Bogor (Antara Megapolitan-Bogor) - Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr Ir Herry Suhardiyanto mengungkapkan rahasia sukses alumni IPB berkiprah di dunia kerja. Menurut Rektor, lulusan IPB mempunyai kompetensi umum yang tangguh, karena di IPB mereka terbiasa berurusan dengan tanaman dan hewan.
''Hewan tidak bisa ditanya sakitnya apa, tapi dokter hewan bisa tahu penyakit hewannya apa. Lebih hebat dari dokter manusia kan! Lalu berurusan dengan tanaman, ikan, mikroba. Di IPB kita mempelajari bidang biological system yang komplek dan uncertain, jadi kita terbiasa deal dengan sesuatu uncertain dan kompleksitas,'' ungkap Rektor.
Kalau ada masalah yang tidak beres saat ditangani alumni perguruan tinggi lain, maka serahkan ke alumni IPB yang sudah terbiasa menghadapi yang komplek dan uncertain.
Lulusan IPB terbiasa memperhatikan interaksi antara tanaman, cahaya, media tanam, pH atau memperhatikan interaksi antar elemen dan unsur utama.
''Lulusan IPB terbiasa berfikir sistem. System thinking kita terasah. Dalam menghadapi masalah yang komplek kita terbiasa runut. Numerical analysis kita kuat, kita terbiasa dengan numerik. Statistika kita kuat, matematika, kalkulus, aljabar matrik kita canggih. Kita kalau menghadirkan solusi itu terukur dan tersistem. Jadi ada masalah di bidang apapun beres termasuk bidang perbankan sekali pun,'' ujar Rektor.
Dari hasil survei, dalam sepuluh kategori yang dibuat sebanyak 9 persen alumni IPB berkiprah di perbankan.
''Kita berharap alumni yang di perbankan bisa membantu memajukan pertanian. Contoh memudahkan petani mendapatkan bantuan modal misalnya,'' kata Rektor.
Menanggapi tantangan Presiden Republik Indonesia (RI), Joko Widodo yang dalam Orasi Ilmiahnya mengatakan cepatnya perkembangan teknologi, Rektor IPB mengatakan hal ini menjadi semangat bagi IPB untuk terus melahirkan inovasi yang berguna bagi masyarakat dan bangsa.
IPB senantiasa berusaha melakukan proses hilirisasi dan memberikan kontribusi pemikiran yang basisnya adalah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Setiap pengambilan kebijakan bangsa harus mengutamakan IPTEK atau sciences based policy. Kalau pemikirannya demikian, InsyaAllah tidak ada persoalan yang tidak terselesaikan.
Pemimpin manapun dari kelompok manapun dari perspektif apapun kalau basisnya sains semua dapat menerima kebijakan itu dan melaksanakannya.
''Ini juga agar alumni IPB nantinya dapat terus menerus memperkuat sistem produksi pangan dalam berbagai bidang penugasan dimana pun mereka. Ini rumusan yang saya coba sampaikan ke Presiden saat orasi di IPB,'' terang Rektor.
Selain itu, penting bagi IPB untuk terus meningkatkan mutu program pendidikan dan mengupayakan adanya kesiapan IPB dalam mengembangkan IPTEK agar mampu menjawab perubahan yang berlaku.
Terkait lontaran Presiden tentang pembukaan program studi baru yang mengikuti perkembangan jaman (misal Fakultas Manajemen Ritel, Manajemen Logistik dll), Rektor mengatakan program studi terobosan ini memerlukan keluwesan.
''Kita belum punya program itu. Di seluruh dunia juga tidak mudah untuk mencari pakarnya. Manajemen ritel, manajemen e-comerce itu kan pada masa lalu belum ada. Para dosen belum ada yang memiliki kompetensi keilmuan terkait bidang tersebut. Jadi tidak mungkin kalau kita cari dosen yang bergelar doktor atau profesor yang basisnya adalah e-commerce,'' terangnya.
Siasatnya adalah ada sistem akreditasi yang luwes tapi terarah. Dosen atau pengajar yang memiliki bidang keahlian terkait harus mendapatkan support.
Terkait integrasi hulu hilir untuk meningkatkan nilai tambah petani, Rektor mengatakan nilai tambah di proses hilir tidak akan ada, jika nilai tambah produk di on farm-nya tidak ada. Menurutnya, on farm tidak boleh ditinggalkan.
