Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan laju emisi (fluks) gas sulfur dioksida atau SO2 di Gunung Marapi di Sumatera Barat terukur rendah pascapenurunan status gunung api tersebut dari level Siaga menjadi Waspada.
"Dari pantauan satelit Sentinel gas SO2 terukur dengan kuantitas yang tergolong rendah," kata Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Wafid melalui keterangan yang diterima di Padang, Senin.
Berdasarkan catatan instansi terkait kuantitas gas SO2 terukur 57 ton per hari pada 24 November 2024. Hal ini mencerminkan aktivitas gunung api setinggi 2.891 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu dominan berupa pelepasan gas (degassing) dengan kandungan gas magmatik SO2 yang tergolong rendah.
Baca juga: PVMBG: Gunung Marapi di Sumbar alami peningkatan aktivitas sejak 7 Oktober 2024
Baca juga: Gunung Marapi kembali erupsi lagi dengan amplitudo 30,3 mm selama 48 detik pada Minggu
Meskipun demikian Badan Geologi tetap mengingatkan masyarakat terkait potensi gas vulkanik beracun seperti karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), SO2, dan hidrogen sulfida (H2S) terutama di area kawah atau puncak gunung api yang berada di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar itu.
Meskipun aktivitas Gunung Marapi menunjukkan penurunan, Badan Geologi tetap mengingatkan masyarakat tentang adanya potensi letusan hingga ancaman bahaya lahar dingin terutama saat musim hujan.
Sebab, kata Muhammad Wafid, berdasarkan evaluasi data-data pemantauan secara umum, aktivitas Marapi bersifat fluktuatif dengan kecenderungan menurun terutama dalam waktu satu minggu terakhir.
Baca juga: Gunung Marapi kembali erupsi dengan lontarkan abu vulkanik setinggi 600 meter
Ia mengatakan erupsi dapat terjadi sewaktu-waktu sebagai bentuk pelepasan dari akumulasi energi dengan potensi bahaya lontaran material akibat letusan yang diperkirakan dalam wilayah radius tiga kilometer dari pusat aktivitas (Kawah Verbeek).
"Potensi terjadinya letusan masih tetap ada, namun berdasarkan data pemantauan sampai saat ini kecil kemungkinan akan terjadi letusan besar seperti kejadian Desember 2023," kata dia mengingatkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
"Dari pantauan satelit Sentinel gas SO2 terukur dengan kuantitas yang tergolong rendah," kata Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Wafid melalui keterangan yang diterima di Padang, Senin.
Berdasarkan catatan instansi terkait kuantitas gas SO2 terukur 57 ton per hari pada 24 November 2024. Hal ini mencerminkan aktivitas gunung api setinggi 2.891 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu dominan berupa pelepasan gas (degassing) dengan kandungan gas magmatik SO2 yang tergolong rendah.
Baca juga: PVMBG: Gunung Marapi di Sumbar alami peningkatan aktivitas sejak 7 Oktober 2024
Baca juga: Gunung Marapi kembali erupsi lagi dengan amplitudo 30,3 mm selama 48 detik pada Minggu
Meskipun demikian Badan Geologi tetap mengingatkan masyarakat terkait potensi gas vulkanik beracun seperti karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), SO2, dan hidrogen sulfida (H2S) terutama di area kawah atau puncak gunung api yang berada di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar itu.
Meskipun aktivitas Gunung Marapi menunjukkan penurunan, Badan Geologi tetap mengingatkan masyarakat tentang adanya potensi letusan hingga ancaman bahaya lahar dingin terutama saat musim hujan.
Sebab, kata Muhammad Wafid, berdasarkan evaluasi data-data pemantauan secara umum, aktivitas Marapi bersifat fluktuatif dengan kecenderungan menurun terutama dalam waktu satu minggu terakhir.
Baca juga: Gunung Marapi kembali erupsi dengan lontarkan abu vulkanik setinggi 600 meter
Ia mengatakan erupsi dapat terjadi sewaktu-waktu sebagai bentuk pelepasan dari akumulasi energi dengan potensi bahaya lontaran material akibat letusan yang diperkirakan dalam wilayah radius tiga kilometer dari pusat aktivitas (Kawah Verbeek).
"Potensi terjadinya letusan masih tetap ada, namun berdasarkan data pemantauan sampai saat ini kecil kemungkinan akan terjadi letusan besar seperti kejadian Desember 2023," kata dia mengingatkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024