Bogor (Antara Megapolitan) - Pada tahun 2017, ledakan wereng batang cokelat (WBC) meluas dari kejadian di tahun 2016. Serangan yang berat WBC dan virus kerdil  berat terjadi  pada daerah yang melakukan tiga kali penanaman dalam setahun.

Ledakan WBC dan penyakit kerdil hampa/kerdil rumput di sentra-sentra produksi padi  terjadi minimal di 30 kabupaten di Jawa, Bali dan Lampung. Pada banyak tempat serangan WBC dan kejadian penyakit kerdil rumput/kerdil hampa yang disebabkan oleh virus telah berlangsung selama 2-4 musim tanam padi.

Pengamatan secara langsung di lapangan yang dilakukan melalui kegiatan Klinik Tanaman Institut Pertanian Bogor (IPB) sejak bulan Februari hingga Juli tahun 2017 menghasilkan temuan sebagai berikut:

 - Berbeda dengan ledakan WBC tahun 2010-2011, yang mana ledakan juga dialami oleh negara lain seperti    Thailand dan Vietnam, ledakan WBC tahun 2017  hanya terjadi di Indonesia.

 - Pengetahuan petani tentang WBC dan penyakit virus kerdil hampa/kerdil rumput sangat terbatas.  Hampir 100 persen petani tidak tahu tentang gejala, penularan dan sifat-sifat penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput dan kaitannya dengan WBC.

 - Permasalahan pestisida berkaitan dengan pertanaman padi sangat memprihatinkan: Sebanyak 70 persen petani padi di Pulau Jawa menggunakan beberapa insektisida yang dilarang untuk padi. Selain itu, hampir semua petugas pertanian yang ada tidak tahu tentang insektisida yang dilarang untuk padi. Adanya promosi pestisida yang dilarang untuk padi, dan banyak petani tidak paham penggunaan pestisida yang baik dan benar.

 - Sistem pengamatan hama dan penyakit padi tidak mampu mendeteksi potensi ledakan hama/penyakit karena kelemahan metodologi, dan konsistensi penerapannya.


IPB mengidentifikasi penyebab ledakan WBC tahun 2017 adalah interaksi dari :

- Iklim yang cukup basah pada tahun 2017 (kemarau basah)

- Penanaman padi yang terus-menerus tanpa jeda

- Intensitas penggunaan insektisida yang  tinggi  (8-12 aplikasi per musim) oleh petani, dan beberapa insektisida yang digunakan merupakan golongan insektisida yang dilarang untuk padi

 
Berdasarkan permasalahan tersebut, direkomendasikan upaya-upaya berikut:

- Menerapkan secara konsisten sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT)  dalam pengendalian hama penyakit padi sesuai dengan Inpres no. 3/1986, UU 12/1992 dan PP no 6/1995.

- Melakukan jeda penanaman satu musim, sehingga dalam satu hamparan dihindarkan adanya tanaman padi secara terus-menerus.

- Memusnahkan tanaman yang terserang virus kerdil hampa dan kerdil rumput karena berpotensi menjadi sumber penyakit pada musim berikutnya.

- Memperbarui sistem pengamatan hama dan penyakit padi, sehingga memenuhi prinsip cepat, akurat, obyektif dan efisien, sehingga dapat dijadikan dasar yang tepat untuk mengambil tindakan pengendalian.

- Meningkatkan kapasitas  SDM pertanian,  baik petani, POPT, PPL, dan staf Dinas terkait dengan pengetahuan mereka terhadap WBC, virus kerdil hampa/kerdil rumput, pestisida dan penggunaanya pada tanaman padi.  Khusus untuk petani,  pola SLPHT dapat didorong kembali keberadaanya dan lebih diperkuat.

- Membenahi distribusi, promosi, dan penggunaan dan pengawasan pestisida untuk tanaman padi.

- Menerapkan teknologi pengendalian yang memperkuat ketahanan agroekosistem, diantaranya pengembalian jerami, penggunaan agens hayati, dan mengurangi penggunaan pestisida.

Rekomendasi tersebut disampaikan oleh Tim  Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB, yang terdiri dari Dr. Aunu Rauf, Dr. Dadang, Dr. Hermanu Triwidodo, Dr. Sri Hendrastuti Hidayat, Dr. Suryo Wiyono, dan Dr. Widodo dalam acara Focus Group Discussion (FGD) di Ruang Sidang Rektor, Kampus IPB Dramaga, Bogor (14/8).(dh)

Pewarta: Humas IPB

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017