''Yang penting adalah petani bisa memiliki aktivitas di hilir. Bagaimana petani masuk ke proses hilir. Petani dikonsolisadasi misalnya konsolidasi usaha agar mencapai usaha yang lebih kompetitif, lebih tinggi kelayakannya sehingga teknologi dapat diadopsi, peralatan, sistem dapat dibeli. Jadi nilai tambahnya dinikmati petani,'' tandasnya. (Zul/Ris). (ANT/BPJ).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
''Hewan tidak bisa ditanya sakitnya apa, tapi dokter hewan bisa tahu penyakit hewannya apa. Lebih hebat dari dokter manusia kan! Lalu berurusan dengan tanaman, ikan, mikroba. Di IPB kita mempelajari bidang biological system yang komplek dan uncertain, jadi kita terbiasa deal dengan sesuatu uncertain dan kompleksitas,'' ungkap Rektor.
Kalau ada masalah yang tidak beres saat ditangani alumni perguruan tinggi lain, maka serahkan ke alumni IPB yang sudah terbiasa menghadapi yang komplek dan uncertain.
Lulusan IPB terbiasa memperhatikan interaksi antara tanaman, cahaya, media tanam, pH atau memperhatikan interaksi antar elemen dan unsur utama.
''Lulusan IPB terbiasa berfikir sistem. System thinking kita terasah. Dalam menghadapi masalah yang komplek kita terbiasa runut. Numerical analysis kita kuat, kita terbiasa dengan numerik. Statistika kita kuat, matematika, kalkulus, aljabar matrik kita canggih. Kita kalau menghadirkan solusi itu terukur dan tersistem. Jadi ada masalah di bidang apapun beres termasuk bidang perbankan sekali pun,'' ujar Rektor.
Dari hasil survei, dalam sepuluh kategori yang dibuat sebanyak 9 persen alumni IPB berkiprah di perbankan.
''Kita berharap alumni yang di perbankan bisa membantu memajukan pertanian. Contoh memudahkan petani mendapatkan bantuan modal misalnya,'' kata Rektor.
Menanggapi tantangan Presiden Republik Indonesia (RI), Joko Widodo yang dalam Orasi Ilmiahnya mengatakan cepatnya perkembangan teknologi, Rektor IPB mengatakan hal ini menjadi semangat bagi IPB untuk terus melahirkan inovasi yang berguna bagi masyarakat dan bangsa.
IPB senantiasa berusaha melakukan proses hilirisasi dan memberikan kontribusi pemikiran yang basisnya adalah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Setiap pengambilan kebijakan bangsa harus mengutamakan IPTEK atau sciences based policy. Kalau pemikirannya demikian, InsyaAllah tidak ada persoalan yang tidak terselesaikan.
Pemimpin manapun dari kelompok manapun dari perspektif apapun kalau basisnya sains semua dapat menerima kebijakan itu dan melaksanakannya.
''Ini juga agar alumni IPB nantinya dapat terus menerus memperkuat sistem produksi pangan dalam berbagai bidang penugasan dimana pun mereka. Ini rumusan yang saya coba sampaikan ke Presiden saat orasi di IPB,'' terang Rektor.
Selain itu, penting bagi IPB untuk terus meningkatkan mutu program pendidikan dan mengupayakan adanya kesiapan IPB dalam mengembangkan IPTEK agar mampu menjawab perubahan yang berlaku.
Terkait lontaran Presiden tentang pembukaan program studi baru yang mengikuti perkembangan jaman (misal Fakultas Manajemen Ritel, Manajemen Logistik dll), Rektor mengatakan program studi terobosan ini memerlukan keluwesan.
''Kita belum punya program itu. Di seluruh dunia juga tidak mudah untuk mencari pakarnya. Manajemen ritel, manajemen e-comerce itu kan pada masa lalu belum ada. Para dosen belum ada yang memiliki kompetensi keilmuan terkait bidang tersebut. Jadi tidak mungkin kalau kita cari dosen yang bergelar doktor atau profesor yang basisnya adalah e-commerce,'' terangnya.
Siasatnya adalah ada sistem akreditasi yang luwes tapi terarah. Dosen atau pengajar yang memiliki bidang keahlian terkait harus mendapatkan support.
Terkait integrasi hulu hilir untuk meningkatkan nilai tambah petani, Rektor mengatakan nilai tambah di proses hilir tidak akan ada, jika nilai tambah produk di on farm-nya tidak ada. Menurutnya, on farm tidak boleh ditinggalkan.
''Yang penting adalah petani bisa memiliki aktivitas di hilir. Bagaimana petani masuk ke proses hilir. Petani dikonsolisadasi misalnya konsolidasi usaha agar mencapai usaha yang lebih kompetitif, lebih tinggi kelayakannya sehingga teknologi dapat diadopsi, peralatan, sistem dapat dibeli. Jadi nilai tambahnya dinikmati petani,'' tandasnya. (Zul/Ris). (ANT/BPJ).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017