
Selain itu, tumbuhan juga memiliki senyawa sekunder yang sangat penting dalam dunia medis atau obat-obatan. Tercatat sebanyak 61 persen bahan obat-obatan terbuat dari senyawa sekunder tumbuhan.
Menurut Guru Besar Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Pertnian Bogor (IPB), Prof. Dr. Yuliana Maria Diah Ratna Dewi, teknologi penghasil senyawa sekunder tumbuhan diharapkan dapat mengurangi eksploitasi alam secara berlebihan dan dapat meningkatkan produktivitas senyawa sekunder.
Prof Yuliana menyampaikan hal itu dalam jumpa pers Pra Orasi Ilmiah di Kampus IPB Baranangsiang, Bogor (14/9).
Ia menyebutkan bahwa sel tumbuhan merupakan sel plastis sehingga dapat diperbanyak secara cepat. Sel plastis adalah sel yang dapat diperbanyak melalui kultur jaringan dalam waktu yang singkat.
''Teknologi kultur jaringan ini dapat mempercepat masa panen senyawa sekunder tumbuhan. Sebagai contohnya adalah senyawa kuinin, bahan aktif pil kina, apabila dilakukan kultur jaringan dapat dipanen dalam waktu tujuh minggu,'' ujarnya.
Prof. Yuliana memilih senyawa kuinin untuk diteliti karena satu kilogram kuinin harus dipanen dari 17-34 kilogram kulit pohon kina yang sudah berumur 6-12 tahun. Sampai saat ini telah dikenal dua sistem pemeliharaan kultur sel yaitu batch culture dan continuous culture.
Sistem continuous culture memiliki kelemahan dapat merusak sel karena benturan baling-baling. Sistem yang dikembangkan kemudian adalah pneumatic yang mencampurkan gas cair, dimana aliran udara steril bergerak dari bagian bawah bejana ke arah atas.
''Pengembangan dan penyempurnaan teknologi kultur sel untuk memproduksi senyawa sekunder di Indonesia perlu terus dilakukan, karena sebanyak 14 bahan aktif dari 45 jenis obat penting yang diproduksi di Amerika Serikat berasal dari Indonesia,'' tambahnya. (RA/NM)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017