Dokter spesialis onkologi radioterapi dr Handoko B Med Sci Sp OnkRad(K), berhasil meraih gelar doktor dalam Program Doktor Ilmu Biomedik di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) setelah meneliti tentang identifikasi gen yang mempengaruhi respons pengobatan kanker nasofaring.

“Meski pasien dengan kondisi serupa menerima kemoterapi yang sama, hasil yang diperoleh sangat bervariasi. Beberapa pasien tidak memiliki tingkat penyembuhan yang lebih baik," ujar dr Handoko dalam keterangannya di Depok, Selasa.

Disertasinya yang berjudul “Nasopharyngeal Cancer Whole Genome Sequencing: Identification of Clinically Meaningful Genes” dipresentasikan dalam Sidang Promosi Doktor di Auditorium IMERI FKUI Kampus Salemba, Jakarta.

Baca juga: UI paparkan kelulusan doktoral Bahlil Lahadalia

Hal ini tentunya memunculkan pertanyaan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi respons berbeda, meskipun pengobatan yang diberikan sama.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah klinis pada pasien kanker nasofaring, di mana 25 persen pasien tidak menunjukkan respons signifikan terhadap pengobatan.

Guna menjawab pertanyaan ini, dr Handoko menganalisis tujuh sampel pasien kanker nasofaring dengan menggunakan fresh tissue biopsy, yang kemudian diekstraksi DNA-nya.

Melalui teknik Whole Genome Sequencing dan analisis data, ia mencari mutasi genetik yang berpotensi menjadi penyebab variasi respons pengobatan.

Baca juga: FKUI buka tiga prodi baru spesialis dan subspesialis

Temuannya mengungkapkan mutasi pada gen-gen penekan tumor dan onkogen yang diperkirakan sebagai pemicu perkembangan kanker nasofaring, serta gen yang terlibat dalam perbaikan DNA yang rusak.

“Dalam analisis jalur metilasi pada genom pasien, tidak ditemukan adanya jalur spesifik terkait agresivitas kanker. Hal ini menunjukkan bahwa profil metilasi pada pasien kanker nasofaring lebih konservatif atau tidak memainkan peran penting dalam agresivitas penyakit ini," ujarnya.

Meski demikian, mutasi penggerak yang diidentifikasi memerlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan hubungan kausal antara mutasi tersebut dan kanker nasofaring. Hal ini berpotensi membuka peluang pengembangan terapi baru yang lebih personal dan efektif bagi kelompok pasien dengan profil genomik tertentu.

Baca juga: Guru besar FKUI lakukan pengkajian evolusi urologi pediatrik di Indonesia

Penelitian ini juga menggunakan teknologi mutakhir Whole Genome Sequencing dengan platform long-read Nanopore, suatu terobosan yang belum pernah dilakukan sebelumnya dalam konteks penelitian kanker nasofaring.

Prof Dr dr Soehartati A. Gondhowiardjo Sp Rad (K) OnkRad, selaku dosen pembimbing mengatakan, dr Handoko merupakan peneliti pertama di Indonesia bahkan di dunia yang menggunakan teknologi Whole Genome Sequencing dengan platform long-read Nanopore.

Meski di tingkat global telah ada penelitian tentang teknologi Whole Genome Sequencing, namun mereka tidak menggunakan platform long-read Nanopore.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024